Setelah Dua Kali Kekalahan Tragis, Beny Harman Mencoba yang Ketiga

Floresa.co – Dua kali pemilihan kepala daerah untuk memilih gubernur dan wakil gubernur NTT, nama Beny Kabur Harman tidak pernah absen.

Tahun 2008, ketika untuk pertama kali NTT menggelar pilkada langsung, Beny Kabur Harman maju. Namun, tragisnya, ia yang waktu itu menggaet Alfred Kase sebagai pendampingnya di posisi wakil, hanya berhasil menyandang bakal calon.

Pasangan dengan sebutan Harkat ini, saat itu membentuk koalisi NTT Bangkit yang didukung oleh PPDI, Demokrat, PPP, PPDK, dan PKB. Sayangnya, dukungan PPDI dan PKB tidak sah. Sementara PPP dan PPDK masing-masing hanya memiliki satu kursi. Alhasil, syarat minimal dukungan koalisi dengan jumalah kursi mininal 15 persen di DPRD NTT tidak terpenuhi.

Memang saat itu, tak hanya paket Harkat yang kandas. Empat pasanan lainnya yaitu Alfons Loemau-Frans Salesman,Jonathan Nubatonis-Valens Sili Tupen,Ricard Riwu -Martha Pengko dan Amos Noelaka- Apolos Djara Bonga juga gagal menjadi calon. Pilkada NTT tahun 2008 akhirnya hanya diikuti tiga pasangan calon, yaitu Frans Lebu Raya- Esthon Foenay,Ibrahim Agustinus Medah-Paulus Moa dan Gaspar Parang Ehok- Julius Bobo.

Tahun 2013, saat pemlihan gubernur dan wakil gubernur kembali digelar, Beny maju lagi. Kali ini, ia berhasil menjadi pasangan calon bersama empat pasangan calon lainnya. Tahun 2013, Beny berpasangan dengan Wilem Nope.

Sayangnya, Beny kandas di putaran pertama. Perolehan suaranya bahkan berada pada posisi kelima dari lima pasangan calon. Perolehan suaranya hanya 242.610 suara atau 10,61 persen dari suara sah.

Di Manggarai raya sebagai daerah asalnya, Beny harus berbagai suara dengan calon gubernur lainnya yang juga dari daerah itu yaitu Christian Rotok. Rotok juga rontok di putaran pertama dengan perolehan suara 332.569 suara (14,55 persen) atau berada pada posisi keempat dari lima pasangan calon.

Saat ini, Beny dikabarkan kembali maju dalam pemilihan gubernur dan wakil gubernur NTT tahun 2018. Belum jelas dengan siapa, Beny akan berduet. Namun, kabar yang berhembus, calon wakilnya nanti seorang kepala daerah dari Pulau Sumba.

Bagaimana prospeknya kali ini? Akankah Beny akan naik kelas menjadi gubernur, setelah pada 2008 hanya menjadi bakal calon gubernur dan 2013 menjadi calon gubernur?

Naga-naganya langkah Beny kali ini juga tidak mudah. Kalau ia lolos menjadi calon, pertarungan yang berat baginya tentu merebut suara pemilih.

Di Manggarai raya sendiri, ia bakalan kembali bertemu dengan seteru lamanya, Christian Rotok, mantan bupati Manggarai 2005-2015, yang kali ini kembali ikut dalam ajang pilkada NTT.

Saat ini Rotok menjadi bakal calon wakil gubernur yang mendampingi Esthon Foenay. Tentu Rotok bukan sembarang lawan. Popularitasnya di tiga Manggarai (Manggarai, Manggarai Timur dan Manggarai Barat) tak diragukan lagi. Sepuluh tahun menjadi bupati Manggarai menjadi modal politik yang cukup berarti bagi Rotok untuk dipilih.

Tetapi faktor yang menguntungkan Beny Harman adalah Rotok maju sebagai wakil, bukan sebagai gubernur seperti tahun 2013 lalu. Isu “jangan pilih nomor dua” yang mengacu pada calon wakil bisa saja menjadi sentimen negatif bagi Rotok di kalangan pemilih orang Manggarai raya.

Beny tentu juga tidak kalah populer. Tiga periode menjadi Anggota DPR RI (2004-2009, 2009-2014, 2014-2019), membuat ia cukup dikenal baik di level nasional maupun di NTT sendiri. Posisinya di DPR RI sebagai pimpinan komisi III (bidang hukum) membuat Beny menjadi sorotan media. Karena itu, ia cukup dikenal.

Tetapi menilik perolehan suaranya pada pemilihan legislatif 2014 lalu, tampaknya ada tren penurunan kepercayaan publik terhadap politisi kelahiran Denge-Satarmese, 19 September 1962 ini.

Berdasarkan data KPU, perolehan suara Beny pada pileg 2014 sebanyak 53.701 suara. Bandingkan dengan perolehan suara Beny pada pileg 2009 yang mencapai 60.288 suara.

Beny Kabur Harman mencium cincin Uskup Sorong Mgr Datus Lega usai perayaan ekaristi memperingati satu tahun kepergian almarhum Ben Mboi di Katedral Ruteng, Jumat, 24 Juni 2016. (Foto: Facebook Lexi Armanjaya)
Beny Kabur Harman mencium cincin Uskup Sorong Mgr Datus Lega usai perayaan ekaristi memperingati satu tahun kepergian almarhum Ben Mboi di Katedral Ruteng, Jumat, 24 Juni 2016. (Foto: Facebook Lexi Armanjaya)

Tahun 2009, Demokrat, partai dimana Beny bernaung memang menjadi pertai pemenang pemilu. Namun, kasus korupsi pembangunan wisma atlet di Hambalang-Bogor, Jawa Barat yang menjerat sejumlah pengurus Demokrat membuat citra partai ini terpuruk

Alhasil, perolehan suara para kadernya di berbagai daerah pada pemilihan legislatif 2014 pun ikut anjlok, seperti yang dialami Beny Harman. Bahkan pada pemlihan gubernur NTT tahun 2013, kasus Hambalang ini menjadi salah satu sentimen negatif untuk Beny Harman yang pernah dipanggil sebagai saksi oleh KPK jelang pemilihan gubernur NTT tahun 2013.

Tetapi jalan menuju 2018 masih cukup lama. Masih banyak waktu bagi Beny Harman untuk terus mendekatakan diri dengan pemilih.

Belakangan ini, Beny memang terlihat aktif melakukan sosialisi diri ke kampung-kampung di NTT. Di Manggarai bahkan dia membagi ribuan anakan pohon mahoni kepada masyarakat. Ia juga memberi sumbangan untuk pembangunan rumah ibadah.

Akankah usaha ketiga Beny merebut NTT satu akan berhasil? Ia sendiri masih enggan berbicara terbuka terkait pencalonannya. Ketika Floresa.co menghubunginya, ia mengatakan nanti ada waktunya, karena politik itu momentum, kata Beny. (Ronald Tarsan/Pet/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini