KESA Kembali Turun ke Sejumlah Desa di Manggarai Raya

Floresa.coKelompok Studi Tentang Desa (KESA), sebuah organisasi organik para mahasiswa di Yogyakarta kembali melakukan kegiatan turun ke desa selama liburan di bulan Juli tahun ini.

Pada Kamis, 6 Juli lalu, KESA telah melakukan kegiatan di Desa Compang Wesang, Kecamatan Poco Ranaka, Kabupaten Manggarai Timur.

Hari ini, 11 Juli, mereka memberi pendampingan serupa di desa lain di Poco Ranaka Timur, yakni Desa Wejang Mali.

Agenda berikutnya adalah pada 14-16 Juli, yaitu pendampingan di Desa Gulung, Kecamatan Satar Mese Utara, Kabupaten Manggarai.

Kegiatan turun ke desa ini merupakan rangkaian dari tur akademik KESA Edisi III Tahun 2017, setelah sebelumnya kegiatan yang sama dilakukan pada tahun 2015 dan 2016.

Fandry Riandu, ketua panitia tur akademik tahun ini mengatakan, setiap kali melakukan kegiatan, mereka terlebih dahulu melakukan pendekatan dan penggalian informasi di desa tujuan pendampingan.

Fandry menambahkan, selain turun desa, KESA juga berencana akan ke sejumlah Sekolah Menengah Atas untuk berbagi pengalaman terkait organisasi.

“Sebelumnya kami juga sudah melakukan pendekatan dengan dua sekolah swasta yang ada di kota Ruteng. Kegiatan ini sebagai bagian dari kepedulian kami terhadap perkembangan anak muda kota Ruteng dan Manggarai secara umum,” katanya.

“Kegiatan ini akan dilaksanakan di sela-sela kegiatan turun ke desa,” tambah Fandry, yang kini memasuki semester V Program Studi Ilmu Pemerintahan STPMD “APMD” Yogyakarta.

Roland Erasmus, Ketua KESA menambahkan, berbagai kegiatan yang dilaksanakan KESA merupakan bagian dari pengabdian akan tanah Manggarai.

“Kami sadari bahwa ilmu kami di kampus belum cukup, sehingga proses pembelajaran di tengah masyarakat menjadi penting,” kata mahasiswa semester V STPMD “APMD” ini.

Pendampingan di Compang Wesang

Dalam kunjungan pada 6 Juli lalu ke Desa Compang Wesang, desa pertama yang menjadi sasaran kegiatan KESA, mereka melakukan tatap muka bersama seluruh perangkat desa, BPD dan tokoh-tokoh masyarakat.

Dalam tatap muka ini, KESA memberikan beberapa materi terkait pembangunan desa yakni peningkatan kapasitas perangkat desa, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan strategi pembangunan desa.

Selain pemberian materi yang dilanjutkan dengan diskusi bersama, KESA juga menginisiasi pembentukkan Taman Baca Desa Compang Wesang.

“Inisiasi taman baca ini sebagai bentuk keberpihakan KESA dalam gerakan literasi,” kata Fandry.

“Kami mengharapkan agar adik-adik di Desa Compang Wesang bisa memanfaatkan waktu senggang dengan membaca. Kehadiran kami untuk menginisiasi, selanjutnya pengelolaan taman baca ini kami serahkan sepenuhnya kepada pihak pemerintah desa,” lanjutnya.

Di samping itu, KESA juga berkesempatan untuk mengunjungi salah satu lokasi wisata alam di desa ini, yakni di Air Terjun Wae Wua.

Air terjun ini sangat unik karena pada pagi hari airnya hangat namun pada siang hari airnya dingin.

Selain itu, sumber air dari air terjun ini, yang terdiri dari belasan titik, langsung dari perut bumi.

Arif Laga, salah satu anggota KESA berpose di dekat Air Terjun Wae Wua yang terletak di Desa Compang Wesang. (Foto: dok. KESA)

“Saya baru pertama kali ke tempat ini. Beberapa air terjun yang saya kunjungi hanya memiliki satu sumber. Namun, di tempat ini hingga belasan. Meski tidak terlalu tinggi namun mata saya disegarkan oleh wisata air terjun ini” kata Arif Laga, salah satu anggota KESA.

Roland mengatakan, KESA punya tanggung jawab untuk mempromosikan tempat ini.

“Kami siap mempromosikan tempat ini agar lebih banyak orang yang berkunjung ke Desa Compang Wesang,” katanya.

Yulius Lesing, Kepala Desa Compang Wesang mengatakan bersyukur atas kehadiran KESA di desanya.

“Mereka sangat membantu kami untuk bisa lebih memahani tugas-tugas dan tanggung jawab kami,” katanya.

“Kami juga bersyukur atas kesempatan berbagi informasi, terutama bagaimana bisa melahirkan terobosan-terobosan dalam pembangunan di desa,” tambahnya.

Pendampingan di Desa Compang Wesang. (Foto: dok. KESA)

Ia menyatakan apresiasi karena sangat jarang mendapati mahasiswa yang mau secara cuma-cuma menyumbangkan ilmunya bagi masyarakat.

“Mereka ini termasuk mahasiswa yang langka. Apa yang sudah kami bahas dengan mereka, tentu akan kami perhatikan ke depan, apalagi kami kemudian bisa terus membangun komunikasi dengan mereka,” katanya. (ARL/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini