Mart Sakeus, Seniman Muda di Labuan Bajo Akan Adakan Pameran Tunggal

 

Floresa.co – Mart Sakeus, seniman muda yang berbasis di Labuan Bajo, ibukota Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) akan menggelar pameran lukisan yang akan dibuka secara resmi, Selasa esok, 12 September 2017.

Pameran tunggal bertema “Talk Aktivism” itu bertempat di Hotel Pelangi, Labuan Bajo.

Sejumlah acara yang diselenggarakan selama pameran ini hingga puncaknya pada Sabtu, 16 September antara lain apresiasi karya dan penyelenggaran diskusi, dengan melibatkan pelajar dari sejumlah sekolah.

Sebagian besar acara bertempat di Hotel Pelangi, sementara acara pembukaan digelar di Lapangan Sepak Bola Kampung Ujung, Labuan Bajo.

Boeharto Muhamad, ketua panitia pameran ini mengatakan, Wakil Bupati Mabar, Maria Geong akan membuka acara ini.

Selain itu, katanya, hadir juga perwakilan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Sejauh ini, jelas Boeharto, sudah disiapkan sekitar 40 lukisan dan kerajinan, yang mengusung beragam topik, di antaranya gagasan revolusi mental, identitas, keberagaman, dan lingkungan.

Kota Seni

Bukan kali ini sebenarnya Mart menggelar acara seni di Labuan Bajo, kota kecil yang kini sedang menggeliat dengan jualan utama sektor pariwisata.

Sebelumnya, Mart sudah sering menyelenggarakan berbagai kegiatan serupa.

Sewaktu masih mahasiswa di Institute Seni Indonesia, Yogyakarta pada 2009-2014, setiap kali pulang libur, ia menyelenggarakan pameran lukisan.

Ia pernah mengadakan pameran tunggal di SMPN 2 Komodo pada tahun 2012. Di tahun yang sama, ia juga menggelar pameran bertajuk “Potret Manggarai.”

Dua tahun kemudian, ia mengadakan pelatihan pembuatan kerajinan di SMAK Ignasius Loyola.

Pada 2015,  ia membuka galeri seni di Nggorang yang letaknya sekitar 7 km dari Labuan Bajo. Di tempat yang ia namakan Lontart Galery itu, Mart memajangkan berbagai karya lukisan dan  kerajinannya. Ia juga mengajarkan anak-anak melukis.

Setelah membuka galeri itu, ia pernah terlibat demo melukis dalam Festival Pede, menyelenggarakan pameran lukisan “A Walk to Remember” pada 2015 dan menginisiasi Labuan Bajo Art Festival pada 2016.

Menurutnya, berbagai even kesenian tersebut tidak lain adalah langkah untuk mewujudkan Labuan Bajo sebagai kota seni.

“Selain sebagai kota pariwisata, Labuan Bajo  mesti dikenal sebagai kota seni,” katanya.

Budaya dan kesenian di Manggarai yang sangat kaya raya, kata dia, menjadi potensi yang mendukung perwujudan visi itu.

Ajang Mengukur Kreativitas

Terkait penyelenggaraan pameran tunggalnya, Mart mengatakan, ini merupakan kesempatan maha penting bagi para seniman seperti dirinya.

Hal itu, kata dia, menjadi babak baru dalam perjalanan aktivitas berkeseniannya. Melalui event, jelasnya, ia tidak hanya menampilkan karya-karyanya tetapi juga sebagai ajang mengukur kreativitas.

“Ini sebenarnya impian setiap seniman. Ini juga adalah momen reflektif, momen bercermin diri,” katanya.

Karena pentingnya event ini, ia menegaskan, persiapan yang matang adalah keharusan.

Ia mengatakan, sudah merencanakan kegiatan ini sejak lama dan  baru terealisasi kali ini.

Hal itu, kata dia, tidak lain karena ia melihat geliat kecintaan terhadap seni yang mulai tumbuh. “Semua ini berkat kehadiran teman-teman yang punya visi yang sama,” tambahnya.

Meski demikian, ia menyadari bahwa apa yang dilakukannya bisa saja masih  jauh dari standar para seniman lain di Indonesia.

Namun ia berharap, acaranya itu minimal menularkan energi positif kepada sesama seniman di Labuan Bajo untuk semakin berani dalam berkreativitas.

“Ini juga momen revolusi mental. Bahwa dari kampung kita berbuat untuk Indonesia. Bahwa kaum muda mesti semakin berani,” tegasnya. (Greg/ARL/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini