Potret Potensi Mineral di Manggarai (raya)

Floresa.co – Memasuki tahun 2017 ini, isu pertambangan kembali menjadi polemik di Manggarai (raya). Ini dipicu oleh pembahasan izin lingkungan yang diajukan PT Masterlong Mining Resources (MMR) ke pemerintah Kabupaten Manggarai.

Perusahaan ini mengajukan izin lingkungan sebagai syarat mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi dari Pemerintah Provinsi NTT.Ada pun jenis mineral yang hendak dikeduk perusahaan ini adalah mangan di Nggalak dan Maki Kecamatan Reok Barat.

Tanah Manggarai yang meliputi tiga kabupaten (Manggarai, Manggarai Barat dan Manggarai Timur) memiliki potensi mineral yang cukup besar. Sejumlah perusahaan tambang bahkan sudah beroperasi di tiga kabupaten ini.

Bersamaan dengan itu, penolakan dari berbagai elemen masyarkat terhadap kegiatan industri pertambangan tersebut juga masif dilakukan sejak 2009 lalu.

Berdasarkan data Badan Geologi Kementerian ESDM, di Manggarai (raya) terdapat emas, perak, tembaga, pasir besi, timbal dan mangan.

Emas Primer

Berbagai bahan mineral ini tersebar di sejumlah lokasi. Di Manggarai Barat misalnya terdapat emas primer di dua lokasi di Kecamatan Komodo yaitu di Wae Asah dan Tabedo.

Kegiatan pertambangan di dua lokasi tersebut masih dalam tahap eksplorasi umum. Berdasarkan kegiatan tersebut ditemukan potensi emas di Wae Asah sebanyak 500.000 ton dan di Tabedo sebanyak 300.000 ton.

Emas primer juga ditemukan di Wae Dara Kecamatan Reo Kabupaten Manggarai. Berdasarkan eksplorasi yang dilakukan ditemukan potensi emas primer sebanyak 1,2 juta ton.

Perak,Seng, Tembaga dan Timbal dan Pasir Besi

Selain emas primer di Wae Dara juga ditemukan Perak, seng, tembaga dan timbal. Seperti emas primer, kandungan perak, seng, tembaga dan timbal di lokasi tersebut juga 1,2 juta ton untuk masing-masing mineral.

Sedanagkan, pasir besih terdapat di Nangarawa Kecamtan Kota Komba. Berdasarkan eksplorasi umum yang dilakukan potensi pasir besi di wilayah tersebut sebanyak 134.520 ton.

Mangan

Mangan merupakan mineral yang paling banyak di temukan di Manggarai (raya). Mineral ini ditemukan di sejumlah tempat.

Di Kecamatan Cibal Kabupaten Manggarai ada di dua lokasi yaitu Wae Pateng dan Riung. Di Wae Pateng potensi mangan yang ada sebanyak 23.073,8 ton. Sedangkan, di Riung sebanyak 367.750 ton. Di Riung ini sudah dalam tahap operasi produksi.

Mangan yang paling banyak ditemukan di Kecamatan Reo. Berdasarkan data Badan Geologi, setidaknya terdapat di 9 lokasi yaitu di Kajong (blok Saga 2) yang sudah memasuki tahap operasi produksi. Total cadangan mangan sebanyak 439.420 ton.

Kemudian, di desa Bajak yang masih dalam tahap prospeksi dengan potensi mineral mangan sebanyak 1.080 ton.
Di desa Robek terdapat di tiga lokasi yang semuanya sudah masuk tahap operasi produksi, dengan total cadangan sebanyak 8.140.435 ton dan sumber daya sebanyak 907.370 ton.

Kemudian, di desa Wangkung terdapat di dua lokasi. Satu lokasi sudah memasuki tahap operasi produksi dengan cadangan sebanyak 294.354 ton dan sumber daya sebanyak 618.960 ton. Kemudian satu lokasi lagi masih dalam tahap eksplorasi dengan cadangan sebanyak 4 juta ton dan sumber daya sebanyak 554.200 ton.

Masih di wilayah Reo, mangan juga ditemukan di Ropang. Kegiatan pertambangan masih dalam tahap survei dengan perkiraan potensi mangan sebanyak 760 ton.

Cadangan mangan yang terbesar di wilayah Reo terdapat di Watutango. Berdasarkan eksplorasi cadangan mangan yang ada sebanyak 32.448.800 ton dan yang masih berstatus sumber daya mencapai 122.460 ton.

Di wilayah Manggarai Timur, mangan ditemukan di desa Satarpunda Kecamatan Lambaleda. Kegiatan pertambangan sudah masuk tahap operasi produksi dengan cadangan sebanyak 16.473 ton.

Antara Berkah dan Petakah

Keberadaan sumber daya alam mineral ini seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, dianggap sebagai potensi ekonomi yang bisa menggerakan ekonomi lokal.

Tetapi di sisi lain, akan mebawah petaka bagi masyarakat lokal terutama di sekitar lokasi tambang. Kerusakan lingkungan berserta ekses negatif lainnya dari kegiatan pertambangan dialami langsung oleh masyarkat sekitar tambang. Belum lagi, konflik horisontal yang ditimbulkan akibat pro kontra kehadiran tambang di wilayah mereka menimbulkan keretakan hubungan sosial yang sudah terjalin lama.

Manfaat ekonomi memang tidak bisa dinafikan, tetapi yang dirasakan masyarakat lokal hanya rema-rema dari kegiatan pertambangan itu. Sebagian besar keuntungan dari kegiatan pertambangan justru dinikmati perushaaan yang melakukan eksploitasi dan segelintir elit lokal. Dampak negatif justru lebih banyak. Selain masalah lingkungan, yang tak kalah serius adalah kehilangan tanah untuk pertanian. (Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek

Was-was Manipulasi Informasi Terkait Proyek Geotermal Poco Leok

Temuan Floresa mengungkapkan manipulasi informasi adalah salah satu dari berbagai “upaya paksa” meloloskan proyek tersebut.