Panitia TdF Perlu Punya Strategi Media yang Akurat

Jakarta – Tokoh NTT Ignatius Iryanto menyambut baik dan mengapresiasi pelaksanaan Tour de Flores (TdF) yang kedua pada 14-19 Juli 2017. Pasalnya, sudah ada langkah maju dengan terselenggaranya beberapa sub-event di sela-sela acara TdF 2017.

Seb-event yang dimaksud Ignatius adalah acara minum madu hutan Flores secara masal dengan acara budata Lamaholot di Larantuka dan acara minum kopi Flores secara massal dengan acara budaya Manggarai di Labuan Bajo.

“Proficiat untuk penyelenggara TdF, suatu langkah maju, diharapkan tahun depan, di etape-etape lainnya dibuat sub event juga. Paling ideal, APBD dipakai untuk biayai sub event ini,” ujar Ignatius di Jakarta, Minggu (9/7/2017).

Di tengah adanya langkah maju tersebut, Ignatius tetap mengingatkan panitia penyelenggara TdF agar mempunyai strategi media yang akurat. Karena, menurut Ignatius, TdF lebih diarahkan pada promosi dan bukan mendatangkan wisatawan secara langsung.

“Apalagi di panitianya terlibat tokoh tokoh media, semoga ini memang diperhatikan secara khusus sehingga keberhasilan strategi media ini bisa dihitung secara kuantitatif atau PR value yang disebut oleh Menteri Pariwisata saat launching dengan istilah media value bisa langsung dihitung panitia,” jelas Bakal Calon Gubernur NTT ini.

Media value atau PR value ini, lanjut Ignatius akan menjadi bagian penting dari laporan panitia nanti dan sekaligus merupakan  KPI atau key performance indicator dari event TdF. Media value ini akan menunjukkan bahwa gaung promosi wisata dari TdF memang tinggi bukan dengan kalimat-kalimat kuantitatif seperti ada banyak media yang memuat atau ditayangkan oleh banyak televisi.

“Hitunglah dengan tepat media value dari event ini. Itu bisa dilakukan oleh panitia dengan memastikan seberapa masif media mainstream maupun media sosial membuat berita event TdF ini,”ungkap dia.

Ignatius Iryanto Djou (Foto: Pet/Floresa)

Metodenya, kata dia bermacam-macam. Salah satu contohnya adalah lomba penulisan berita TdF di media cetak dengan kriteria berita tersebut memuat obyek wisata yang dilalui oleh para pembalap baik wisata alam, budaya, kuliner, ritual, kampung adat, dan sejarahnya.

“Jadi, obyek-obyek wisata yang dilalui para pembalap disisipkan dalam tubuh berita mengenai TdF. Model kompetisinya ini bisa berbentuk tulisan atau artikel,” tutur dia.

Selain itu, kata Igantius, metodenya bisa dengan lomba membuat video pendek atau bahkan sekadar foto terkait event TdF. Pemenang lomba tersebut ditentukan dengan kriteria seberapa banyak orang yang “like” pada foto atau video tersebut.

BACA Juga:

“Dengan metode-metode tersebut, media value atau PR Value yang merupakan nilai total berita yang dimuat tentang TDF baik cetak, elektronik, dan medsos bisa diukur. Ini jelas menggambarkan efek promosi wisata dari TdF ini. Jumlah yang datang mungkin masih kecil namun efek promosinya yang besar yang berdampak pada tingkat kunjungan wisata ke Pulau Flores,” pungkas dia menerangkan. (YUS/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini