Buku, Kado Istimewa Alumni Sanpio Untuk Usia Emas Imamat Pater Frans Mido

Pastor Frans Mido (mengenak baju hitam) saat acara penyerahan buku kenang-kenangan di usia emas imamatnya oleh Uskup Datus Lega Pr (berdiri).  (Foto: Evan Lahur)
Pastor Frans Mido (mengenak baju hitam) saat acara penyerahan buku kenang-kenangan di usia emas imamatnya oleh Uskup Datus Lega Pr (berdiri). (Foto: Evan Lahur)

Kisol, Floresa.co – Pastor Frans Mido SVD, salah satu guru di Seminar Pius XII Kisol (Sanpio), Borong, Manggarai Timur, kini memasuki usia 50 tahun hidup sebagai imam.

Para alumni, yang pernah dididik imam Serikat Sabda Allah itu pun memberi kado khusus: sebuah buku berjudul “Menabur Kesetiaan, Memuliakan Panggilan”.

Buku ini yang berisi kesan alumni tentang Pater Frans diserahkan oleh perwakilan alumni Mgr Hilarion Datus Lega kepada Pater Frans di Kisol, Selasa (7/9/2015).

Ikut menyaksikan penyerahan buku itu, antara lain Uskup Bogor Mgr Paskalis Bruno Syukur OFM, Uskup Emeritus Mgr Mikael Cosmas Angkur OFM, Frans Nembo, Komisiaris Bank NTT Piet Elias Jemadu, Dosen Universitas Indonesia Ino Samsul dan Rektor Unwira Kupang Romo Yulius Yasinto Tahu SVD.

Uskup Datus menegaskan, Pater Frans berhak mendapat predikat “Top” sebagai guru Bahasa Indonesia.

Menurutnya, Pater Frans tidak hanya mengajar pelajaran ‘tata bahasa’ dengan segala kompleksitasnya, tetapi juga menanamkan kecintaan akan Sastra Indonesia.

“Ia bukan saja mengajarkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar, melainkan juga menumbuhkembangkan kreativitas berbahasa dengan alur pemikiran yang berkaitan erat dengan logika dan filsafat,” ungkapnya.

Uskup Sorong, Papua ini juga mengaku tidak heran jika sejumlah anak didik Pater Frans banyak yang terjun ke dunia jurnalistik, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional.

Buku kenangan itu ditulis oleh 14 alumni. Selain Uskup Datus, beberapa di antaranya juga Romo Max Regus Pr (alumnus 1986-1992), pengamat politik Boni Hargens (alumnus 1993-1999) dan aktivis di Sunspirit for Justice and Peace dan Gerakan Baku Peduli Cypri Jehan Paju Dale.

Boni dalam tulisannya melukiskan Pater Frans sebagai sosok yang mencerahkan di bidang sastra dan dramaturgi.

“Dramaturgi Pater Frans selalu terekam dalam memori dan banyak membantu saya dalam memahami peserta dan atau pemirsa dalam kuliah, seminar atau acara televisi,” tulis Boni.

Pater Frans Mido SVD
Pater Frans Mido SVD

Pater Frans lahir di Nagekeo, Flores, pada 7 November 1936. Ia menempuh pendidikan menegah dan lanjutan di Seminari Yohanes Berkhmans Todabelu, Mataloko dari tahun 1950-1957.

Kemudian, ia bergabung dengan SVD dan ditahbiskan menjadi imam pada 25 April 1965 di Katedral Ende.

Ia mulai mengajar di Sanpio pada Juli 1966 dan dipercayakan mengampu bidang studi Bahasa Indonesia.

Pada 1967-1969 dan dilanjutkan tahun 1980-1982, ia diutus oleh pendiri Sanpio, Pater Leo Perik SVD untuk studi Bahasa dan Sastra Indonesia di IKIP Sanata Dharma, Yogyakarta.

Perayaan 50 Tahun Imamat Pater Frans dikemas bersamaan acara HUT Seminari Kisol yang ke-60. Rangkaian acaranya sudah dimulai Minggu (6/8) dan mencapai puncak pada Selasa esok, 8 September.

Selain acara penyerahan buku kepada Pater Frans, juga ada acara pemberkatan sejumlah gedung baru seminari, diskusi para alumni dan perayaan ekaristi. (Gregorius/Tinus/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.