Kini Lahan Kering di Bantaran Sungai Wae Pesi Bisa Dimanfaatkan

Reo, Floresa.co – Lahan sepanjang bantaran kali Wae Pesi di Desa Bajak, Kecamatan Reo, Manggarai cukup subur. Namun, lahan tersebut tak bisa dimanfaatkan secara maksimal.

Ditemui floresa.co, Rabu, 10 Oktober 2018 lalu, warga menuturkan, saat musim hujan wilayah itu menjadi langganan banjir karena luapan air sungai Wae Pesi. Sebaliknya, saat musim kemarau, areal tersebut kering-kerontang karena air sungai tak bisa dialirkan ke lahan tersebut.

“Air sungai Wae Pesi mengalir deras sepanjang tahun. Termasuk saat musim kemarau. Tetapi airnya tidak bisa dialirkan ke lahan kami karena permukaan sungai lebih rendah dari lahan kami,” ujar Paulinus Jedaru, salah seorang warga.

Hanya beberapa petani yang mencoba menanam sayur pada musim kemarau. Mereka harus menimba air di sungai untuk menyiram tanaman.

Beberapa petani yang mampu membeli mesin pompa harus mengeluarkan biaya bahan bakar sampai Rp 45.000 perhari.

“Di sini kan jual bensin per botol itu Rp 15.000. Satu botol untuk satu kali siram. Kalau sehari siram tiga kali, habiskan tiga botol bensin atau uang Rp 45.000,” tutur Sekretaris Desa Bajak, Fransiskus Loso.

Kondisi tersebut menarik perhatian Marsekal Muda TNI (Purn) Robert Soter Marut. Pensiunan perwira TNI AU itu mendatangkan satu unit mesin pompa barsha. Pompa barsha merupakan produk negeri Belanda yang sangat ramah lingkungan.

Untuk menggerakkannya, tidak menggunakan bahan bakar karena hanya mengandalkan energi air. Pompa akan berputar 24 jam sehari.

Air sungai Wae Pesi mampu menggerakkan mesin tersebut tiga detik untuk satu kali putaran. Setiap kali putaran bisa menyedot 10 liter air dan mendorongnya hingga ketinggian 30 meter di atas permukaan air.

Robert mengatakan, musim kering di NTT cukup panjang. Di sisi lain, NTT juga punya banyak sungai yang mengalirkan air sepanjang tahun. Namun air tersebut mengalirkan airnya langsung ke laut karena sulit untuk dialirkan ke lahan pertanian.

“Dengan pompa barsha ini, air sungai bisa dialirkan ke tempat yang lebih tinggi dan bisa mengairi lahan pertanian,” tutur Robert.

“Air sudah bisa mengalir ke lahan pertanian. Silahkan bapak ibu manfaatkan lahan dengan menanam sayur, kacang-kacangan, dan pelihara baik-baik mesin ini. Nanti saya datang lagi. Cek. Apakah bapak ibu sudah manfaatkan lahannya atau tidak,” ujar Robert kepada para petani.

Untuk mendampingi petani dan merawat mesin tersebut, Robert bekerja sama dengan JPIC SVD Ruteng. Koordinator JPIC SVD Ruteng, Pater Simon Suban Tukan SVD mengajak para petani untuk serius bertani. Ia juga mengajak warga untuk menjaga mesin pompa tersebut agar bisa digunakan bersama dengan baik.

“Pak Robert sudah bantu kita. Bukan sekedar kasi mesin, tetapi kita saksikan sendiri airnya sudah naik sampai di lahan ini. Kita harus jaga alat ini. Dan kita harus olah lahan. Tanami dengan tanaman apa saja yang bisa membuat masyarakat jadi sejahtera,” ujar Simon.

NJM/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini