Kisah-kisah Mengerikan Tentang Gigitan Komodo

Floresa.coPada hari ini, Rabu, 3 Mei 2017, kembali terjadi kasus gigitan oleh hewan purba komodo di Manggarai Barat (Mabar), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Korbannya adalah wisatawan asing asal Singapura yang sedang berlibur ke Pulau Komodo.

BACA: Komodo Gigit Turis Asing

Kasus seperti ini bukan baru pertama kali terjadi. Memang, di samping predikat sebagai ikon Indonesia di mata dunia, komodo termasuk hewan yang sangat membahayakan.

Tidak sedikit orang yang harus menghadapi kondisi kritis pasca diterkam binatang purba tersebut. Setidaknya sejumlah sumber menyebutkan, kasus gigitan sudah mencapai sekitar 30 kasus, yang didata sejak tahun 1974.

Lima orang di antaranya kemudian tewas, antara lain Baron Rudolf (turis asing), digigit di Loh Liang, Pulau Komodo, pada 1974; Abu Bakar (WNI), digigit di Kampung Rinca pada 1981; seorang anak 7 tahun (WNI), digigit di Kampung Rinca pada 1987; Mansyur (WNI), digigit saat sedang buang air besar di Kampung Komodo pada Mei 2007; dan Anwar (WNI), digigit ketika sedang berburu di Loh Srikaya pada Maret 2009.

Berikut beberapa kasus gigitan yang dihimpun Floresa.co dari berbagai sumber:

Tarsan, digigit saat hendak memberi makan rusa

Tarzan (47) seorang Polisi Hutan yang beralamat di Kampung Air, Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo, Manggarai Barat harus mengalami luka robek yang cukup parah di betis sebelah kanannya akibat gigitan Komodo. Tarzan diserang komodo pada Minggu, 20 April 2014  sekitar pukul 06.30 wita bertempat di Pos Jagawana Loh Baru sebelah selatan Pulau Rinca, kawasan Taman Nasional Komodo.

Kejadian berawal ketika Ia melakukan tugas rutinnya yaitu memberi makan rusa dengan menggunakan sebuah ember yang berisi nasi di sekitar pos di Loh Baru di sebelah selatan Pulau Rinca Kawasan Balai Taman Nasional Komodo. Tanpa disadarinya tiba-tiba datang seekor komodo berukuran sedang langsung menyambar dan menggigit betis kanannya. Gigitan komodo tersebut menancap di kakinya sekitar 3 sampai 5 menit, sehingga darah mengucur deras dari lukanya bahkan darah yang keluar mencapai 2000 cc.

Serangan komodo tersebut membuatnya terjatuh dan Ia pun berusaha memukul binatang tersebut menggunakan ember. Kemudian  komodo tersebut pergi dan korban berjalan menaiki tangga pos untuk meminta bantuan. Kemudian adiknya  yang bernama Gunardi (25) yang tengah mencuci piring datang membantu Tarzan. Dengan menggunakan speed boat, Tarzan langsung dibawa ke Labuan Bajo. Selanjutnya korban dibawa ke Puskesmas Labuan Bajo. Karena di Puskesmas tersebut tidak ada dokter bedah, maka  sekitar pukul 12.30 ia diterbangkan ke Bali dengan menggunakan pesawat dan dirawat di RSUP Sanglah Denpasar.

Siti Nur,sang istri mengatakan ini adalah pertama kalinya Tarzan diserang komodo, selama bekerja menjadi Polisi Hutan sejak tahun 87.

Haisa, diterkam saat sedang membuat sapu lidi

Di sela-sela kesibukan membuat anyaman sapu lidi di Pulau Rinca pada pada 9 Maret 2013 lalu, Haisa (83) diserang komodo. Ia pun harus tunggang langgang menyelamatkan diri saat hewan buas itu menerkamnya. Haisa mengisahkan, ia diserang pada pukul 03.00 WITA saat sibuk membersihkan daun kelapa untuk dijadikan lidi. Ia tidak mengira ada komodo di dekatnya.

“Kejadiannya sangat cepat. Tiba-tiba dia (komodo) muncul dari balik tumpukan semen dan langsung menyerang saya. Dia juga menggigit tangan kanan saya,” katanya. Akibatnya pun nyaris fatal. Haisa mengalam luka robek di telapak tangan kanannya.

Marselinus, pemandu wisata yang kakinya nyaris ditelan

Pekerjaannya sebagai pemandu wisata di TNK Manggarai Barat nyaris merenggut nyawa Marselinus Subanghadir. Pada 22 Februari 2010 ia diserang komodo dan membuatnya harus diterbangkan ke RSUP Sanglah Denpasar. Peristiwa mengerikan itu berawal saat Marselinus bertugas menjadi pemandu wisata di Loh Buaya, sebuah tempat yang dihuni belasan komodo di Pulau Rinca, TNK.

“Kaki kanan Marselinus digigit komodo saat dia turun dari tangga di dekat pos jaga. Sangat cepat sekali Komodonya menerkam sampai-sampai dibuatnya kewalahan. Akibat gigitan itu, dia mengalami luka robek lima centimeter di kakinya,” kata Kepala TNK Tamen Sitorus.

Ahmad dan Petu, dua polisi hutan yang tiba-tiba diserang

Ahmad Main (50) dan Petu Usman Li (35) harus berjibaku melawan serangan komodo berukuran dua meter lebih pada 6 Februari 2013 lalu. Keduanya merupakan polisi hutan yang lama bekerja di lokasi itu.

Dua orang ini diterkam komodo saat lengah bertugas. Keduanya ketika itu sedang di front office Loh Buaya. Namun sekitar pukul 13.00 Wita seekor komodo berukuran besar menyerang mereka secara tiba-tiba. Kepala TNK, Sustyo Iryono mengaku awalnya Ahmad Main sendirian di front office Loh Buaya. Dia saat itu istirahat.

Namun tiba-tiba masuk seekor komodo yang akhirnya membuat Ahmad panik dan ketakutan sehingga dia langsung naik ke atas kursi sambil berteriak meminta tolong. Apesnya lagi, gerakan tiba-tiba itu justru membuat komodo kian agresif dan langsung menyambar kaki kirinya. “Belum sempat melompat lari kaki dia keburu digigit komodo. Setelah itu, kita bawa dia ke Puskesmas Komodo,” urainya. (ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek