Adelina Sau, TKI Asal NTT yang Tewas Setelah Ditempatkan di Kandang Anjing

Floresa.co – Kisah tragis dialami Adelina Sau, Tenaga Kerja Indonesia Indonesia (TKI), asal Desa Abi, Kecamatan Oenino, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Ia kembali ke kampung halamannya pada Sabtu, 17 Februari 2018 dalam keadaan sudah tidak bernyawa.

Perempuan berusia 21 tahun tersebut meninggal di Rumah Sakit Bukit Mertajam, Malaysia pada Minggu, 11 Februari setelah dievakuasi dari rumah majikannya sehari sebelumnya.

Situasinya yang mengenaskan diketahui setelah para tetangga di rumah majikannya melihat ia tidur di kandang anjing setiap malam bersama dengan seekor anjing milik majikannya itu.

Perwakilan Kementerian Luar Negeri, Tody Baskoro membenarkan pengalaman getir yang dialami Adelina.

Akibatnya, kata dia, kondisi fisik Adelina menjadi sakit dan tak terurus.

“Dari hasil pemeriksaan oleh otoritas di Malaysia, bukan penyiksaan secara fisik yang diterima oleh Adelina, tapi karena tidak diberi makan sehingga kelaparan,” jelas Tody kepada sejumlah wartawan di Bandara El Tari Kupang, Sabtu, 17 Februari.

Menurut Tody, luka yang ada di kaki Adelina merupakan luka bebas gigitan anjing.

Namun lanjutnya, untuk membuktikan kebenaran luka tersebut, masih menunggu hasil postmortem.

Sebelumnya, Menteri Tenaga Kerja M Hanif Dhakiri menegaskan, majikan harus bertanggung jawab atas kematian Adelina.

“Kami minta pihak majikan bertanggung jawab,” ujar Hanif di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Senin, 12 Februari.

Jajaran di kementeriannya, lanjut Hanif, telah berkoordinasi dengan Duta Besar Indonesia untuk Malaysia yang berkedudukan di Kuala Lumpur untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Menurut laporan Strait Times, polisi di Malaysia sudah memeriksa 19 orang terkait kasus ini, termasuk dokter yang merawatnya dan para tetangga di dekat rumah Adlina bekerja.

Menangkap Calo

Sementara itu, Wahyu Susilo, Direktur Eksekutif Migrant Care menyatakan,  pengusutan kasus kematian Adelina seharusnya tak hanya menyasar majikannya.

Ia menilai, Adelina juga terindikasi menjadi korban perdagangan manusia.

Untuk itu, Wahyu mendorong agar aparat hukum Indonesia dan Malaysia bekerja sama menelusuri jejak pihak yang merekrut Adelina, mengurus proses di masa transitnya, sampai saat dia menemukan majikan.

Wahyu berpendapat keterlibatan calo, agen, serta aparat pemerintah maupun korporasi harus betul-betul dibongkar di kasus ini.

Migrant Care mencatat Adelina menjadi korban kesembilan di kasus kematian beruntun para pekerja migran asal NTT selama 2018.

Sementara di 2016, ada 46 kasus kematian dan 62 korban meninggal lainnya tercatat pada 2017.

“Pemerintah Indonesia harus mendesak pemerintah Malaysia untuk memastikan proses hukum terhadap majikan (yang mempekerjakan Adelina) berlangsung secara adil dengan hukuman yang setimpal,” kata Wahyu seperti dilansir Tirto.id.

Wahyu juga mendesak pemerintah tidak diskriminatif dalam mendorong pengusutan kasus ini meskipun status Adelina adalah pekerja migran ilegal di Malaysia.

“Pemerintah Indonesia terkesan lamban bergerak ketika menghadapi kasus TKI (Tenaga Kerja Indonesia) berstatus ilegal,” ujar dia.

Wahyu menambahkan, kasus ini juga perlu menjadi momentum untuk menuntaskan nota kesepahaman (MoU) terkait perlindungan asisten rumah tangga dengan Malaysia yang berakhir sejak Mei 2016.

Wahyu pun menilai kasus ini menguji keseriusan Indonesia dan Malaysia menjalankan ASEAN Consensus on Protection and Promotion on Human Rights of Workers yang ditandatangani pada November 2017.

“Di dalam MoU itu, ada ketentuan-ketentuan yang ada dalam kontrak kerja. Mulai dari kebebasan memegang paspor, hak untuk mendapatkan libur, hak berkomunikasi, dan standar upah layak,” ujar dia.

Kepala Pusat Studi Migrasi Migrant Care, Anis Hidayah juga menilai langkap pemerintah mengatasi persoalan kekerasan terhadap pekerja migran masih belum optimal.

“Namun kami mengapresiasi pemulangan dan penguburan jenazah Adelina. Ini merupakan satu langkah baik,” ucap Anis.

Hanya Tamat SD

Juru bicara keluarga Adelina, Ambrosius Ku, mengatakan, Adelina hanya tamatan sekolah dasar (SD).

“Saat Adelina menjadi TKW di Malaysia, hanya menggunakan ijazah SD,” ungkap Ambrosius.

Menurut Ambrosius, Adelina menamatkan pendidikan terakhirnya di SD Negeri Nifukani, Desa Abi, tahun 2012.

Setelah tamat SD, lanjut Ambrosius, orang tuanya tidak mampu membiayai sekolah Adelina sehingga akhirnya Adelina hanya membantu orangtuanya di rumah maupun di sawah.

“Dia (Adelina) tiap hari hanya di rumah sehingga ketika diajak oleh calo dengan tawaran yang menggiurkan untuk bekerja di Malaysia, dia langsung tertarik, meski orangtua tidak setuju,” ucapnya.

Ambrosius mengatakan, Adelina direkrut seorang perempuan (belum diketahui identitasnya), yang bertindak sebagai calo, untuk bekerja di Malaysia tahun 2015.

Saat direkrut oleh calo TKI itu, yang beroperasi di Kabupaten TTS, orang tua Adelina diberi uang Rp 150.000

“Saat calo itu bawa Adelina, ia menyerahkan uang Rp 150.000 kepada ayah Adelina, Marthen Sau. Sedangkan ibunya Adelina, Yohana Banunaek, sedang berada di sawah,” katanya.

Menurut Ambrosius, calo itu dua kali mendatangi rumah Adelina. Ia membujuk agar Adelina bisa diberangkatkan ke Malaysia menjadi TKW (tenga kerja wanita).

Saat pertama kali datang ke rumah Adelina, orangtua Adelina menolak dengan tegas. Calo tersebut rupanya tidak putus asa. Ia kemudian kembali lagi membujuk agar Adelina boleh ke Malaysia.

Adelina sendiri, lanjut Ambrosius, sudah berniat berangkat ke Malaysia karena termakan iming-iming si calo tersebut.

Saat Yohana Banunaek sedang ke sawah, calo itu datang lagi ke rumah Adelina dan saat itulah dia memberikan uang Rp 150.000 kepada Marthen Sau.

Menurut Ambrosius, Marthen Sau tidak tahu maksud dan tujuan calo itu memberi uang.

Secara diam-diam, Adelina dan si calo kemudian pergi tanpa diketahui Marthen Sau. Setelah itu, Adelina tidak berkabar hingga akhirnya dilaporkan meninggal di Malaysia pada hari Minggu lalu.

“Saat Adelina tidak ada kabar, kedua orang tuanya menganggap bahwa Adelina akan baik-baik saja sehingga mereka tidak mau lapor ke polisi,” ucap Ambrosius.

BACA JUGA: Kematian Adelina Sau dan Darurat Perdagangan Orang di NTT

Setelah apa yang menimpa Adelina, Ambrosius yang mewakili keluarga, berharap polisi bisa segera menangkap calo yang mengirim Adelina ke Malaysia.

ARL/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Bicara Tuntutan Nakes Non-ASN, Bupati Manggarai Singgung Soal Elektabilitas, Klaim Tidak Akan Teken Perpanjangan Kontrak

Herybertus G.L. Nabit bilang “saya lagi mau menaikkan elektabilitas dengan ‘ribut-ribut.’”

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek