Dua Proyek Jalan di Manggarai Barat Ini, Diduga Dikerjakan Asal Jadi

Floresa.co – Sejumlah proyek jalan di wilayah Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur ditengarai dikerjakan asal jadi.

Pasalnya, meski baru dikerjakan, tetapi di sejumlah titik ruas jalan tersebut sudah ditemukan kerusakan. Warga pun mengeluhkan kondisi jalan tersebut.

Proyek Jalan Golo Menes-Kondas

Proyek ruas jalan Golo Menes-Kondas terdapat di kecamatan Sano Nggoang.

Proyek ini dikerjakan oleh CV Putra Teknik Mandiri dengan menggunakan anggara APBD Manggarai Barat tahun 2016.

Ketika Floresa.co melintasi ruas jalan tersebut beberapa waktu lalu, ditemukan sejumlah kerusakan parah di beberapa titik.

Kerusakan proyek itu mulai terlihat dari Golo Menes. Kemudian sebelum kampung Muntung.

Di beberapa bagian ditemukan lubang yang tergenang air.

Kondisi agak baik terlihat di sepanjang kampung Muntung hingga kampung Tondong Raja. Meski demikian, kontur jalan terasa bergelombang.

Kondisi rusak juga terlihat dari kampung Tondong Raja hingga kampung Ndewel.

Tomas, warga Kampung Ndewel Desa Golo Ndoal mengatakan saat pengerjaan proyek itu pihak kontraktor memasang patok hingga kampung Kondas.

Namun faktanya, kontraktor hanya mengerjakan sampai di kampung Noa.

”Si kontraktor bilang tidak bisa dilanjutkan ke kampung Kondas, karena terlalu banyak galian,”ujar Tomas.

Anton Aron, Direktur CV Putra Teknik Mandiri mengakaui perusahaanya mengerjakan proyek itu pada 2016 dengan nomenklatur Golo Menes-Kondas Wersawe.

Ia mengatakan perusahaannya hanya mengerjakan bagian yang rusak.

”Penangannya yang rusak saja tidak menyeluruh. Di Kondas memang tidak ditangani. Kita kerja hanya lompat-lompat saja,khusus tangan yang rusak parah,”ujarnya melalui sambungan telepon pada Senin 27 Maret lalu.

Ia mengatakan perusahaannya mengerjakan secara penuh di kampung Muntung hingga Todong Raja.

“Yang di genangan air itu memang masih aspal lama. Kita tidak tangani dan hanya tangani full di kampung Muntung hingga Tondong Raja,”ujarnya.

PPK Proyek Golo Menes-Kondas, Yos Jemali mengatakan proyek itu masih dalam masa pemeliharaan hingga Desember 2017.

“Memang pengerjaan tidak menyeluruh, hanya di titik tertentu saja. Hanya peningkatan saja,”ujarnya.

“Lokus yang dikerjakan di sebelum kampung Muntung. Dari kampung Muntung hingga Tondong Raja dikerjakan full,”tambah Yos.

Proyek Jalan Sambigoro-Orong

Proyek yang diduga dikerjakan asal jadi juga terjadi di ruas jalan pertigaan Sambigoro-Orong kecamatan Welak.

Proyek senilai Rp 2 miliar ini dikerjakan oleh CV Dwi Putra pada tahun 2016.

Selain sudah berlubang dan banyak gelombang beberapa deker yang dikerjakan CV Dwi Putra sudah jebol. Demikian juga beberapa tembok penahan, sudah roboh.

Pantauan Floresa.co, Senin (3/4) mulai dari pertigaan Sambi Goro menuju jembatan penghubung Desa Golo Ronggot dan Orong,kondisi kerusakan cukup parah, banyak aspal sudah terkelupas.

Padahal, arus lalu lintas di jalur tersebut terbilang tidak terlalu ramai. Mayoritas kendaraan roda dua yang paling sering melintas. Itu pun dengan durasi antara 20 menit hingga 30 menit antara satu kendaraan dengan kendaraan lainnya.

Sebuah deker di ruas jalan pertigaan Sambigoro-Orong sudah jebol (Foto: Ferdinand Ambo/Floresa)
Sebuah deker di ruas jalan pertigaan Sambigoro-Orong sudah jebol (Foto: Ferdinand Ambo/Floresa)

Viki, kontraktor yang mengerjakan jalan itu mengatakan kerusakan terjadi akibat cuaca buruk di wilayah itu. Ia mengaku sudah beberapa kali melakukan perbaikan bagian yang rusak.

“Itu proyek saya, tahun anggaran 2016. Sudah PHO sejak Januari 2017 kemarin,”ujarnya.

Viki mengatakan pihaknya masih bertanggung jawab atas kerusakan di ruas tersebut karena masih dalam tahap pemeliharaan.

“Ada beberapa kerusakan itu akibat bencana. Saya mau perbaiki tetapi tunggu hujan selesai”,ujarnya.

“Demikian juga deker yang rusak. Akibat air besar sekali. Apa pun kondisinya saya pasti perbaik, percuma perbaik sekarang,”ujarnya.

Ia mengaku pagu anggaran proyek itu sebesar Rp 2 miliar.

Ketika ditanya terkait jalan bergelombang,apakah bukan faktor kualitas pengerjaan rendah, Viki mengatakan karena faktor struktur tanah.

“Itu pengaruh kontur tanahnya seperti itu. Bahkan di beberapa titik kita kerja ulang, tetapi masih juga rusak,”ujarnya. (Ferdinand Ambo/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini