Yesus dan Makan

Oleh: PASTOR MAX ABIT SVD

Jangan anggap remeh dengan makanan dan peristiwa makan. Kedua hal ini menduduki posisi sentral dalam hidup manusia dan misi Yesus. Setiap manusia butuh makanan dan mesti bisa makan, agar bisa bertahan hidup. Kalau tidak ada makanan manusia akan kelaparan dan akan mati. Atau kalau ada makanan tetapi tidak bisa makan juga bisa menyengsarakan hidup dan mengakibatkan kematian.

Sebagai makhluk yang sanggup secara sadar menata hidupnya, manusia selalu berusaha mencari makanan yang terbaik untuk hidupnya. Selain itu, melalui peristiwa makan, manusia merayakan kehidupannya, merayakan persaudaraan dengan sesama, menyatakan kasih serta rasa kekeluargaan.

Akan tetapi, di sisi lain, kita juga seringkali menemukan bahwa gara-gara makanan dan tidak bisa makan, atau mau makan banyak, orang tidak segan segan menyingkirkan yang lain, menjual sesama yang lemah atau malah baku bunuh. Gara-gara mau makan lebih orang gampang menipu sesama, tetlibat korupsi, serta menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kekuasaan.

Hidup dan misi Yesus sewaktu hidupnya di dunia ini juga dekat dengan soal makanan dan peristiwa makan. Ia pernah digoda iblis dengan alasan makanan, roti. Ia juga beberapa kali memberi makan ribuan orang yang kelaparan. Ia sering semeja perjamuan dengan orang-orang yang dianggap berdosa seperti si Zakheus serta orang-orang yang membencinya.

Lewat peristiwa makan bersama semeja perjamuan, Ia membangun dialog dengan sesama dan mentobatkan orang-orang berdosa. Ia memberi makan, menjalin relasi saudara-saudari dengan sesama tanpa intimidasi, serta memberi harapan hidup bagi mereka yang sering disingkirkan dalam hidup bersama.

Yesus bukan hanya beri makan; Ia juga adalah makanan yang Ia beri. ‘Akulah roti hidup’; Terimalah dan makanlah, inilah tubuhKu yang diserahkan bagimu’. Ia memberi diri-Nya untuk dimakan, agar kita manusia memiliki hidup hingga kekal. Ia rela beri diri, menjadi korban di salib hanya untuk membebaskan dan menyelamatkan manusia. Ia rela beri diri, jadi makanan bagi kita manusia, agar kita manusia tidak lagi saling makan satu sama lain. Ia mau kita manusia hidup sebagai saudara dan saudari semeja perjamuan dalam hidup ini tanpa berusaha menyingkirkan sesama.

Sebelum Ia berpisah dengan para muridNya, Ia adakan makan bersama dengan mereka. Melalui peristiwa makan bersama itu, Ia mau beri amanat terakhir yang amat berharga yang mesti dihidupi oleh murid-muridNya. Ia secara terang-terangan memberi diri-Nya. Ia menunjukkan kasihNya yang terluhur bagi manusia.

Kasih menuntut pengorbanan. Rela beri diri untuk jadi korban adalah wujud kasih yang paling transparan. Hanya lewat kasih dan kesediaan menjadi korban,akar dan rantai kekerasan saling makan di antara manusia bisa dipatahkan. Yesus sudah beri teladan, agar kita hidup sebagai saudara dan saudari dalam satu meja perjamuan kehidupan ini.

Sebagai rekan semeja perjamuan kehidupan di dunia ini, sudah sepantasnya kita saling melayani. Atau dalam bahasa wasiat Yesus saat malam terakhir bersama para muriNya: kamu wajib saling basuh kaki. Selamat menikmati makan malam semeja perjamuan bersama Sang Guru.

Penulis adalah Pastor Kapelan Paroki Boba, Kevikepan Bajawa, Keuskupan Agung Ende

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini