Floresa.co – Ketika Kopi Manggarai Timur ditetapkan sebagai Kopi terbaik Indonesia 2015, Boni Romas, 64 tahun, senang bukan main.

Pemilik warung kopi “Osang de Romas” di Ruteng, Kabupaten Manggarai ini melihat penetapan itu sebagai kabar baik untuk bisnisnya.

Hampir setahun, kopi Arabika yang memenangkan kompetisi itu, sudah menjadi sajian andalannya untuk para pengunjung di restoran miliknya.

“Ini tentu menjanjikan ke depannya” katanya.

Tidak hanya itu. Dengan penetapan itu, impian terbesar pria kelahiran 29 November itu menjadi nyata.

“Dulu saya ingin agar kopi Manggarai harus menjadi kopi terbaik di Indonesia,” katanya.

Akan tetapi, agar bisa terbaik, tentu kenikmatan kopi harus dirasakan. Motivasi itulah yang mendorongnya mendirikan restoran keluarga dimana kopi Manggarai bisa disajikan.

“Agar bisa dinikmati, maka pertama-tama kita ciptakan pasar,” ujarnya.

Setelah tinggal sekitar 40 tahun di Jakarta, ia kembali ke Manggarai dan membangun kedai kopi di jalan Yos Sudarso di Ruteng.

Ketertarikannya pada bisnis kopi bermula dari pengalamannya sendiri. Ketika berkeliling ke wilayah Indonesia, ia menemukan bahwa meskipun masing-masing daerah punya makanan khas, setiap daerah selalu menyajikan kopi.

“Makanan boleh beda, tapi kopi selalu disajikan,”ujarnya.

Alasan lain, ia sendiri sebetulnya penikmat kopi. Hampir tiap liburan ke Manggarai, misalnya, ibunya selalu menyiapkan kopi.

Bertolak dari kenyataan itu, ia berpikir bagaimana kopi Manggarai dapat dinikmati oleh semakin banyak orang.

Kemudian, ia mencari tahu informasi lebih banyak tentang kopi. Tahun 2014, ia bergabung dengan para pencinta kopi di pasar Santa, Jakarta. Di sanalah, ia menggali banyak pengetahuan seputar menjalankan usaha restoran kopi.

Melampaui Kopi

Pada bulan November 2014, restoran keluarga bernama “kopi Mane” ia dirikan di Ruteng.

Konsep usahanya tidak hanya sekadar menyiapkan kopi, lalu membiarkan konsumen menikmati kopinya.

Melampaui itu, ia berharap warung ini mengakomodasi nilai-nilai budaya dalam masyarakat Manggarai.

Menurutnya, orang Manggarai tidak sekadar menikmati kopi, tetapi yang lebih penting adalah komunikasi dan interaksi sambil minum kopi.

“Untuk tujuan itu, kita menciptakan suasana yang berbeda di restoran ini.”

Wujud nyatanya terlihat dalam soal pengelolahannya. Salah satunya, karena dikenal sebagai restoran keluarga, ia dan istrinya, Maria Aloysia Sri Lestari turut melayani tamu atau konsumen.

“Kalau istri saya yang mengaduk kopi, saya bantu mengantar”,”ujarnya.

Agar terjalin relasi yang lebih intens dengan para tamu, ia juga menjalin komunikasi dengan para tamu. Bahkan penempatan barang-barang diatur sedemikian rupa agar terjadi interaksi.

Kue, misalnya, sengaja diletakkan di tengah-tengah agar para tamu bebas berinteraksi di dalam warung yang dindingnya dilapisi anyaman bambu tersebut.

Selain itu, karena sebagian besar tamu adalah turis, biasanya ia menyiapkan informasi yang diperlukan bagi mereka.

“Kadang saya mengantar para tamu ke tempat tujuan mereka.”

Semua itu dilakukan agar para konsumen benar-benar merasa nyaman. Hanya karena visi demikian, “Kopi Mane” sudah semakin banyak dikunjungi para wisatawan. Tiap hari bisa mencapai 4-5 orang wisatawan.

Kopi Arabika

Meskipun desain pemasaran penting, terkait dengan kualitas kopi, ia tetap menaruh perhatian serius. Jenis kopi yang disajikan adalah kopi arabika.

“Saya ingin agar mereka yang datang selalu punya kesan, mereka minum kopi yang enak.”

Oleh karena itu, ia sangat hati-hati soal teknik pengelolahan kopi dan penyajiannya. Menurutnya, sejauh ini ia merasa bersyukur karena pasokan kopi berasal dari Asosiasi Petani Kopi di Manggarai Timur.

Di mata dia, pengelolahan kopi itu sudah sangat memenuhi standar dan benar-benar menghasilkan kopi yang berkualitas. Apa yang ia yakini itu ternyata terbukti benar. Beberapa waktu lalu, kopi arabika asal Manggarai Timur itu menyabet gelar kopi terbaik Indonesia 2015.

“Semua juri datang dari luar negeri. Mereka yang menilai kualitas kopi, ” katanya yang saat penentuan itu turut hadir di hotel La Prima di Labuan Bajo, kabupaten Manggarai Barat.

Kejadian uniknya saat itu, ketika kopi asal Manggarai Timur itu ditetapkan jadi juara, dalam sekejab seluruh stok kopi yang ia siap, habis dibeli.

Sementara itu, melihat prospek ke depannya, ia berencana membuka restoran kopi yang baru di Labuan Bajo.

“Semoga suatu saat kopi menjadi cindera mata kalau orang berkunjung ke Flores.” (Gregorius Afioma/PTD/Floresa)