Jumlah Sekolah yang Banyak Tidak Menjamin Mutu yang Baik: Kritik untuk Kadis PPO Matim

Floresa.coPernyataan Frederika Soch, Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Manggarai Timur (Matim) yang berbangga diri dengan banyaknya sekolah yang mereka bangun dikritik oleh pakar pendidikan.

Pastor Vinsensius Darmin Mbula OFM, doktor manajemen pendidikan lulusan Universitas Nasional Jakarta (UNJ) mengatakan, jumlah sekolah yang banyak di suatu daerah seperti Matim, tidak kemudian otomatis berbanding lurus dengan mutu yang baik.

“Ada banyak faktor yang menentukan bermutu atau tidaknya pendidikan,” kata pastor yang juga ketua presidium Majelis Nasional Pendidikan Katolik (MNPK) itu, Jumat, 16 Februari 2018.

“Hal itu tidak hanya dengan mendirikan sekolah di mana-mana, tidak juga hanya dari segi ketersediaan sarana prasarana tetapi juga kualitas guru, buku-buku dan faktor penunjang lainnya,” katanya.

Pastor Darmin menjelaskan, data yang diperolehnya, banyak sekolah-sekolah di Marim  yang mubazir, tidak punya murid yang cukup dan guru-gurunya juga tidak sesuai spesifikasi.

Pembangunan  banyak sekolah, tegasnya, dalam banyak hal lebih merupakan proyek, karena tidak mempertimbangkan kebutuhan riil.

“Sekolah boleh menjamur, tetapi kalau itu tidak disertai dengan pertimbangan-pertimbangan terkait asas manfaatnya yang maksimal, maka sama saja,” katanya.

“Bahaya sekali kalau orang sekelas kepala dinas mengukur kualitas pendidikan itu dari segi jumlah sekolah. Ini model sesat pikir,” tegasnya.

Ia menjelaskan, kritik yang disampaikan bukan tanpa sebab. “Sudah jelas bahwa secara nasional, NTT, di mana Matim ada di dalamnya masih masuk kategori rendah untuk kualitas pendidikan,” katanya.

Dalam pernyataan yang dipublikasi di Voxntt.com pada 9 Februari 2018, Frederika sempat mengecam Pastor Darmin dan menyebutnya konyol.

Pernyataannya Frederika itu merespon kritik Pastor Darmin terhadap banyaknya sekolah di Matim yang bangunannya sangat tidak layak, termasuk di antaranya SDN Watu Lando, yang sudah lima tahun berdiri, namun masih beralas tanah dan berdinding pelupuh.

Sekolah yang terletak di Kampung Lando, Desa Lamba Keli, Kecamatan Lamba Leda itu yang menjadi sorotan dalam berita Voxntt.com belum juga diperbaiki. Beberapa waktu lalu, sebagian bangunannya ambruk, sehingga murid kelas 1-3 terpaksa diliburkan.

Menanggapi kritikan itu, Frederika mengatakan, mereka sudah berupaya maksimal dalam memajukan pendidikan di Matim.

Buktinya, kata dia, Matim adalah kabupaten dengan jumlah sekolah terbanyak di Provinsi NTT, yang merupakan bukti adanya upaya pemerintah mendekatkan pendidikan dengan masyarakat.

“Sekolah dibuka di mana-mana di wilayah Kabupaten Matim  dan secara bertahap kita membangun RKB (Ruangan Kelas Baru) termasuk SDK,” katanya.

Ia menjelaskan, hingga kini total SD dan SMP Negeri dan Swasta di Matim mencapai 363 buah, di mana 5 SD dan 19 SMP di antaranya belum memiliki gedung.

Ia menjelaskan, secara bertahap Pemkab Matim membangun sekolah-sekolah itu sesuai dana yang  tersedia dari Dana Alokasi Khusus (DAK).

Frederika mengatakan, di tengah keterbatasan sarana sekolah, pihaknya masih mampu bersaing meningkatkan mutu.

Ia juga membeberkan sejumlah prestasi bidang pendidikan, termasuk sebagai salah satu dari empat kabupaten di seluruh Indonesia yang dipercayakan pemerintah pusat dalam  program pengendalian kinerja guru.

Hal lain adalah mewakili NTT dalam lomba mata pelajaran IPA tingkat SD yakni dari SDK Ngkiong, Kecamatan Poco Ranaka Timur.

Tak hanya itu, Frederika menyebut siswa SDLB Borong mewakili Provinsi NTT dalam lomba bakat tingkat nasional.

Dia menambahkan, prestasi UNBK SMA tahun 2017 terbaik asal Matim untuk seluruh kabupaten/kota di Provinsi NTT.

Meski tidak menampik berbagai capaian positif itu, Pastor Darmin mengatakan, Frederika mestinya juga lebih banyak mengoreksi diri daripada reaktif terhadap kritikan.

Kritikan kepada pemerintah, kata dia, adalah bentuk keperihatian terhadap situasi, yang diharapkan mendorong pemerintah untuk mencari terobosan-terobosan baru.

“Kalau pemerintah menganggap bahwa mereka telah berbuat banyak, sementara fakta di lapangan masih banyak hal yang kurang, maka ini jadi kabar buruk untuk kita,” katanya.

Ia menambahkan, sekolah-sekolah yang bermutu di Matim yang diklaim sebagai Frederika sebagai buah dari kesuksesannya adalah kebanyakan sekolah-sekolah swasta.

“Sementara sekolah-sekolah negeri kualitasnya masih memperihatinkan,” jelasnya.

“Kita pertama-tama butuh pengakuan pemerintah akan fakta tersebut, yang kemudian diharapkan memacu mereka untuk lebih banyak berpikir soal cara memperbaiki situasi ada,” lanjut imam kelahiran Benteng Jawa ini.

ARL/Floresa

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek

Was-was Manipulasi Informasi Terkait Proyek Geotermal Poco Leok

Temuan Floresa mengungkapkan manipulasi informasi adalah salah satu dari berbagai “upaya paksa” meloloskan proyek tersebut.