Kementerian Pertanian Janjikan Kemudahan Bagi Pelaku Usaha Sapi di NTT

Populasi sapi di NTT mencapai sekitar 900 ribu ekor

Kupang, Floresa.co – Kementerian Pertanian (Kemtan) menjanjikan kemudahan kepada pelaku usaha peternakan sapi di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Salah satu kemudahana itu adalah menurunkan biaya pengangkutan sapi dari NTT ke Jakarta. Bila sebelunya, biaya yang dikeluarkan pengusaha sebesar Rp 1,8 juta per ekor, kini menjadi hanya Rp 320.000 per ekor.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menyampaikan hal itu saat bertemu dengan 47 pelaku usaha peternakan sapi asal NTT di Kupang, Rabu (18/11/2015) kemarin.

Dalam pertemuan itu, Amran berjanji akan menampung aspirasi para pelaku usaha sehingga masalah-masalah di lapangan yang selama ini mempersulit dapat diuraikan bersama.

Menurut Amran, pertemuan dengan 47 pengusaha sapi di NTT telah menghasilkan sebuah kesepakatan. Isi kesepakatan itu antara lain, pertama, masa karantina sapi di Instalasi Karantina Hewan sebelumnya memerlukan waktu 1 hingga 2 minggu, kini tinggal 1 hari hingga 2 hari saja.

“Jadi mulai saat ini, kami akan mempermudah, demi kelancaran pasokan pemenuhan daging sapi nasional dan khususnya DKI Jakarta,” ujar Amran dalam siaran pers yang diterima Floresa.co.

Kedua, lanjut mentan, biaya penerbitan surat izin di desa yang sebelumnya Rp 10.000 hingga Rp 30.000 per ekor menjadi Rp 10.000 per ekor. Ketiga, Penerbitan surat izin dari kabupaten dan provinsi sebelumnya 1 minggu hingga 2 minggu menjadi 1 hari selesai.

Kemudian Keempat, biaya angkut sapi sebelumnya Rp 1,8 juta per ekor tapi dengan nanti menggunakan kapal khusus ternak menjadi Rp 320 ribu per ekor. Harga ini sudah termasuk biaya asuransi dan pakan ternak selama di kapal. Kelima, persentase kuota sapi dr NTT ke DKI Jakarta sebesar 70% dari total sapi yang dimiliki NTT.

Keenam, Kemtan dan pengusaha sapi juga menyepakati penerbitan surat rekomendasi dari daerah penerima sebelumnya diperlukan dengan memerlukan waktu 3 hari sampai 4 hari, menjadi tidak diperlukan rekomendasi lagi. Ia bilang, kesepakatan ini, berlaku untuk memasok sapi ke PT Darma Jaya yang merupakan perusahaan daerah miliki DKI Jakarta yang disubsidi pemerintah.

Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah produsen sapi di Indonesia. Saat ini, pasokan populasi sapi NTT mencapai 900.000 ekor lebih, dari sebelumnya sekitar 500.000 ekor saja.

Gubernur NTT, Frans Leburaya mengatakan pihaknya terus menjamin kelancaran penyediaan sapi dari NTT ke DKI Jakarta dan daerah lainnya. Ini dengan mempermudah urusan perizinan dan administrasi lainnya dengan menjamin waktu pengurusanya selesai dalam waktu 1 hari.

“Kalau urusan izin dan administrasi lainnya di Propinsi NTT, saya jamin 1 hari selesai. Kami tidak akan mencari pendapatan asli daerah dari retribusi izin sapi. Masih banyak sumber lain,”ujar Frans.

Frans mengatakan pemerintah Propinsi NTT sejak 2008 bertekad menjadi propinsi ternak. Pemerintah Propinsi NTT terus mendorong instalasi pembibitan ternak sapi karena kebutuhan bibit sapi di masyarakat sangat tinggi entuk menambah populasi sapi.

“Awal jadi gubernur populasi ternak hanya 500.000 ekor sekarang mencapai 900.000 ekor lebih. Di Timor telah ada empat instalasi pembibitan dan di Sumba ada dua instalasi pembibitan,”ujarnya.

Untuk menjamin kelancaran ketersediaan stok sapi dan tidak adanya masalah di lapangan, Frans berjanji akan meminta para bupati untuk menertibkan retribusi yang selama ini memberatkan pelaku usaha. “Ini agar harga jual sapi dari pelaku usaha yang dikeluarkan ke daerah lain menjadi murah dan sapi mudah dikumpulkan,”ujarnya. (Petrus/PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini