Markas Bara-JP NTT Diserang Dua Orang Tak Dikenal

Floresa.co – Markas Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara-JP) NTT di Kupang diserang orang tidak dikenal, dengan menggunakan parang pada Jumat (8/1/2015) dini hari, sekitar pukul 02.30 Wita.

Akibatnya, sejumlah perlengkapan di markas itu rusak dan salah satu anggota Bara JP mengalami luka di tangan.

Heribertus Selly, sekertaris Bara-JP NTT mengatakan, awalnya, pada pukul 02.20 Wita, pelaku yang berjumla dua orang lewat di depan sekretariat dalan keadaan mabuk.

“Mereka) melontarkan kata-kata kotor terhadap beberapa anggota sekretariat yang sedang duduk di depan teras. Kemudian, sempat dilakukan mediasi damai,” jelas Selly dalam pernyataan tertulis yang diterima Floresa.co, Jumat malam.

Tiba-tiba, kata dia, pada pukul 02.30 Wita pelaku datang kembali dengan membawah sebilah parang. Mereka bergerak ke arah gerbang markas.

Melihat gelagat pelaku yang mecurigakan, jelasnya, ia langsung menemuhi mereka di depan gerbang markas untuk berdialog.

Saat itu, Selly didamping Herman Gaungu, salah satu pengurus DPD BaraJP NTT.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di bawah ini.

Baca Juga Artikel Lainnya

Buruh Bangunan di Manggarai Kaget Tabungan Belasan Juta Raib, Diklaim BRI Cabang Ruteng Dipotong Sejuta Per Bulan untuk Asuransi

Nasabah tersebut mengaku tak menggunakan satu pun produk asuransi, sementara BRI Cabang Ruteng terus-terusan jawab “sedang diurus pusat”

Masyarakat Adat di Nagekeo Laporkan Akun Facebook yang Dinilai Hina Mereka karena Tuntut Ganti Rugi Lahan Pembangunan Waduk Lambo

Akun Facebook Beccy Azi diduga milik seorang ASN yang bekerja di lingkup Pemda Nagekeo

Pelajar SMAS St. Klaus Kuwu Gelar Diskusi terkait Pengaruh Globalisasi terhadap Budaya Manggarai

Para pemateri menyoroti fenomena globalisasi yang kian mengancam eksistensi budaya lokal Manggarai dalam pelbagai aspek

Was-was Manipulasi Informasi Terkait Proyek Geotermal Poco Leok

Temuan Floresa mengungkapkan manipulasi informasi adalah salah satu dari berbagai “upaya paksa” meloloskan proyek tersebut.