Deno: Monopsoni Menyebabkan Petani Miskin

Floresa.co – Calon Bupati Manggarai, Deno Kamelus mengatakan praktik monopsoni dalam perdagangan komoditi di Manggarai menyebabkan petani jatuh miskin. Karena itu, menurutnya, praktik ini harus dilawan.

Hal itu kembali diungkapkan Deno di sela-sela kampanyenya di sejumlah kampung di wilayah kecamatan Cibal Barat, Minggu (4/10/2015). Daerah Cibal Barat dikenal sebagai penghasil sejumlah komoditas seperti kopi, kemiri dan jambu mente.

BACA Juga: Di Cibal, Deno Kembali Lontarkan Kritikan Soal Monopsoni

Deno mengatakan monopsoni adalah praktik dagang dimana pembelian komoditas dari petani dikuasai segelintir orang. Akibatnya, harga menjadi tak wajar.

“Lebih celaka lagi, kalau diantara beberapa orang itu ada hubungan darah, sehingga mudah kolusi atur harga yang membuat petani semakin miskin,”ujar Deno ketika tiba di kampung Gurung, Desa Golo Lanak, Cibal Barat, Minggu (4/10).

Deno yang berpasangan dengan Victor Madur, mengatakan bila nanti terpilih menjadi bupati dan wakil bupati, keduanya akan membuka akses pasar seluas-luasnya. “Sehingga pembelian komoditas tidak di tangan beberapa orang,”ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, produksi juga ditingkatkan. “Pengelolaan pasca panen juga perlu dibenahi untuk menghasilkan mutu produk yang sesuai pasar,”pungkasnya.

Kritik soal praktik monopsoni ini sudah dilontarkan Deno sebelumnya saat berkampanye di rumah adat Tadong,Kelurahan Karot, Kecamatan Langke Rembong, Minggu (27/9/2015).

Kritikan soal monopsoni ini sudah dibalas oleh pesaingnya dalam Pilkada Manggarai, Herybertus GL Nabit.

BACA Juga: Nabit Komentari Pernyataan Deno Soal Praktek Monopsoni

Nabit beberapa waktu lalu mengatakan dalam persaingan di bidang bisnis komoditi, harga tidak diatur oleh pengusaha lokal, yang merupakan para pengumpul hasil.

Menurut calon bupati yang berpasangan dengan Adolfus Gabur tersebut, harga ditentukan oleh pabrik atau pembeli di Pulau Jawa.

Ia menambahkan, isu penentuan harga komoditi yang dihembuskan Deno merupakan cara lama untuk menyembunyikan ketidakmampuan pemerintah selama ini – di mana Deno menjadi bagian di dalamnya – dalam meningkatkan produksi petani.

Menurutnya, Deno juga sedang menyembunyikan ketidakmampuan pemerintah untuk meningkatkan keterampilan warganya mengolah hasil-hasil pertanian sebagai jalan untuk meningkatkan pendapatan petani.

“Lebih baik berdiskusi mengenai masalah-masalah tersebut, serta dampak dan antisipasi perubahan iklim yang terlihat dari kekeringan panjang di Manggarai,” ujar Nabit.

BACA Juga: Dituding Lakukan Praktik Monopsoni, Pengusaha: Kemana Deno Kamelus 10 Tahun?

Wacana soal monopsoni ini juga membuat pedagang komoditi di Manggarai angkat bicara. Maria Yasinta Hagur, pemilik kelompok usaha Monas di Ruteng yang selama ini bergerak di bidang perdagangan komoditas di Manggarai raya, mempertanyakan pernyataan Deno soal praktik monopsoni ini.

“Katakan, kalau menurut kacamatanya Deno ada monopsoni, dimanakah dia seorang pemimpin Manggarai pada waktu itu, selama 10 tahun, untuk bisa melihat semua mekanisme pasar yang terjadi di Mangggarai, dan dimana peran dia sebagai seorang pemerintah untuk melindungi rakyatnya?”ujar Maria kepada Floresa.co, Selasa (29/9/2015).

Maria mengatakan, bila benar ada praktik monoposini komoditas di Managgarai, maka pemerintah daerah memiliki andil di dalamnya.”Tetapi sepanjang yang saya ketahui, selama saya menjadi pengusaha hasil bumi, itu tidak pernah ada monopsoni. Kami selalu kembali ke pasar bebas, mekanisme pasar yang menentukan harga hasil komoditi, bukan ditentukan oleh pengusaha,”ujarnya.

Ia mengatakan pengusaha di Manggarai selama ini malah berkompetisi memperebutkan hasil-hasil komoditas perkebunan dari masyarakat. Sehingga harga yang tercipta pun kompetitif.

“Tidak dikuasai segelintir pengusaha. Mengapa sedangkal itu seorang mantan pemimpin Manggarai menilai ada monopsoni?”tegasnya.

BACA Juga: Sejak 2011, Pemda Manggarai Pungut Sumbangan ke Pedagang Komoditi

Selama ini, pemerintah kabupaten Manggarai juga memungut sumbangan dari pihak pengusaha bila mengirimkan komoditi dari Manggarai ke luar daerah. Ini juga yang menyebabkan harga komoditas menjadi naik. (Petrus D/PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini