Mimpi Basir, Kades Termuda di Mabar

Floresa.co — Dalam pemilihan kepala desa (Pilkades) Kabupaten Manggarai Barat tahun ini, nama Basri tercatat sebagai kepala desa termuda.

Pria berusia 28 tahun ini terpilih menjadi Kepala Desa Papagarang pada Rabu, 28 September 2016.

Papagarang merupakan salah satu desa dalam kawasan Taman Nasional Komodo (TNK).

Desa lain yang termasuk dalam kawasan TNK adalah Desa Komodo dan Desa Pasir Panjang (Rinca).

Sebagai besar warga Papagarang adalah nelayan. Papagarang terkenal sebagai penghasil cumi-cumi terbesar di Mabar.

Pada tahun 2015, jumlah penduduk Desa Papagarang sudah mencapai 1.548 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 413. Dari jumlah demikian, wajib pilih terdapat 917 orang.

“Saya menang dengan peroleh 461 suara. Selisih 69 suara dengan nomor urut dua,” ujar Basir kepada Floresa.co baru-baru ini.

Dua kandidat lain tersebut  antara lain Haji Abdullah dan Ismail Jamaludin.

Tidak hanya berjarak dari segi umur, keduanya sudah menjadi tokoh masyarakat di Desa Papagarang.

“Itu yang selalu bikin saya pesimis” ujarnya.

Lalu bagaimana Basir dapat terpilih menjadi kepala desa? Apa program pamungkas Basir selama masa kampanye?

Optimisme Anak Muda

Ketika memutuskan ikut Pilkades, Basir sedang bekerja sebagai Sekretaris Desa Papagarang. Ia menempati posisi itu selama hampir satu setengah tahun.

Sebelumnya, usai kuliah pada pertengahan 2013, Basir pernah menjadi guru di SMP satu Atap Paparang dan SMA Sinar Komodo di Labuan Bajo.

Di dua tempat itu, ia hanya bekerja masing-masing satu semester sebelum akhirnya mengabdi sebagai sekretaris desa

Basir bercerita, semula tak terlintas dalam benaknya untuk mencalonkan diri. Faktor umur yang menjadi kekuatirannya.

“Meskipun ingin menjadi kepala desa, saya tidak punya niat karena masih muda dan belum percaya diri,” kata alumnus Universitas Muhamadiyah Makassar ini.

Namun, di sela-sela pencalonan itu, ia iseng-iseng bertanya kepada teman dan keluarga tentang kinerjanya sebagai sekertaris desa selama satu setengah tahun. Ia terkejut saat mendapati jawaban yang membanggakan.

“Karena penilaian-penilaian itu, saya bahkan didorong untuk menjadi kepala desa, (saya) sudah dinilai pantas,” jelasnya.

Padahal saat itu, ia sudah beritikad “main aman”.  Ia cukup mendukung satu calon yang menyakinkan agar jabatannya tetap aman.

Bahkan, kepada kandidat tertentu ia coba membuat “kontrak politik“.

“Saya sudah berjanji kepada pasangan yang mau maju. Kalau kali ini giliran ini saya mendukung dia, pada kali berikutnya giliran saya yang maju,” tandasnya.

Di tengah kebingungannya itu, ia berkonsultasi dengan ibunya. Betapa terkejut saat ibunya mendukungnya untuk maju sebagai kades.

“Mengapa kamu menggantungkan nasibmu itu kepada orang lain. Keadaan sekarang dan nanti tidak akan sama. Kalau kesempatannya bisa sekarang, mengapa tidak diambil,” katanya mengutip nasehat ibunya.

Sejak itulah, ia bertekad menjadi kepala desa.  Ia segera berkonsolidasi dengan anak-anak muda dan meminta petuah dari orang-orang terdekat.

“Walaupun begitu, saya tetap pesimis,” kata anak pertama dari ketiga bersaudara ini.

 

Ia sempat berpikir, jika kalah akan menjadi nelayan dan berbisnis ikan.”

Kampanye Melalui Surat

Selain dukungan dari orang tua dan teman-teman, Basir mengaku, ia ingin menawarkan gebrakan baru dalam membangun desa.

Persis hal semacam itulah, menurutnya, diabaikan oleh para kandidat lain.

“Kebijakan kandidat lain cenderung meneruskan saja apa yang sudah terjadi sebelum-sebelumnya,” ujar alumnus SMP Negeri 1 Komodo ini.

Keinginan membawa gebrakan itu sudah ia mulai tunjukkan saat masa kampanye.

Tidak hanya berkunjung dari rumah ke rumah, Basir memperkenalkan cara kampanye yang unik yakni menulis surat.

“Dalam surat tersebut, saya menuangkan semua gagasan dan tawaran-tawaran kebijakan. Lalu saya edarkan dari rumah ke rumah,” tegasnya.

