Terkait Wacana Kenaikan Tarif ke Komodo, Pelaku Pariwisata Minta Laiskodat Minta Maaf

Labuan Bajo, Floresa.coInsan Peramuwisata Indonesia (IPI) Nusa Tenggara Timur (NTT) medesak Gubernur Victor Bungtilu Laiskodat mengklarifikasi pernyataan terkait rencana menaikkan tarif masuk Taman Nasional Komodo (TNK). Pasalnya, wacana itu menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi pelaku pariwisata di Manggarai Barat (Mabar).  

Kami meminta Gubernur Victor Laiskodat meminta maaf dan tarik kembali wacana ini dalam tempo 2×24 jam atau 48 jam mulai hari ini, Senin 17 Desember sampai besok 18 Desember 2018,” kata Ketua IPI, Rafael Todowela dalam siaran pers, Senin 17 Desember 2018.

Menurut Rafael, Laiskodat terlalu terburu-buru menghembus wacana kenaikan tarif tersebut. Akibatnya, sejumlah kerugian dialami pelaku pariwisata. Misalnya, pada 14 Desember lalu, ada wisatawan yang membatalkan kunjungannya.

Lebih lanjut kata Rafael, jika wisatawan terus membatalkan kunjungannya, akan terjadi pemecatan karyawan secara masif di perusahaan periwisata di Labuan Bajo.

“Seperti karyawan kapal phinisi, kapal wisata, kapal open dek, pegawai hotel, restourant dan terlebih-lebih akan menghilangkan mata pencharian pengrajin patung komodo di Pulau Komodo dan Rinca,” katanya.

“Sektor pendukung pariwisata Manggarai Barat merasa rugi, misalnya, petani yang menyuplai beras ke hotel, nelayan yang menyuplai ikan ke restourant dan lain-lain,” tambahnya.

BACA JUGA: Pemandu Wisata Protes Wacana Tarif 500 Dolar Masuk TNK

Selain itu, beberapa sanggar budaya seperti Compang To’e di Kampung Melo, Desa Liang Dara dan sanggar budaya Riang Rana Tiwa di Kampung Cecer tidak akan dikunjungi wisatawan.

“Secara meluas akan berdampak pada berkurangnya wisatawan yang melakukan kunjungan ke Flores Overland atau tour dari barat ke timur Pulau Flores,” ujarnya.

Ia menambahkan, kenaikan tarif itu juga mengecilnya pendapatan daerah Mabar dari pajak kamar hotel dan restaurant.

“Saat ini ada 350 pemandu wisata yang bekerja sebagai pemandu di HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia-red) Labuan Bajo, piring nasi mereka pun terancam karena ketiadaan pemesanan dari agen travel maupun membatalnya tamu rekomendasi peribadi,” katanya.

“Toko souvenir pun akan terancam tutup karena ketiadaan wisatawan yang berbelanja,” ujarnya.

Begitu pun kapal-kapal open deck, yang biasa mengangkut wisatawan berbiaya murah juga terancam tidak mendapatkan tamu.

“Saat ini ada 300 unit kapal wisata di Labuan Bajo yang pekerjaannya mengangkut wisatawan ke Pulau Komodo, seandainya wisatawan banyak yang membatalkan kunjungan ke Komodo. Maka banyak karyawan kapal yang akan di-PHK, karena satu kapal mempekerjakan tiga sampai empat karyawan berarti 900 karyawan kapal akan menganggur,” paparnya.

BACA JUGA: Baca Pernyataan Laiskodat, Wisatawan Asing Batal ke Komodo

Rafale pun mendesak Laiskodat menggelar jumpa pers melalui media lokal, nasional dan internasional untuk mencabut wacana kenaikan tiket tersebut serta menghimbau wisatawan untuk tetap melakukan kunjungan ke Komodo.

“Laiskodat harus meminta maaf kepada semua pelaku wisata di Manggarai Barat dan Pulau Flores atas beredar luasnya wacana tersebut yang berdampak luas terhadap pelaku wisata di Pulau Flores dan kususnya Manggarai Barat

Selain itu, Rafael juga meminta Laiskodat bertangung jawab atas kerugian yang dialami agen travel lokal yang sudah mendeposit uang ke pemilik kapal karena wisatawan yang membatalkan kunjunganya.

“Jika Laiskodat tidak mengambil sikap dan berjiwa besar mengakui kekeliruannya itu, maka seluruh pelaku wisata Pulau Flores dan Labuan Bajo akan melakukan gerakan sporadis menutup semua akses vital di seluruh Pulau Flores,” tutupnya.

ARJ/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini