Puisi-puisi Febrianus Suhardi

Baca Juga

Ilustrasi
Ilustrasi

HASRAT

Barisan wajah kata-kata itu

Berlumur lumpur pekat.

Sebilah pedang pusaka menebas

Jemari-jemari biru milik pujangga.

“Aku telah kehilangan cahayaku

Pucuk jari-jariku telah putus.

Adakah kau punya lebih

Dan aku pinjamkan yang tengahnya.”

Pujangga itu masih tetap hijau

Ibu jarinya masih kilau

Bermahkota cincin putih kemilau.

Di pucuk-pucuk jemari itu,

Ia juga sibuk membasuh kaki dan kepala

Kata-katanya yang gulita.

 

TOPENG

Sebungkus kata-kata bijak

Dibajak habis-habisan.

Laci-laci puisi berseliweran

Dan kata kunci telah tenggelam

Dibawa kabur badai semalam.

Dan kami tak mengenal

Perempuan-perempuan muda

Bermuka dua, yang menguntit

Di balik ranjang malamku.

 

NOKTAH

Aku menggempur bibirmu dengan tenang

Sebelum malamku  tiba datang menimang

Walaupun kabihatku kadang terbayang.

*Ritapiret, 10 Oktober 2015

 

ADOREMUS

Aku menyembah yang bertahkta

Di bawah kolong langit jingga.

Padamu kujulurkan lidah-lidah

Para pelancong bumi yang bermudik,

Kutepikan di pangkal telapak ibu jarimu

Seraya berkata seirama nadi bergetar.

Jika demikian, maka ibu jari adalah sumber kehidupan

Yang meresapi lidah-lidah lusuh.

Oh, Engkau yang berjari, aku melata

Dan memeluk jarimu tanpa berkata-kata.

*Ritpiret, Maret 2015 


 

Febrianus Suhardi, lahir pada 14 Februari 1996 di Lenda, Kelurahan Golo Wangkung Utara, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Manggarai Timur. Ia menempuh pendidikan menengahnya di SMP-SM Seminari Pius XII Kisol, Manggarai Timur dari tahun 2008-2014. Calon imam Keuskupan Ruteng ini sedang menempuh pendidikan filsafat di STFK Ledalero, Maumere. Kontak: [email protected]

Terkini