BKD Matim Janji Bantu Stefanus Banus

Borong, Floresa.co – Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Manggarai Timur berjanji akan membantu Stefanus Banus, warga yang masih berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) namun kehilangan haknya selama 16 tahun.

Hal itu disampaikan oleh  Kepala BKD Matim, Stefanus Jaghur pada Senin, 28 November 2016 saat ditemui Floresa.co.

Pada Senin itu, Floresa.co juga menyerahkan dokumen kepegawaian Banus, antara lain SK II C, SK 100 persen, Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Latihan (STTPL), Kartu Pegawai Negeri Sipil, serta Surat Perintah Melaksanakan Tugas.

BACA: Stefanus Banus: 16 Tahun Kehilangan Hak Sebagai PNS

Dokumen-dokumen itu sebelumnya pada Minggu, 27 November 2016 diterima Floresa.co dari Banus di kediamannya di Wae Ruek, Desa Golo Munga, Kecamatan Lamba Leda.

Banus saat itu meminta Floresa.co, yang menemuinya bersama  seorang warga setempat, Yulius Apriano membawa dokumen itu ke Borong.

Jaghur mengatakan, akan mengkonsultasikan masalah yang dihadapi Banus dan menyerahkan dokumen-dokumennya kepada Badan Kepegawaian Nasional (BKN) di Jakarta.

Kata dia, kebetulan pada hari ini, Rabu, 30 November, ia ada agenda ke Jakarta.

“Oleh karena itu, sekaligus saya akan konsultasikan dokumen yang bersangkutan dengan pihak BKN,” ujarnya.

“Saya mencoba konsultasikan ke BKN untuk mengecek datanya. Masih adakah data kepegawaian yang bersangkutan di sana.”

Ia berjanji akan berupaya menolong Banus agar bisa aktif kembali sebagai PNS.

“Yah, ini jalan Tuhan. Kalau Tuhan kehendaki yang bersangkutan tetap menjadi seorang PNS, siapa tahu yah”, tambahnya. “Tidak ada yang mustahil bagi Tuhan. Yang paling penting adalah kita sudah berusaha.”

Pondok milik Stefanus Banus. (Foto: Ronald Tarsan)
Pondok milik Stefanus Banus. (Foto: Ronald Tarsan)

Kalaupun perjuangan ini gagal, ujar Jaghur, pihaknya akan menawarkan alternatif lain, yakni mengakomodir agar Banus mengabdi kembali sebagai guru.

“Yang terpenting ia sanggup untuk mengajar lagi,” kata Jaghur.

Ia menjelaskan, kalau ia siap untuk mengabdi kembali, maka pihaknya akan memperjuangkan Sarjana Muda itu agar terakomodir melalui kebijakan Bantuan Operasional Daerah (Bosda).

“Kita akan akomodir dan masukkan dia sebagai salah satu guru yang menerima dana Bosda Kabupaten Matim”, tuturnya.

Solusi itu, jelas Jaghur, agar Banus bisa kembali mencerdaskan anak bangsa, tentunya melalui ilmu yang dia miliki.

Ia melanjutkan, pihaknya akan menempatkan Banus di sekolah yang tak jauh dari tempat tinggalnya, misalnya di SDI Wae Ruek atau SDI Wae Paci.

“Kalau SDI Wae Ruek yang dekat dengan kediamannya, tinggal kita koordinasikan dengan kepala sekolahnya di sana”, kata Jaghur lagi.

Namun yang paling penting menurut Jaghur, Banus harus siap menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai seorang guru yang profesional.

“Dia harus bisa disiplin dan tunduk pada aturan yang berlaku”, tutupnya tegas.

BACA: DPRD Matim: Stefanus Banus Perlu Konsultasi ke Badan Kepegawaian

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Banus, lulus tes PNS pada 1994 dan bertugas di Timor Leste, yang sebelum lepas dari Indonesia bernama Provinsi Timor Timur.

Saat Timor Timur merdeka, ia memutuskan bertahan. Namun, ia kembali ke Indonesia pada tahun 2000, setelah ia dipukul oleh sekelompok orang di bagian kepala, lalu mengalami gangguan mental.

Sejak itu, Banus tidak lagi menikmati haknya sebagai PNS dan kini hidup seorang diri di kebunnya di Wae Ruek.

Pria 54 tahun itu, kini tinggal di pondok miliknya, tepatnya di wilayah Cepawos, Kampung Wae Ruek.

Dalam wawancara sebelumnya dengan Floresa.co, ia mengatakan, dirinya sudah pernah berjuang agar statusnya sebagai PNS bisa aktif kembali.

“Saya pernah memberikan dokumen kepegawaian saya kepada Gabriel Kabut, salah satu guru PNS di SDI Wae Ruek untuk ditindaklanjuti. Katanya, dia mau kasih kepada Bernadus Daguk, salah satu anggota DPRD Manggarai Timur,” katanya.

Namun, belum ada kabar baik yang ia terima.  “Saya berharap kepada Pemerintah Manggarai Timur agar menolong dan memperjuangkan hak saya sebagai PNS”, harapnya.

“Saya ini mengalami kecelakaan kerja. Tetapi, mengapa dan kenapa tidak diperhatikan oleh negara”, ungkapnya.

“Saya telah memberi sumbangsih, baik kepada negara maupun gereja. Namun, pada hari ini, tak seorang pun yang mau menolong saya,” lanjut Banus. (Ronald Tarsan/ARL/Floresa).

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Bicara Tuntutan Nakes Non-ASN, Bupati Manggarai Singgung Soal Elektabilitas, Klaim Tidak Akan Teken Perpanjangan Kontrak

Herybertus G.L. Nabit bilang “saya lagi mau menaikkan elektabilitas dengan ‘ribut-ribut.’”

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek