Gregorius, Sarjana Pendidikan yang Jual Durian untuk Bantu Ekonomi Keluarga

Maumere, Floresa – Rabu, 19 Maret 2019, cuaca kota Maumere, Ibu kota Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali nampak cerah usai beberapa hari sebelumnya mendung meyelimut.

Sekitar pukul 09.00 Wita, pemandangan di depan Kantor Bupati Sikka, tepatnya di jalan Ahmad Yani, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, tidak seperti biasanya.

Nampak beberapa pemuda berdiri berjejer, masing-masing dengan sepeda motor yang dipenuhi tumpukan buah durian. Pemandangan yang menarik perhatian.

Salah satu dari kelima pemuda itu, yang ditemui wartawan Floresa.co ialah Gregorius, pemuda asal Desa Rubit, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka. .

Pemilik nama lengkap Gregorius Wihelmus Mo,a No ternyata seorang yang baru menyelesaikan studi pendidikan di salah satu universitas di kota itu.

Persaingan yang cukup ketat untuk bekerja di institusi formal membuatnya berpikir untuk mencoba mencari nafkah melalui jalan lain.

Ia mengaku pernah juga menjadi tukang ojek hingga sekarang rutin menjual durian.

“Saya sarjana pendidikan. Tahun 2018 saya selesai kuliah langsung menjadi tukang ojek,” ceritanya kepada Floresa.co Rabu siang.

“Tetapi sekarang saya memilih menjual durian,” tambahnya.

Ia mengungkapkan, pilihannya untuk menjual durian di kota itu untuk membantu meringankan ekonomi keluarga.

Setiap hari ia datang dari desa ke kota Maumere untuk menjajal durian.

“Daripada saya nganggur dan duduk diam di rumah lebih baik saya jual durian di sini. Kan tidak membebani orang tua. Lumayan bantu-bantu sedikit,” ungkapnya.

Ia mengungkapkan dirinya tidak merasakan ada halangan berarti dengan pilihannya itu di tengah kuatnya anggapan masyarakat jika seorang sarjana harus bekerja pada institusi-institusi formal.

Dia yang bergelar sarjana pendidikan, misalnya harus menjadi guru.

“Bagi saya, yang penting bisa menghasilkan uang dengan cara yang halal. Daripada kita mencuri. Toh, semua pekerjaan itu baik, jika kita tekun dan mencintai pekerjaan itu,” ujarnya.

Gregorius menceritakan, dari hasil penjualan itu, ada kalanya ia bisa mengumpulkan uang kisaran 300-500 ribu.

“Ada memang hari yang ramai. Ada juga sepih. Kadang sama sekali tidak laku. Kalau tidak laku, kami bawa pulang dan makan sendiri,” cerita Gregorius.

Gregorius berharap seluruh pemuda, lebih khusus di Kabupaten Sikka untuk agar tidak memilih dalam bekerja, sekalipun seperti dirinya, walaupun bergelar sarjana, memilih untuk menjadi penjual durian.

“Harapan saya, untuk anak-anak muda di Sikka ini, tidak boleh ada gengsi dalam menjalani hidup.”

“Mari kita kerja sesuai dengan kemampuan yang kita miliki. Jadi penjual durian sekalipun, itu adalah pekerjaan yang mulia. Semuanya baik, yang penting halal,” harap Greogorius.

NN/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini