Pileg 2019: JP Makin Bersinar, BKH Kian Redup

Floresa.co – KPUD Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sudah menetapkan enam calon legislatif daerah pemilihan (Dapil) NTT I yang meraih posisi teratas perolehan suara.

Dengan demikian, mereka yang berhak menempati jatah enam kursi untuk Dapil ini. Enam caleg tersebut berasal dari partai yang berbeda-beda.

Setidaknya ada beberapa hal menarik dari hasil Pileg di Dapil ini, mulai dari Gerindra yang kehilangan jatah kursi, juga tren raihan suara Johnny G Plate (JP) yang naik drastis, namun ada juga yang terus melorot, seperti Benny Kabur Harman (BKH).

  1. PKB Menggeser Gerindra

Pada Pileg sebelumnya, 2009 dan2014, Gerindra selalu mendapat jatah satu kursi, yaitu lewat Pius Lustrilanang.

Namun, dalam Pileg kali ini, partai yang dipimpin Prabowo Subianto itu tersingkir dan satu kursi sukses direbut oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).

PKB berhasil memperoleh suara total 112.077, di posisi keempat setelah PDI-P, Nasdem dan Golkar.

Gerindra dipastikan gagal karena hanya memperoleh suara 65.500, kalah jumlah dari Demokrat yang mendapat total suara 86.819, sehingga berhak meraih satu kursi.

Meski suara Pius lebih banyak dibandingkan BKH, caleg yang kembali lolos, ia tak bisa kembali menjadi wakil masyarakat Flores, Lembata dan Alor lima tahun ke depan. Pius memperoleh 36.064 suara, sedangkan BKH 35.923.

2. JP Kian Bersinar

Hal menarik lainnya yang bisa dilihat dari data perolehan suara di Dapil ini adalah makin bersinarnya JP.

Politikus Nasdem ini, pada pileg 2014 lalu memperoleh suara 33.704. Kali ini, ia berhasil menjadi caleg dengan perolehan suara terbanyak di dapil NTT I , dengan total 122.290 suara.

Selain JP, perolehan suara Andreas Hugo Parera dari PDIP juga naik cukup signifikan bila dibandingkan lima tahun lalu.

Pada 2014, ia memperoleh 49.089 suara. Kali ini suaranya sebanyak 90.610. Sama seperti JP, Andreas sudah terpilih untuk yang kedua kali dari dapil NTT I.

3. Mekeng Stabil, BKH Melorot

Bagaimana dengan yang sudah lebih lama di dapil NTT I? Selain Pius yang sudah sejak 2009 dan kali ini gagal, dua nama yang sudah berkali-kali maju dari dapil NTT I dan lolos adalah Melchias Markus Mekeng dan BKH. Dua nama ini sudah memwakili NTT I sejak 2004.

Berdasarkan data yang berhasil diperoleh sejak pileg 2009, tren perolehan suara Mekeng konsiten meningkat pada dua Pileg terakhir (2014 dan 2019). Ini berbeda dengan BKH yang tren perolehan suaranya terus menururun.

Raihan suaranya pada pemilu tahun ini, 35.923, turun dibandingkan pada Pileg 2014 yang mencapai 53.701.

Dengan perolehan suara yang lebih kecil ini, bila tak didukung suara partai, BKH bisa tak lolos ke Senayan.

Bila perolehan suara adalah tolok ukur untuk melihat kepercayaan rakyat kepada politisi, maka perolehan suara yang makin menurun menunjukkan tren kepercayaan rakyat yang juga kian menurun, dan sebaliknya.

Karena itu, bagi caleg yang terpilih ke Senayan, rebut kembali kepercayaan rakyat itu agar kelak kembali terpilih dengan kepala tegak.

PTD/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek