Bangun SMK Akuntansi dan Manajemen di Labuan Bajo, Cara Hilarius Abut “Pulang Kampung”

Floresa.co – Ia tidak berhenti pada diskusi atau wacana tentang bagaimana berkontribusi dalam membangun kampung halaman. Kealihannya di bidang keuangan dan manajemen, tidak hanya ia gunakan untuk kepentingan pribadi, tetapi ia dedikasikan juga untuk anak-anak generasi penerus di Manggarai.

Dia adalah Hilarius Abut, salah satu warga diaspora Manggarai yang kini merantau di Jakarta. Namanya, mungkin tidak setenar beberapa tokoh dari Manggarai yang sudah sukses membangun karir profesional maupun politik di Ibu Kota Negara, Jakarta. Tetapi, diam-diam sejak 2009 lalu, pria kelahiran Kalo, Kecamatan Welak, Manggarai Barat, 20 Juni 1969 ini, merintis pembangunan sebuah sekolah menengah kejuruan di Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat.

Ide pembangunan sekolah menengah kejuruan ini bermula pada tahun 2009. Saat itu, Hilarius kembali ke Labuan Bajo. Kebetulan, ia menjadi caleg pada perhelatan pemilihan legislatif tahun 2009.

Pada tahun 2009 itu, ia mendengar cerita dari Sius Pandur – sekarang anggota DPRD Manggarai Barat – bahwa salah satu persoalan di Manggarai Barat adalah minimnya kemampuan PNS dalam membuat laporan keuangan.

Gayung bersambut. Hilairus pun mengutarakan keinginannya yang sudah lama. Kepada Sius Pandur, ia mengatakan, sebenarnya ia punya niat untuk membangun sekolah menengah kejuruan di bidang akuntansi dan manajemen, sesuai kealihan yang dimilikinya di Jakarta.

Di Jakarta, Hilarius memang menjadi dosen pajak dan akuntasi di LP3I dan mengajar di sebuah SMK di Jakarta Selatan.

Siswa SMK Bina Mandiri Labuan Bajo (Foto: Dokumen Hilarius Abut)
Siswa SMK Bina Mandiri Labuan Bajo (Foto: Dokumen Hilarius Abut)

Keinginananya mendirikan sekolah SMK bidang akuntansi dan manajemen dilandasi beberapa alasan, selaian karena ada cerita dari Sius Pandur tadi.

Pertama, saat itu, di Manggarai Barat belum ada SMK bidang akuntansi dan manajemen, sementara SMK bidang lainnya sudah ada.

Kemudian, kedua, Hilarius melihat, uang begitu penting termasuk bagi orang Manggarai. Tetapi sayangnya, pengetahuan tentang keuangan masih minim. Sampai-sampai, berdasarkan pengalamannya sebagai caleg tahun 2009, pilihan politik pun ditentukan oleh uang.

Alasan ketiga, mengapa ia mendirikan sekolah, dan ini yang penting, adalah sebagai bentuk nyata kontribusi untuk daerah asal yaitu Manggarai. Ini cara dia kembali ke kampung atau pulang kampung.

Alasan lain, sejauh pengalamannya di Jakarta, banyak dana pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah yang dialokasikan di sektor pendidikan. “Tetapi kalau kita tidak sediakan sarananya, pemerintah juga tidak akan menyumbang begitu saja. Inilah cara saya menjemput uang negara ini, bisa lari ke Labuan Bajo,”tandasnya kepada Floresa.co, Selasa 23 Agustus 2016.

Rencana mendirikan SMK akuntansi dan manajemen di Labuan Bajo, langsung mendapat tantangan dari sejumlah pihak di kota ujung barat Pulau Flores itu. Menurutnya, saat itu, ada yang mengatakan, SMK akuntansi dan manajemen tidak laku di Labuan Bajo.

“Saya bilang, bukan soal laku atau tidak laku, tetapi ini kebutuhan,”ujarnya meyakinkan orang-orang yang pesimis dengan rencananya itu.

Labuan Bajo, dipilih karena, menurutnya kota ini semakin bayak dilirik orang luar. “Saya membaca dari tahun 2009 itu, banyak sekali orang-orang luar Labuan Bajo yang sudah melirik Labuan Bajo dan banyak orang (Labuan Bajo) yang sudah menjual tanahnya”.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran dalam benak Hilarius, orang-orang lokal akan tersingkirkan dalam persaingan karena masih minimnya pendidikan keuangan dan manajemen. Karena itu, menurutnya, salah satu cara untuk menghadapi persaingan itu adalah dengan memperkuat kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan.

“Dengan utang sana sini, saya mencoba kerja sama dengan beberapa teman di Labuan Bajo, ayo mari kita rintis pendidikan di Labuan Bajo”ceritanya.

Ia menceritakan pembangunan SMK ini benar-benar dimulai dari ketiadaan. Dengan sejumlah teman, ia lalu membuat yayasan sebagai badan hukum yang manaungi sekolah yang akan dibangun kelak. Setelah yayasan terbentuk, sejumlah perizinan di bidang pendidikan pun dilakukan.

“Akhirnya tahun 2013 kita sudah mulai jalan,”ujarnya seraya menambahkan, setelah melalui berbagai prosedur yang ketat dalam hal membangun sekolah.

Setalah semua izin terpenuhi, Hilarius memulai SMK-nya dengan menyewa gedung di SD Nggorang, Labuan Bajo. SMK yang ia dirikan itu bernama SMK Bina Mandiri.

Nggorang dipilih karena, kebetulan ia sudah membeli satu hektare tanah di Nggorang. Tanah itu, katanya dia beli dengan utang sana-sini.”Walaupun dengan utang, tetapi harus mencoba saja, dengan kemampuan yang saya miliki,”ujarnya.

Salah satu gedung sekolah SMK Bina Mandiri Labuan Bajo (Foto: Dokumen Hilarius Abut)
Salah satu gedung sekolah SMK Bina Mandiri Labuan Bajo (Foto: Dokumen Hilarius Abut)

Kini mereka sudah tidak menyewa gedung di SD Nggorang lagi. Tetapi sudah ada bangunan di atas lahan satu hektare miliknya.

Bangunan sekolah ini dibangun sendiri dan juga bantuan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat. Bangunan bantuan dari pemerintah itu berupa satu laboratorum dan satu perpustakaan bantuan dari pemerintah daerah Kabupaten Manggarai Barat. Kemudian bantuan dari pemerintah pusat senilai Rp 150 juta dalam bentuk laboratorium komputer. “Kalau saya hitung-hitung total uang negara yang masuk sekitar Rp 700 juta,”ujarnya.

Sementara dari dananya sendiri, Hilarius sudah membangun dua ruagan kelas. “Itu ruangan yang sangat sederhana,”ujarnya.

Saat ini, kata dia, karena keterbatasan ruangan kelas, terpaksa kegiatan belajar mengajar juga berlangsung di ruangan laboratorium dan ruangan perpustakaan.

“Kita masih butuh empat ruang belajar. Karena kita sekarang ada enam kelas. Tiga jurusan akuntansi (kelas satu sampai tiga) dan tiga jurusan manajemen (kelas satu sampai tiga),”ujarnya.

Walaupun masih seumur jagung, prestasi SMK ini sudah terbilang bagus. Tahun 2016 ini, merupakan tahun pertama mereka mengikuti UN. Dari tujuh SMK di Manggarai Barat, nilai rata-rata UN SMK Bina Mandiri ini berada pada urutan ketiga terbaik.

Membangun SMK Terpadu

Di tengah berbagai kekurangan ini, Hilairus memiliki rencana membangun sebuah SMK terpadu yaitu SMK yang dilengkapi dengan asrama, layaknya sejumlah sekolah milik yayasan Sukma di Manggarai. Nanti, di asrama, para siswa juga akan belajar bisnis seperti melalui koperasi.

“Orientasi kita adalah mereka (siswa) praktiknya di dalam dan tinggal di dalam. Saya mau menerapkan sekolah seperti misi punya,”tandasnya.

Salah satu gedung SMK Bina Mandiri Labuan Bajo (Dokumen Hilarius Abut)
Salah satu gedung SMK Bina Mandiri Labuan Bajo (Dokumen Hilarius Abut)

Untuk mengembangkan sekolah ini, menurut Hilarius, ia masih membutuhkan sejumlah uang. Setidaknya, saat ini masih butuh Rp 50 juta untuk mengatasi kekurangan ruangan kelas.

Ia mengharapkan partisipasi dari banyak orang, baik dalam bentuk sumbagan sukarela maupun sharing kepemilikan.

“Kemarin saya sudah coba tawarkan ke beberapa teman Manggarai, tetapi realisasinya belum,”ujarnya.

Sejauh ini, kata dia, dari Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai Barat sudah menjanjikan adanya bantuan untuk membangun ruangan kelas yang masih kurang sekitar September tahun ini atau April 2017.

“Harapan saya, kalau ada bantuan September-Oktober, Januari (2017), anak-anak sudah bisa mulai asrama dalam semua”ujarnya.

Saat ini jumlah guru di SMK Bina Mandiri sebanyak 13 orang. Para siswa membayar uang sekolah sebesar Rp 75.000 per bulan.

“Dua tahun pertama memang saya selalu keluar uang, tetapi puji Tuhan tahun ketiga sudah mulai ada dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) yang membantu sedikit,”ujarnya.

Sosok Hilarius

Hilarius Abut, lahir di kampung Kalo, Welak, Manggarai Barat. Ia menyelesaikan pendidikan dasar di SDK Lempa, Welak (1977-1983). Kemudian, melanjutkan pendidikan SMP di SMPK Welak, Orong (1983-1986).

Setemat SMP, Hilarius sempat masuk kelas gabungan di SMA Seminari Kisol. Namun, di Kisol ia hanya bertahan sekitar seminggu karena tidak tahan jauh dari orang tua.

Hilarius Abut, S.Sos, MM
Hilarius Abut, S.Sos, MM

Namun, setelah tak melanjutkan pendidikan di seminari, ia kemudian melanjutkan pendidikan ke Ende. Di kota inilah ia mulai menekuni dunia akuntasi. Ia sekolah di SMEA Negeri Ende (1986-1989).

Setamat dari SMEA, Hilarius merantau ke Jakarta dan sempat bekerja sebelum kuliah. Ia melanjutkan pendidikan tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Adminsitrasi Mandala Indonesia (STIAMI) Jurusan Administrasi Perpajakan, Jakarta (1991-1995).

Setamat kuliah, Hilairius menjadi dosen di sejumlah perguruan tinggi dan juga menjadi guru di SMK. Tahun 2003 hingga 2005, ia melanjutkan penidikan magister di bidang manajemen di Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen Bisnis Indonesia (STIEBI) Jurusan Manajemen Keuangan, Jakarta. (PTD/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini