Floresa.co – Kepala Dinas Perindustrian Nusa Tenggara Timur (NTT), Obaldus Toda mengatakan tahun  ini mereka akan membangun kampung cokelat di wilayah Kecamatan Adonara Barat, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur.

“Persiapan dan desainnya sudah dimulai tahun lalu dan untuk eksekusi kami mulai di 2018 ini,” kata Obaldus, seperti dikutip Antara awal pekan ini.

Ia menjelaskan, pembangunan kampung cokelat itu untuk menghidupkan sektor industri skala menengah berbasis perkampungan atau desa dan juga untuk mendukung sektor pariwisata di zona timur Pulau Flores.

Ia menjelaskan, kampung cokelat itu akan dikelolah kelompok usaha masyarakat untuk melakukan proses produksi hingga pabrik skala menengah.

“Karena industrinya lingkup menengah di kampung, maka bisa dikelolah 10 hingga 20 warga dengan lahan sekitar satu hektare lebih saja sudah bisa dimulai,”katanya.

Ia menjelaskan, komoditas cokelat menyebar di sejumlah daerah di Pulau Flores, dengan potensi terbesar di Kabupaten Sikka, yang mencapai lebih dari 20.000 hektare, Ende lebih dari 6.000 hektare, dan Flores Timur 6.000 hektare.

Potensi yang ada, lanjutnya, akan dikembangkan, yang dimulai dengan membentuk industri kecil menengah berbasiskan kelompok usaha di kampung atau desa.

“Harapan kami kampung cokelat ini akan menjadi contoh untuk pengembangan kelompok-kelompok industri di daerah potensial lainnya. Selanjutnya, tinggal diperkuat pemerintah daerah setempat untuk produksi hingga pemasarannya,” katanya.

Obaldus mengatakan, terus mendorong perkembangan industri kecil menengah meskipun dilakukan secara bertahap karena keterbatasan anggaran.

“Sementara untuk skala besar tentu kami terus menawarkan potensi-potensi yang kita miliki kepada investor untuk membangun pabriknya di daerah ini,” katanya.

Ia mengatakan, selain kampung cokelat, Dina Perindustrian NTT juga telah membangun kampung tenun ikat di Maumere, Kabupaten Sikka yang dimulai pada 2017 lalu.

“Untuk kampung tenun ikat ini sudah berjalan. Tahun ini kami bangun lagi satu di Kabupaten Ngada. Sebenaranya juga di Sumba, tapi karena keterbatasan anggaran,  kami lakukan bertahap,” katanya.

Ia menambahkan, pembangunan kampung industri sangat membutuhkan kesiapan lahan yang cukup dari kerja sama dengann pemerintah daerah.

“Kami lebih semangat untuk membangun kampung industri ini kalau lahan siap dan menjadi milik desa. Kalau pun ada tanah ulayat maka perlu didiskusikan bersama-sama untuk kepentingan umum,” katanya.

ARL/Floresa