Pro Kontra Pembangunan Gapura di Depan Katedral Lama Ruteng

Floresa.co – Pembangunan gapura di depan Katedral Lama di Ruteng, ibu kota Kabupaten Manggarai-Flores, menuai pro dan kontra di media sosial facebook.

Kelompok yang kontra antara lain melihat pembangunan gapura itu menganggu pemandangan (view). Bagian tangga dan pintu gereja yang merupakan elemen artistik dari gereja tua itu tidak bisa dilihat bebas lagi dari kejauhan, seperti dari arah kompleks pertokohan kota Ruteng.

Kelompok yang kontra ini sudah membuat petisi penolakan yang dimotori salah satu warga Manggarai diaspora Kornelya Agus.

Tetapi di sisi lain, orang yang setuju dengan pembangunan gapura itu, melihat manfaatnya untuk menjamin keamanan dan kenyamanan umat yang beribadah di gereja yang dibangun 1929-1939 itu. Tak hanya itu, pagar dan gapura juga untuk menjamin kesakralan tempat itu dari berbagai perbuatan tak terpuji yang diklaim selama ini sering terjadi.

Berikut sejumlah alasan yang pro dan kontra yang terangkum dari berbagai pembicaraan di facebook:

Alasan penolakan pembangunan gapura

  1. Menganggu pemandangan untuk melihat sisi artitistik dari gereja, terutama bagian tangga dan pintu.
  2. Membangun gapura dan pagar sama dengan melarang atau membatasi umat masuk ke dalam gereja.
  3. Masih banyak di daerah terpencil yang butuh dana itu untuk bangun kapela atau gereja. Lebih baik dananya digunakan untuk bangun kapela baru di kampung-kampung. Anggaran pembangunan gapura ini sebesar Rp 80 juta dari APBD Kabupaten Manggarai tahun 2016.
  4. Umat tidak dilibatkan. Saat pembangunan gereja swadaya umat dilibatkan dalam bentuk kumpul uang, saat ada dana dari pemerintah, umat tidak lagi dilibatkan untuk dimintai persetujuannya
  5. Untuk menjamin keamanan mending dibangun pos jaga dan tempatkan Polisi atau Pol PP atau security.
  6. Dulu ada pagar sekeliling Katedral itu. Di salah satu sudutnya ada Gua Maria. Kemudian pagar itu dibongkar atas pertimbangan tidak boleh ada pemisah antara Gereja dengan umat.
  7. Dengan gapura itu, Katedral Lama itu sudah tidak bisa dipandangi lagi dari luar dengan leluasa.
  8. Dari pada pembangunan fisik, pembangunan mental umat itu yang lebih perlu.
  9. Mempertahankan originalitas katedral yang sudah menjadi objek wisata. Tidak perlu menambah ornamen baru yang justru menganggu.
  10. Bangun gapura hanya menghilangkan keindahan gereja Katedral lama.
  11. Sebagai ikon kota Ruteng, Katedral itu harusnya dilestatikan bukan diubah bentuknya oleh satu dua orang.
  12. Gereja tua itu bangunan bersejarah. Harusnya tidak perlu ada pembaharuan dan penambahan bangunan dan asesoris baru, tetapi perlu dijaga kelestarian dan keasliannya. Kalau ada yang nakal, lakukan pendekatan untuk pembinaan.

Tanpa menafikan berbagai argumen yang kontra dengan pembangunan gapura, sejumlah pihak juga menyampaikan pendapat lain yang intinya sepakat dengan pembangunan gapura itu. Beberapa alasan yang setuju antara lain:

Alasan setuju

  1. Pembangunan gapura malah akan menambah keindahan Katedral.
  2. Demi keamanan dan kenyamanan. Soalnya, di halaman gereja sering dijadikan tempat pacaran dan yang lebih buruk menjadi tempat nongkrong sambil meminum alkohol.
  3. Pembangunan gapura itu tidak mengubah bentuk Katedral.
  4. Makna historis dan originalitas tidak hilang hanya dengan membangun pagar besi dan gapura. Justru dengan dibangun pagar kesakralan tempat itu terjaga, tidak malah menjadi tempat yang melakukan hal-hal negatif seperti yang terjadi selama ini.
  5. Jika ditutup dengan pagar dan gapura, pada malam hari orang tidak seenaknya masuk dan berbuat sesuka hati di kompleks Katedral.
  6. Demi menjaga sakralitas lingkungan Gereja. Pagar itu berfungsi untuk mengatur ketertiban dan kenyamanan bukan memisahkan Gereja dengan umat.

Pihak kontra kurang lebih mengedepankan aspek menjaga view. Sedangkan pihak yang pro pembangunan gapura dan juga pagar mengedepankan aspek menjaga kesakralan kompleks Katedral.

Lebih dari itu, mengutip salah satu komentar tanggapan di facebook, barangkali terlalu sederhana alasannya kalau hanya soal view. Tapi pembangunan itu menunjukkan makna simbolik. Pertarungan simbolik, Gereja yang seharusnya terbuka, ditutup-tutupi oleh orang yang dilengkapi kekuasaan, pemerintah dan klerus. Sudah saatnya juga gereja belajar lebih demokratik. Banyak hal perlu dipertimbangkan secara rasional dan melibatkan banyak umat. (Pet/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.