Inilah Saat-saat Vergi Jemidin Menghembuskan Nafas Terakhir

Jakarta, Floresa.co – Kepergian Vergi Jemidin (19), gadis belia berdarah Manggarai, yang meninggal di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, pada Selasa 26 Juli lalu menyisakan tanda tanya.

Muda dan masih memiliki sejuta mimpi. Namun sayang, secara mengejutkan ia harus lebih cepat berpisah dengan keluarganya.

Meninggalkan seorang ibu, kedua kakak dan seorang adik, ia mengikuti almarhum ayahnya yang pada Januari 2015, tahun lalu telah dipanggil saudari maut.

Indah Jemidin, kakak kandungnya mengisahkan saat-saat terakhir sang adik. Termasuk riwayat penyakit yang dideritanya sebelum ia lebih memilih untuk bersama saudari maut.

Sakit lambung, demikian keterangan Indah telah dialaminya sejak sekitar 3 bulan lalu. Saat itu, ketika masih berada di Jakarta, alumnus SMAK Syuradikara itu sempat dirawat di Rumah Sakit MH Thamrin, Salemba, Jakarta Pusat.

“Kalau tidak salah, sekitar baulan april lalu, adik masuk rumah sakit. Kurang lebih 5 hari. Itu karena adik bermasalh dengan lambungnya”, tutur Indah saat Floresa.co pada Rabu, 22 Juli, malam.

“Dokter bilang bahwa adik mengalami maag kronis. Lalu dar hasil pemeriksaan labolatorium, dokter menemukan adanya bakteri tidk baik di sistem pencernaan”

“Dari situ adik tidak boleh makan makanan dari luar atau jajan sembarang”, sambung Indah.

Setelah kejadian itu, tutur Indah, adiknya itu beraktifitas seperti biasa. Namun ia diharapkan untuk tetap menjaga kesehatan. Indah, sang kakak, saat waktu senggang, sesuai saran dokter biasanya sisihkan waktu untuk memasakinya makanan agar kesehatannya bisa terjaga.

“Jadi, saya selalu sempatkan waktu masak untuk adik”, lanjutnya.

Selanjutnya, pada 19 Juni lalu, dia pergi ke Manggarai untuk mengikuti pesta keduri almarhum ayahnya sekaligus mengikuti acara wu’at wa’i-nya.

Wuat Wa’i adalah tradisi masyarakat Manggarai untuk mengutus setiap anggota keluarga yang hendak bepergian jauh dari kampung halaman. Begitupun dengan pelajar. Untuk melanjutkan pendidikan ke tahap berikutnya, juga diadakan acara wuat wa’i.

Vergi Jemidin (Depan) bersama temannya. Foto ini diunggahnya Senin, 25 Juni 2016, sehari sebelum ia dijemput saudari maut. (Foto: Akun Facebook Vergi Jemidin).
Vergi Jemidin (Depan) bersama temannya. Foto ini diunggahnya Senin, 25 Juni 2016, sehari sebelum ia dijemput saudari maut. (Foto: Akun Facebook Vergi Jemidin).

Setelah rangkaian acara di tempat asal almarhum ayahnya, dia terbang ke Sumba. Lalu, dari Sumba, tepatnya pada Sabtu, 23 Juni lalu, ia berangkat ke Bali dan menginap di tempat temannya.

Dua hari setelahnya, Senin 25 Juli, di Bali ia masih sempat ber-selfie ria dengan teman-temannya. Dari 5 buah foto yang diunggahnya di akun facebok-nya bernama Vergi Jemidin, di mobil dan dengan latar sebuah pantai, menggunakan kaus hitam, dia terlihat ceria.

Malam sebelum berangkat ke bandara, lanjut Indah, adiknya sempat keluhkan sakit. Tapi, rasa sakit itu hanya beberapa saat setelah sempat diobati.

“Padahal malamnya, adik masih makan rujak pedis dan setelah itu mengeluh sakit dada dan ulu hati. Tapi, setelah diberi obat minyak kayu putih sudah redahan”, tutur mahasiswa STIK Carolus, Jakarta itu.

Namun, siap sangka, alumnus SMP Fransiskus Xaverius, Ruteng-Manggarai itu sebelum menumpangi pesawat ke Jakarta, jatuh tersungkur lalu menghembuskan nafas terakhir di parkiran mobil, Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali.

Teman-temannya yang sebelumnya bersamanya tak terlihat. Ia sendirian.

Dari keterangan Indah, saat hendak ke bandara, ia sempat ditawari temannya untuk diantar menggunakan jasa taxi. Namun, ia bersikeras menolak. Ia memilih pergi sendiri menggunakan jasa ojek.

“Adik tak mau diantar oleh temannya ke bandara. Dia hanya mau pake ojek dari kos temannya ke bandara, lalu tidak pakai jaket pula,” tutup Indah (Ario Jempau/ARJ/Floresa).

 

 

 

 

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini