Pemda Manggarai Janji Maksimalkan Perhatian Pada Penyandang Disabilitas

Baca Juga

Ruteng, Floresa.co – Pemenuhan hak-hak kaum disabilitas merupakan bagian dari komitmen pemerintah, demikian kata Kepala Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsos Nakertrans) Kabupaten Manggarai, Rafael Paseli Ogur, dalam acara memperingati Hari Disabilitas Internasional, Kamis (3/12/2015).

Saat memberi sambutan dalam acara yang berlangsung di Gelanggang Olah Raga Remaja, Ruteng itu, ia mengatakan, pihaknya berupaya mewujudkan masyarakat inklusi dengan meningkatkan tentang hak-hak fundamental para penyandang disabilitas.

Mereka juga mengupayakan pemberdayaan dalam bidang pekerjaan, kesehatan, gizi, pendidikan dan perlindungan sosial.

“Ketika orang diberdayakan, mereka lebih siap untuk memanfaatkan peluang dan dapat lebih mandiri, bahkan membantu kehidupan orang lain di sekitar mereka,” kata Ogur.

Ia menjelaskan, pemerintah dan masyarakat Kabupaten Manggarai bersama semua lembaga yang konsen di bidang disabilitas, sama-sama memiliki tekad untuk mewujudkan kesamaan kedudukan, hak, kewajiban dan peran penyandang disabilitas.

Tekad tersebut, kata Ogur, telah tertuang dalam Perda Nomor 6 Tahun 2015 tentang Kesetaraan dan Pemberdayaan Penyandang Disabilitas.

Jumlah penyandang disabilitas di Kabupaten Manggarai, ungkap Ogur, mencapai 1.294 orang.

Sebagian diantara mereka, katanya, sedang mengenyam pendidikan di beberapa sekolah, di antaranya di SLB Negeri Ruteng 81 orang, SLB Karya Murni 78 orang, SMPN 2 Langke Rembong 24 orang, SMAK Setia Bhakti 1 orang, SMAK St.Fransiskus 2 orang, STIPAS St Sirilus 5 orang, dan STKIP St Paulus Ruteng 2 orang.

Selain itu, kata dia, ada juga yang memperoleh program pendidikan luar sekolah di St Damian Cancar.

“Sedangkan yang lainnya didampingi sejumlah lembaga yang peduli seperti Yayasan Ayo Indonesia, Yayasan Senyum, Wahana Visi Indonesia, Yayasan Asuhan Kasih, dan Yayasan Karya Murni,” ujarnya.

Ogur mengakui, masalah utama yang dihadapi penyandang disabilitas adalah pengabaian dari sisi kebijakan, dan dari sisi sosial kemasyarakatan yang membuat mereka merasa tidak percaya diri, minder dan tidak berani mengambil keputusan untuk diri mereka sendiri.

Karena itu, tegas Ogur, perlu dipersiapkan suatu kondisi masyarakat inklusi, terbuka tanpa adanya stigma dan diskriminasi.

“Di situlah pemerintah hadir, dengan membangun sarana prasarana dasar yang ramah bagi kaum disabilitas, menyiapkan suatu kondisi di mana masyarakat terutama keluarga mampu menerima anak-anak mereka yang menyandang disabilitas dan memberi kesempatan seluas-luasnya kepada kaum disabilitas untuk berkarya nyata dan berkontribusi bagi pembangunan daerah,” ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Cabang Manggarai, Sabinus Ngadu mengatakan, penyandang disabilitas adalah penduduk minoritas tetapi bukan penduduk nomor dua.

“Penyandang disabilitas tidak butuh dikasihani tetapi butuh kesempatan,” ungkapnya.

Pada kesempatan itu, DPC Pertuni juga mempertontonkan kebolehan mereka mengoperasikan komputer dan mengakses internet dengan menggunakan program JAWS – sebuah piranti lunak (software) khusus untuk membantu penderita tunanetra menggunakan komputer.

Koordinator Yayasan Senyum Bali Manggarai, Ferdi Jelalu mengatakan, pihaknya telah menangani operasi 182 orang penyandang cacat wajah di NTT dan 48 orang di antaranya berasal dari Manggarai.

Jelalu menjelaskan, peringatan Hari Disabilitas Internasional tingkat Kabupaten Manggarai yang baru pertama kali diselenggarakan diharapkan menjadi momentum bersama semua lembaga dan pemerintah agar secara nyata membuat program yang riil untuk kaum disabilitas, baik dalam bentuk program promotif preventif untuk menekan angka bayi lahir cacat, juga program kuratif dan rehababilitasi.

“Sudah bagus ada Perda Nomor 6 2015. Tinggal bagaimana keberpihakan riil dari sisi anggaran,” tandas Jelalu.

Sebelum perayaan puncak pada Kamis, ada rangkaian kegiatan sepekan, yaitu pemeriksaan kesehatan gratis yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai, dan acara talk show radio yang dimotori Dinsosnakertrans bersama Yayasan Ayo Indonesia, Wahana Visi Indonesia, Yayasan Senyum, Yayasan Karya Murni, St Damian Cancar, dan Yayasan Asuhan Kasih.

Selain itu, ada juga pameran hasil karya penyandang disabilitas, pentas seni budaya disabilitas dan Misa. (Laporan Alfan Manah/ARL/Floresa)

Terkini