Awal 2019, Wabah DBD Melanda Matim, Puluhan Korban, Satu Meninggal

Borong, Floresa.co Penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Manggarai Timur (Matim), Nusa Tenggara Timur (Matim) terus mengalami peningkatan.

Di awal 2019, hampir setiap hari, selalu ada korban, bahkan ada yang tidak tertolong sehingga meninggal dunia.

Sejak minggu pertama hingga minggu keempat di bulan Januari, sudah ada 32 kasus.

Dari jumlah itu, salah satunya saspek atau belum didiagnosa berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium. Sedangkan 31 lainnya sudah positif DBD.

“Pada minggu kedua bulan ini, ada satu pasien DBD yang meninggal dunia,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P3) Dinas Kesehatan Matim Regina Malon, kepada Floresa.co di kantor dinas tersebut pada Jumat, 25 Januari 2019.

“Yang meninggal itu anak berusia 3 tahun 9 bulan asal desa Golo Kantar yang dirawat di puskesmas Borong,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menginformasikan bahwa kasus DBD terbanyak ada di Kecamatan Borong, dengan jumlah 24 kasus.

BACA JUGA: Wabah DBD Melanda Mabar: 5 Meninggal, Ratusan Sedang Dirawat

Selanjutnya di Kecamatan Kota Komba ada 5 kasus serta Kecamatan Rana Mese terdapat 3 kasus.

“Sejauh ini, belum ada laporan ada pasien DBD dari puskesmas-puskesmas di kecamatan lain  di Manggarai Timur,” kata Regina.

Mencegah lebih banyak korban, lanjutnya, pihak Dinas Kesehatan Matim telah mengeluarkan himbauan kepada masyarakat di kabupaten itu melalui camat, Puskesmas serta Pustu dan Poskesdes untuk memperhatikan kesehatan lingkungan.

Nyamuk penyebab DBD yakni aedes aegypti, jelas Regina, berkembang biak di tempat-tempat atau genangan air yang bersih atau jernih.

“Boleh dikatakan dia ini nyamuk elit, tidak berkembang biak di tempat atau air kotor. Dan, gigitnya pada siang hari, bukan malam hari,” jelasnya.

BACA JUGA: Hingga Akhir Januari 2019, Penderita DBD di Mabar Terus Bertambah

Maka, ia meminta masyarakat proaktif memberantas sarang nyamuk di rumah dan sekitarnya.

“Terutama dengan kegiatan 3M (menguras, menutup, memanfaatkan kembali) itu,” ucapnya.

Selain itu, lanjutnya, pihak dinas juga melakukan fogging untuk mereka yang sudah positif DBD.

“Fogging ini hanya untuk membunuh nyamuk dewasa, tetapi jentik tidak. Sehingga masyarakat harus lakukan kegiatan 3M tadi. Misalnya membunuh jentik nyamuk dengan menguras air di bak yang sudah ada jentik atau di wadah-wadah lainnya” ujarnya.

Ia menuturkan, gejala DBD ditandai dengan demam yang tidak stabil, nafsu makan berkurang, mual, muntah serta nyeri ulu hati. Selain itu, jika kalau kulit diregangkan akan terlihat bintik-bintik merah.

Jika merasakan gejala demikian, ia berpesan untuk segera ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. “Karena itulah gejala-gejala DBD,” ucapnya.  

“Jangan tunggu hari ketujuh setelah muncul gejala-gejala itu baru ke Puskesmas. Karena kalau sudah hari ke delapan, dia sudah grade tiga atau sudah parah,” tutupnya.

Rosis Adir/Floresa

spot_img
spot_img

Artikel Terkini