Dalam surat itu, ia juga menyentil keterlibatan anak muda dalam perjuangan hak-hak masyarakat pesisir.

Dalam demontrasi tahun 2012, ia merupakan salah satu yang terlibat aktif menjadi konseptor kelompok gerakan mahasiswa dan masyarakat pesisir.

“Biar diingat juga jasa-jasa kita sebagai anak muda terhadap persoalan dari masyarakat di sini,” ujar mantan sekretariat umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Universitas Muhammadiyah Makassar itu.

Ketika persaingan makin sengit, surat menjadi senjata Basir yang paling efektif.

Mengetahui kandidat lain bermanuver dengan membeli banyak minuman bagi anak muda, ia lantas menulis surat.

Ia menuangkan gagasannya tentang bahaya minuman bagi anak muda.

“Selama masa kampanye, saya menulis sebanyak empat surat, memberikan gagasan melalui surat” katanya.

Gagasan Pembangunan

Basir merencanakan sekurang-kurangnya empat hal. Pertama, perlu membentuk regulasi daerah terkait kepemilikan tanah.

Sebagai kampung dalam kawasan TNK, warga kampung Papagarang tidak diperbolehkan memiliki sertifikat tanah.

Hal itu di antaranya mempersulit mereka dalam mengakses pinjaman (modal) dari bank dan juga menimbulkan konflik sosial.

Selama masa kampanye, Basir berjanji membuat regulasi di tingkat desa tentang kepemilikan tanah.

“Kalau itu tidak dimungkinkan secara nasional, regulasi di tingkat desa tetap diperlukan, terkait keperluan berurusan dengan bank, juga untuk mengantisipasi konflik horisontal terkait tanah,” jelasnya.

Kedua, memperhatikan tingginya angka putus sekolah.

Basir berencana memperkuat motivasi anak-anak untuk melanjutkan sekolah.

“Mereka perlu didorong untuk terus sekolah dan semakin tekun mengaji. Saya melihat keduanya memiliki hubungan yang kuat,” jelas ayah dari satu anak ini.

Ketiga, sebagai kampung dalam kawasan TNK, Papagarang dapat dikembangkan menjadi desa wisata, terutama karena letaknya sangat strategis yakni di jalur lalu lintas kapal wisata dalam kawasan.

BACA: Desa Papagarang dan Ironi Zonasi di Taman Nasional Komodo

“Kampung Papagarang bisa menjadi tempat singgah bagi wisatawan,” jelasnya.

Hal menarik lain, kata dia, penduduk Kampung Papagarang mempunyai kebiasaan budidaya dan menangkap ikan Cencara.

“Kita mempunyai kebiasaan menutup dan membuka penangkaran ikan Cencara tiap tahun. Beberapa tahun terakhir meredup. Ini bisa dihidupkan lagi untuk menarik wisatawan,” tambahnya.

Keempat, terkait pembangunan di desa, Basir percaya bahwa semakin besar dana ke desa akan dengan sendirinya membawa semakin banyak perubahan di desa.

Namun, menurutnya, hal yang paling urgen adalah menyediakan speedboat untuk membantu pasien yang dirujuk ke rumah sakit.

“Angka kematian bayi dan ibu masih tinggi. Speedboat sangat diperlukan untuk membantu transportasi,” ujarnya.

Mimpi ke Depan

Meskipun bangga karena berhasil terpilih sebagai kepala desa, Basir mengaku, tantangannya tidak mudah.

Yang paling pertama adalah bagaimana memberikan pemahaman tentang politik yang benar.

Menurutnya, untuk membangun desa ia perlu menegaskan bahwa lawan politik semasa pemilihan bukanlah musuh.

Maka, melibatkan tim sukses dari kandidat lain dalam kepengurusan desa bukan sesuatu yang mustahil.

“Tapi keputusan demikian tidak mudah diterima oleh tim sukses saya. Tugas saya adalah meyakinkan mereka bahwa kita sama-sama mau yang terbaik bagi Desa Papagarang,” jelasnya.

Di atas semuanya itu, katanya lagi, ia hanya ingin menunjukkan bahwa ia mampu memimpin Desa Papagarang ke arah yang lebih baik.

“Usai periode pertama, syukur kalau bisa terpilihi lagi nantinya. Namun, saya fokus untuk melakukan yang terbaik saja dulu,” ujar ayah satu anak ini.

Pun jika tidak, kata dia, ia sudah lama ingin melanjutkan pendidikannya.

“Cita-cita terbesar saya adalah saya bisa melanjutkan studi ke S2,” kata mahasiswa jurusan pendidikan sosiologi ini. (Greg/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Apakah Paus Fransiskus akan Kunjungi Indonesia dan Rayakan Misa di Flores?

Kendati mengakui bahwa ada rencana kunjungan paus ke Indonesia, otoritas Gereja Katolik menyebut sejumlah informasi yang kini menyebar luas tentang kunjungan itu tidak benar

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek