Penyelenggara TdF Dilaporkan Masih Punya Utang Lebih dari Rp 1 Miliar

Floresa.co – Pembukaan event Tour de Flores (TdF) 2017 diiring dengan munculnya kabar terkait utang yang masih belum dibayar oleh penyelenggara event ini.

Yayasan Alumni Seminari Mataloko (Alsemat) yang merupakan panitia pelaksana atau event organizer (EO) TdF disebut belum membayar utang untuk TdF 2016 senilai lebih dari Rp 1 miliar.

“Utang tersebut harus dibayarkan kepada Indonesia Grand Prix (IGP) yang merupakan konsultan dan race management TdF 2016 dan sejumlah vendor lainnya dari Banyuwangi seperti Trinity (CV Marcapada), yaitu vendor produksi dan transportasi,” demikian menurut siaran pers yang diterima Floresa.co dari IGP, Jumat, 14 Juli 2017.

Mitra Vinda, direktur IGP mengatakan, pada awalnya kerja sama IGP dan vendor lainnya dengan Yayasan Alasemat sangatlah bagus.

“Toh kami juga bertekad agar TdF berjalan dengan baik dan lancar. Namun, saat event berlangsung, banyak kekurangan dana yang tidak bisa ditutupi oleh Yayasan Alsemat. Maka, demi kelancaran TdF 2016, mau tidak mau IGP (di bawah PT Mitra Lintas) menalangi kekurangan,” jelasnya.

Pasca event TdF 2016, demikian Vinda, IGP menunggu pembayaran dari Yayasan Alsemat yang seharusnya diterima sesuai dengan kontrak, berikut tagihan-tagihan lainnya.

Kepada IGP dan vendor lainnya, kata dia, pihak Yayasan Alsemat berjanji untuk membayar, namun setelah beberapa bulan, janji tidak pernah terealisasi.

“Semua  penawaran harga dan kontrak yang disepakati, yang sudah ditandatangani para pihak, masih tersimpan rapi sebagai bahan pertanggungjawaban. Jadi, kita punya bukti,” katanya.

Ia menjelaskan, Yayasan Alsemat sempat menyampaikan alasan bahwa pembayaran belum dapat dilakukan karena masih menunggu kucuran dana tersisa dari pemerintah kabupaten yang ada di Flores atau daerah yang menyelenggarakan TdF dan Pemprov NTT yang belum diselesaikan.

Vinda menambahkan, pihak Yayasan Alsemat mengakui dan menyadari kewajibannya untuk membayar utang tersebut setelah penyelenggaraan TdF 2016.

“Berkali-kali pula pihak Yayasan Alsemat dan panitia lainnya menjanjikan untuk memenuhi kewajibannya, namun ternyata sampai dengan detik ini, hanya janji,” jelasnya,

Surat Pemberitahuan hingga Surat Peringatan, kata dia, telah dikirimkan ke Yayasan Alsemat, tetapi responsnya tidak seperti yang diharapkan, hingga akhirnya mereka kembali menggelar TdF pada 14 -18 Juli 2017.

“Kami anggap Yayasan Alsemat bersikap apatis dan karena itu kami buka persoalan ini melalui media massa,” katanya.

“Kami terus menunggu Yayasan Alsemat untuk menyelesaikan kewajibannya dalam waktu satu dua bulan ke depan.  Jika tidak, mungkin lebih baik kami menempuh jalur hukum,”  tandas Vinda.

Floresa.co belum bisa mendapat komentar dari EO TdF terkait hal ini.

TdF 2017 sudah resmi dibuka pada Kamis malam, 13 Juli di Taman Kota Larantuka, Flores Timur (Flotim).

Pembukaan kejuaraan ini dilakukan oleh Gubernur NTT, Frans Lebu Raya dengan pemukulan gong yang disaksikan oleh Bupati Flotim Antonius H. G. Hadjon, Ketua DPRD Flotim Yoseph Sani Bethan dan sejumlah pejabat daerah lainnya.

Hadir pula Kepala Bidang Wisata Buatan Asdep Segmen Pasar Personal Kementerian Pariwisasta (Kemenpar) Ni Putu Gayatri, Chairman TdF Primus Dorimulu, Race Director TdF Sondi Sampurno, dan Ketua Bidang Hukum dan Disiplin Pengurus Besar Ikatan Sepeda Sport Indonesia (ISSI) Ardi Mbalembout. (ARL/Floresa)
spot_img
spot_img

Artikel Terkini