Pagal, Floresa.co – Selama beberapa dekade Margareta Uwung tidak menyadari efek berbahaya tentang penggunaan pupuk kimia dan pestisida pada tanaman dan kesehatan. Tapi itu berubah setelah dia bergabung dengan program pertanian organik oleh para Fransiskan atau anggota Ordo Fratrum Minorum (OFM) 15 tahun lalu.

Keluarganya dan banyak petani tradisional di Pagal, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengandalkan pupuk dan pestisida agar bisa memperoleh hasil yang lebih besar dari sawah dan tanaman sayur-mayur.

“Sejak pertanian organik diperkenalkan oleh Fransiskan tahun 2000, mata saya mulai terbuka. Saya segera menyadari bahwa kami benar-benar keluar jalur,” kata Uwung, seorang ibu dari empat anak.

Uwung adalah salah satu di antara ratusan petani yang beruntung dilatih oleh Fransiskan tentang metode membuat pupuk dari bahan organik, seperti daun, jerami, kotoran hewan, serbuk kayu gergaji, dan sekam.

“Saya beruntung, saya bisa belajar metode terbaik dalam menumbuhkan sayuran, cabe, tomat, bawang, jahe dan kentang, tanpa menggunakan bahan kimia sama sekali, tapi dengan kompos buatan sendiri,” katanya.

Uwung dan anggota Kelompok Tani Ca Nai, atau Sehati, telah belajar keterampilan yang diperlukan untuk memproduksi pupuk organik, sayur-mayur, jahe dan produk lainnya, dan menjualnya kepada orang lain.

“Kami ingin lebih banyak orang bergabung dengan kami dalam pekerjaan mulia ini. Tapi masih banyak memilih untuk menggunakan pupuk kimia,” katanya.

Dukungan kemitraan

Vinsensius Marung, kepala divisi pangan dan hortikultura Kabupaten Manggarai, mengatakan pemerintah setempat menjadi mitra untuk setiap inisiatif guna meningkatkan produktivitas petani.

“Petani kita sangat tergantung dengan pupuk kimia yang membahayakan ekosistem. Dalam jangka panjang, tanah menjadi tidak subur,” kata Marung, yang memuji kampanye pertanian organik Fransiskan.

Marung mengatakan ia yakin pertanian organik adalah cara yang efektif untuk mengembalikan kesuburan lahan yang rusak akibat pupuk kimia yang diperkenalkan kepada para petani tahun 1970-an.

Pemerintah dan Gereja telah bermitra dalam kampanye pertanian organik karena para petani menghadapi dampak negatif akibat perubahan iklim – seperti kekeringan berkepanjangan dan kurangnya air, katanya.

Pastor Thobias Harman, direktur eksekutif Pusat Ekopastoral mengatakan, kampanye Fransiskan telah memperoleh dukungan yang lebih luas dari para pemimpin pemerintah dan Gereja lokal, dengan pekerja Gereja dan masyarakat bersatu dalam mendukung sistem pertanian organik yang menguntungkan rakyat.

‘Sawah tidak subur lagi’

Keuskupan Ruteng mencakup tiga kabupaten – Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur – dengan populasi Katolik sekitar lebih dari 750.000, dan lebih dari 80 persen adalah petani. Pusat Ekopastoral Fransiskan berfokus pada penyuluhan kepada para petani, pekerja Gereja dan aktivis di tiga kabupaten tersebut.

“Alasan kami adalah memberdayakan para petani yang selalu menjadi pecundang dalam persaingan pasar. Solusi kami adalah melatih mereka dengan tujuan meningkatkan daya tawar mereka, membantu mereka menghasilkan produk yang kompetitif,” kata Pastor Thobi.

Pusat Ekopastoral Fransiskan didirikan oleh Pastor Mikael Peruhe tahun 1999 – pada awalnya sebagai respon terhadap krisis ekonomi (1997-1998) yang menimpa banyak negara Asia, termasuk Indonesia. Harga bahan pokok yang meroket, dan pada saat yang sama lahan pertanian kurang produktif sebagai akibat dari beberapa dekade penggunaan pupuk kimia dan pestisida.

“Di sini, sawah tidak subur lagi. Mereka dapat menghasilkan, tetapi hasil berada di bawah ekspektasi. Para petani telah mengeluarkan banyak uang demi pupuk kimia dan pestisida, tetapi panen mereka menurun,” kata Pastor Thobi.

Uwung mengatakan bahwa sejak ia mulai menggunakan metode organik, tanamannya telah mendapatkan hasil yang lebih baik dan kualitas lebih tinggi.

Dia ingat pada suatu panen sebelumnya, Kelompok Tani Sehati mengisi dua karung padi – satu menanam dengan metode organik, dan yang lainnya menggunakan pupuk unorganik. Karung padi yang menggunakan pestisida beratnya 100 kilogram, sedangkan karung padi dengan metode organik 160 kilogram.

Sebuah alternatif untuk pertambangan

Pastor Harman mengatakan bahwa kesadaran lingkungan berdampak lama dan itu harus diperkuat melalui pendidikan. Dalam beberapa tahun terakhir, pusat – bekerjasama dengan pemerintah daerah, pemimpin Gereja, dan para pendidik – telah mengembangkan kursus pertanian organik untuk diajarkan di sekolah-sekolah yang dikelola Gereja dan sekolah negeri di seluruh kabupaten.

“Karena pertanian merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari para siswa, mereka harus belajar bagaimana membuat metode terbaik,” kata Damianus Don, wakil kepala sekolah SMAN I di Pagal.

“Program Ekopastoral berguna karena sebagian besar siswa di sekolah kami adalah putra dan putri dari petani. Mereka bisa belajar praktik dasar dalam pertanian dari orangtua mereka, tapi juga dari guru sekolah mereka,” katanya.

“Ini juga merupakan sarana memotivasi siswa melihat petani sebagai profesi terhormat. Kami membuat mereka menyadari bahwa menjadi petani adalah pekerjaan mulia,” kata Pastor Thobi.

Kampanye tentang pertanian organik menggema di seluruh paroki, organisasi keagamaan dan lembaga swadaya masyarakat membuat dampak yang lebih besar, terutama di daerah di mana pertambangan telah menghancurkan banyak tanah adat di seluruh Flores Barat.

“Kami ingin meyakinkan orang bahwa pertanian adalah sesuatu yang bisa diandalkan masyarakat, bukan pertambangan,” katanya.

Namun, hambatan terbesar dalam menerapkan pertanian organik adalah “pola pikir instan” dari sebagian petani. Banyak petani dengan mudah beralih ke bahan kimia untuk meningkatkan produktivitas lahan.

“Mereka ingin hasil yang baik dengan sedikit tenaga kerja. Jadi mereka menggunakan pupuk kimia, mengabaikan bencana jangka panjang, yang dapat mempengaruhi pertanian mereka,” kata Pastor Thobi.

Tulisan ini merupakan hasil liputan Siktus Harson, jurnalis Uca News. Versi aslinya bisa Anda baca di Ucanews.com. Kami mempublikasinya kembali dengan mengedit beberapa bagian untuk disesuaikan dengan gaya Floresa.co.