Pemandu Wisata Protes Wacana Tarif 500 Dolar Masuk TNK

Labuan Bajo, Floresa.coPara pemandu wisata di Labuan Bajo, Manggarai Barat (Mabar) mengecam Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat terkait pernyataannya perihal kenaikan drastis tarif wisatawan yang hendak mengunjungi Taman Nasional Komodo. 

Mereka merasa dirugikan dengan pernyataan Viktor yang berencana menaikkan tarif menjadi 500 dolar Amerika Serikat atau setara Rp 7,5 juta rupiah di mana sejumlah wisatawan telah membatalkan rencana kedatangan ke TNK setelah membaca pernyataan Laiskodat.

Pada Jumat, 14 Desember 2018, para pemandu wisata ini menggelar pertemuan di Labuan Bajo, membahas hal ini. 

Mereka merupakan perwakilan dari sejumlah organisasi, seperti ASITA, HPI, Asosiasi Kapal Angkutan Wisata, PHRI, Persatuan Penyelam Professional Komodo (P3K), Koperasi Taxi Bandara (Flores Today) dan Forum Masyarakat Penyelamat Pariwisata (Formapp).

Dalam pernyataan yang diterima Floresa.co, mereka menyatakan, “wisatawan asing menilai kenaikan tersebut sangat tidak rasional.”

Wacana kenaikan tarif ini, jelas mereka, juga merugikan kapal wisata lokal yang selama ini mengharapkan tamu back packer atau wisatawan dengan budget rendah.

“Dengan kenaikan tersebut maka wisatawan back packer tidak akan datang ke Labuan Bajo dan Komodo sehingga yang rugi adalah kapal wisata lokal karena tidak ada lagi wisatawan yang mengunakan jasa mereka,” kata Rafael Todowela dari Formapp.

Daripada membuat pernyataan tanpa pertimbangan matang, mereka mendesak agar pemerintah membenahi sistem manajemen keuangan di TNK agar lebih transparan.

Mereka pun mendesak agar Laiskodat menarik kembali pernyataannya yang mesti dipublikasi di media massa, baik lokal, nasional maupun Internasional agar wisatawan memiliki kepastian informasi, sehingga tidak ragu untuk datang mengunjungi TNK.

Selain itu, mereka mendesak Laiskodat untuk menghimbau agar para wisatawan tidak membatalkan perjalanannya TNK dan tidak merasa kuatir dengan isu kenaikan tarif ini.

Mereka juga meminta Laiskodat meminta maaf kepada semua wisatawan yang telah membatalkan perjalanan ke TNK.

Sementara itu, dalam pernyataannya pada Senin, 11 Desember di Kupang, Laiskodat bersikukuh  mempertahankan rencananya.

Ia beralasan,  tarif itu adalah juga sebagai donasi untuk menjaga kelangsungan hidup Komodo.

“Mengapa 500 dolar? Karena Komodo hanya ada di situ. Kalau ke Butan, lihat gajah saja harus bayar 250 dolar dan dituntut harus 10 hari dengan total 2.500 dolar. Masa lihat Komodo yang binatang langka, tapi tarif murah,” katanya.

Biaya masuk itu, kata Laiskodat, menyangkut kepedulian terhadap lingkungan hidup dan alam.

“Tidak ada konservasi di dunia yang murah.  Karena itu butuh peran serta setiap orang untuk mendonasikan 500 dolar AS untuk menjaga agar Komodo tetap ada,” jelas Viktor.

Ia juga menyatakan telah berbicara dengan Menteri Lingkungan Hidup terkait gagasannya agar pengelolaan TNK diserahkan ke pemerintah provinsi.

“Secara prinsip, (menteri) setuju, hanya secara teknis akan dikerjakan oleh tim teknis,” klaimnya.

ARL/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek

Was-was Manipulasi Informasi Terkait Proyek Geotermal Poco Leok

Temuan Floresa mengungkapkan manipulasi informasi adalah salah satu dari berbagai “upaya paksa” meloloskan proyek tersebut.