Pastor Moderator Pemuda Katolik Ajak Kader Mengenal Permasalahan Daerah Masing-Masing

Bogor, Floresa.co – Moderator Pengurus Pusat (PP) Pemuda Katolik Romo Johanes Haryanto, SJ mengajak seluruh kader setiap komisariat daerah (Komda) mengenal persoalan serta kekuatan di daerahnya masing-masing. Menurutnya, itu berguna untuk menyusun langkah-langkah strategis dalam membangun kehidupan sosial-kemasyarakatan.

“Maka, yang paling penting adalah Komda harus membaca daerahnya sendiri. Kalau anda tinggal di situ (daerah sendiri) tidak bisa membaca situasi yang ada di situ, apalagi dengan yang di tempat lain,” kata Romo Haryanto saat memberikan materi dalam rapat pimpinan nasional (Rapimnas) II 2017 Pemuda Katolik di Hotel Padjajaran Bogor, Jawa Barat, Sabtu, (28/10/2017).

Sementara, untuk menemukan kekuatannya, kata Romo Haryanto ialah dimulai dari pengenalan diri dan situasi yang dihadapi.

“Maka, bacaan yang wajib dibaca sebagai organ Katolik yang terjun di dunia kemasyarakatan adalah Ajaran Sosial Gereja (ASG) dan film tentang Mgr Soegijapranata,” ucapnya.

Menurut Romo Haryanto, ASG membantu untuk membedakan secara jelas antara apa yang mau dimunculkan dalam semboyan serta langkah-langkah yang perlu dikerjakan.

Sementara itu, terkait sosok Mgr Soegijapranata, Romo Haryanto meminta agar mengenalnya melalui film yang pernah diluncurkan pada pertengahan tahun 2012 itu.

Film itu, kata Romo Haryanto, tokoh Soegija dikenal sebagai tokoh ideal yang memiliki pengetahuan, gagasan dan bukti dalam membangun gerakan sosial-kemasyarakatan yang dilandaskan oleh nilai-nilai Katolik.

Tujuan pengenalan sosok Soegija, ujarnya, agar kader Pemuda Katolik memiliki referensi serta spirit Katolik dalam menghadapi persoalan sosial kemasyarakatan yang dihadapinya.

“Saya tertarik dengan Uskup Soegiapranata (dan) ada 3 hal (adegan) yang dikasi catatan dari film tentang Uskup Soegija,” ungkapnya.

Pertama, menurut Romo Haryanto, dalam film itu, pernah Uskup Soegija berhadapan dengan Polisi Militer Jepang karena melindungi para pemuda yang merampas senjata tentara Jepang.

Tingkah para pemuda itu membuat Tentara Jepang gerah sehingga mengejar mereka sampai ke Pastoran Gereja Mgr Soegija. Tapi, saat di Pastoran, jejak pemuda-pemuda itu tidak ditemukan.

Diceritakan, saat it, Mgr Soegija menahan Tentara tersebut di depan pintu Pastoran dan mengatakan “Kamu boleh menggeledah pastoran, tapi tidak boleh mengejar mereka”.

“Dan ternyata, Mgr Soegija sengaja membangun sebuah lubang yang langsung terhubung dengan perkampungan warga yang membuat jejak-jejak pemuda itu tidak ditemukan,” ujarnya.

Dari peristiwa tersebut, kata Romo Haryanto mau mengajarkan kader Pemuda Katolik untuk berani membuat keputusan dan menghadapi resiko dari keputsan-keputusan tersebut.

“Artinya, anda harus siap membayar harganya,” ujarnya.

Lalu, hal berkesan kedua menurut Romo Haryanto ialah tatkala Mgr Soegija memutuskan pindah dari Semarang ke Jogja. Itu terjadi karena pusat republik pindah dari Jakarta ke kota yang kini dijuluki kota pelajar tersebut.

Menurut Pastor Haryanto, pilihan Mgr Soegija menunjukan bahwa ia menghayati prinsip 100 persen Katolik dan 100 persen Indonesia yang sudah lama ditanamkan Soegija dalam dirinya.

“Sebagai pimpinan gereja Mgr Soegija menegaskan (waktu itu) Gereja Katolik ada pada posisi republik, bukan pada posisi Tentara Belanda yang datang paska kemerdekaan (itu),” jelas imam Jesuit itu.

Dan, kisah menarik lain saat Soekarno ditangkap Belanda dalam aksi polisionol II dimana Kota Yogyakarta dikepung. “Dia (Soegija) yang menampung keluarga Soekarno. Ibu Sukmawati dan kala itu, Ibu Mega masih kecil,” ujarnya.

Ibu Mega yang dimaksud adalah Megawati Soekarno Putri anak kandung Presiden Soekarno yang pernah menjadi presiden keempat dan presiden perempuan pertama Indonesia.

“Ketiga peristiwa ini ingin saya pakai semacam alur berpikir. Pertama, kau harus siap membayar. Kedua, pada sisi mana kalian berada. Kalau kita tidak menentukan posisi, akan menjadi sulit.”

“Dan ketiga, membangun komunikasi sedemikian rupa, tidak hanya pada komunikasi formal tetapi juga pada level informal,” jelasnya.

Dari ketiga peristiwa tersebut, kata Romo Haryanto hal yang paling penting untuk direnungkan ialah soal kisah Soegija pindah ke Yogyakarta. Romo Haryanto mengajak peserta untuk melihat relevansi dari peristiwa tersebut dengan kehidupan hari ini.

Menurutnya pilihan Soegija untuk pidah ke Yogyakarta terkait erat dengan sikap umat Katolik, terutama Pemuda Katolik dalam menghadapi situasi sosial.

“Pertama, Mgr Soegija mangajak kita untuk melihat situasi kita dengan baik. Kalian akan mengenali tanda-tanda, apakah anda mengenali tanda-tanda itu. Itulah  yang membedakan,” ujarnya.

Sebagai contoh, di daerah dimana umat Katolik sebagai dispora, di situ, katanya umat katolik memiliki dua wajah. Berwajah diaspora dan lokal.

“Sehebat apa pun umat Katolik di Bogor tetap saja sebagai orang asing. Mau tidak mau, harus diakui (bahwa) itu adalah realitas,” ujarnya.

“Maka, saya menghendaki (Komda) membuat bacaannya sendiri di wilayahnya sendiri, menemukan tantangan-tantangannya dan menemukan kekuatannya,” tutupnya.

Rapimnas bertema “Konsolidasi dan Kaderisasi Organisasi untuk Mewujudkan Kader yang 100% Katolik 100% Indonesia” yang sedianya digelar di Denpasar-Bali ini, dibuka secara resmi oleh Ketua Umum PK Karolin Margaret Natasa yang juga merupakan bupati Landak Kalimantan Barat.

Hadir pula Mgr Paskalis Bruno Sykur OFM, uskup Keuskupan Bogor, Walikota Bogor Bima Arya Sugiarto, Menteri Enegri, Sumber Daya dan Mineral (ESDM) Ignasius Jonan, perwakilan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), pengurus DPC PDIP Kota Bogor serta tokoh masyarakat Kota Bogor.

Paduan suara dan tari-tarian dari siswa SMA Budi Mulia Bogor dan Seminari Stela Maris Bogor juga turut memeriahkan acara ini.

Misa pembukaan dipimpin Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM yang juga diiringi koor dari siswa SMA Budi Mulia dan siswa Seminari Stela Maris. Ario Jempau/ARJ/Floresa.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.