Jejak Langkah Enam Bupati Manggarai, Siapa Berikutnya?

Dua calon bupati Manggarai : Deno Kamelus dan Herybertus GL Nabit (Foto : Wily Grasias)
Dua calon bupati Manggarai Deno Kamelus dan Herybertus GL Nabit (Foto: Wily Grasias)

Ruteng, Floresa.co – Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Manggarai sudah resmi menetapkan dua pasangan calon yang akan bertarung dalam Pilkada  9 Desember mendatang.

Dua pasangan itu adalah Deno Kamelus-Viktor Madur dan Herybertus GL Nabit-Adolfus Gabur.

Salah satu dari kedua pasangan tersebut dipastikan menjadi penerus dari sejarah kepemimpinan di Manggarai sejak daerah ini ditetapkan menjadi kabupaten secara resmi pada 1958.

Di tengah hingar bingar persiapan merebut kursi bupati berikutnya, tak ada salahnya kita coba kembali menengok jejak para bupati sebelumnya.

Bagaimana pun mereka telah mengukir cerita tersendiri di saat mereka menjadi orang nomor satu di tanah Manggarai.

Titik bidik dan sasaran tembak pembangunan tentu berbeda. Namun semuanya bermuara pada tujuan yakni memajukan masyarakat Manggarai ke arah yang lebih baik.

Cita-cita luhur itu tentu tidak berjalan mulus. Ada berbagai benturan yang turut mempengaruhi perkembangan Manggarai saat ini.

BACA Juga: Sejarah Kekuasaan di Manggarai Raya, dari Perang Todo vs Cibal, Hingga Pilkada Langsung

Seperti dikutip Floresa.co dari buku “Makna Bertapak” yang ditulis oleh Kanis Lina Bana dkk, setidaknya sudah enam bupati definitif yang pernah memimpin Manggarai sejak 1960.

Berikut adalah jejak langkah mereka selama memimpin Manggarai berserta tantangan zaman yang mereka hadapi di masanya.

1.Charolus Hamboer (1960 -1967)

Bangsawan Todo ini mulai memimpin Manggarai dari April 1960 sampai 24 Agustus 1967.

Ketika Kraeng Charolus menjadi bupati, Manggarai dalam keadaan serba sulit. Gelombang politik kacau balau. Saat itu Partai Komunis Indonesia (PKI) sedang berkuasa.

Akibatnya, masyarakat terjepit di antara pilihan ikut pemerintah atau PKI. Banyak warga Manggarai terkontaminasi kepentingan politik PKI. Warga yang terlibat harus mati sia-sia dan sebagiannya dikuburkan secara massal di Puni, Kelurahan Pau, Kecamatan Langke Rembong, ketika rezim Orde Baru mengambil alih kekuasaan.

Meski demikian, kehidupan masyarakat yang labil dan kondisi politik yang belum nyaman tidak membuat Kraeng Charolus patah arang dalam membangun Manggarai.

Ia menjalankan roda pemerintahan secara bertanggung jawab dan menunjukkan kapabilitas kepemimpinannya.

Yang sangat menonjol dalam kemimpinan Kraeng Todo ini ialah meletakkan pembangunan pendidikan di Manggarai dalam kerja sama dengan Gereja Katolik. Dalam mengatasi minimnya biaya pendidikan maka terobosannya adalah melaksanakan pesta sekolah yang lestari sampai sekarang dalam bentuk acara wuat wa’i.

2. Frans Sales Lega (1968 -1978)

Frans Sales Lega adalah mantan frater (calon imam) yang kemudian melanjutkan pendidikan guru. Dinamika pendidikan di seminari terinternalisasi dalam seluruh pengabdiannya.

Ketika menjadi Bupati Manggarai, ia berani mendongkrak keterbelakangan. Ia memimpin Manggarai dari 24 Agustus 1967-24 Nopember 1978.

Bupati yang lebih populer dengan sapaan Bupati Lega ini berhasil memimpin Manggarai selama 10 tahun.

Dalam era kepemimpinanya wajah Manggarai sangat berubah. Ia solid dan berkomitmen membangun Manggarai. Potensi dan semua sumber daya diberdayakan secara maksimal.

Beberapa gebrakan yang spektakuler seperti membuka Bandara Satar Tacik, yang sekarang menjadi Bandara Frans Sales Lega, Bandara Komodo, Irigasi Wae Sele di Lembor, PLTA Wae Garit serta membangun Microwave di puncak Gunung Ranaka, yang sekarang sudah pindah di Watu Hemping, Kecamatan Cibal.

Bupati kelahiran Lale, Satar Mese ini dapat menghantar daerah ini keluar dari kungkungan keterbelakangan. Atas jasanya itu pemerintah pusat menganugerahkannya Parasamya Purnakarya Nugraha.

3. Frans Dula Burhan, SH ( 1978 -1988 )

Frans Dula Burhan adalah Bupati Manggarai ketiga. Bupati kelahiran Kempo, Manggarai Barat, 19 Februari 1937 ini meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Erlangga, Surabaya.

Meski dia anak seorang guru, realitas sosial masyarakat sekitar mempengaruhi pertumbuhannya. Ia tidak angkuh.

Semangat memimpinnya mulai tumbuh sejak kecil dan itu adalah investasi sehingga menghantarnya menjadi orang nomor satu di Manggarai selama 10 tahun.

Frans Burhan berhasil menuntun masyarakat ke arah yang lebih baik dalam persediaan pangan. Pada era kepemimpinannya, Manggarai mendapat label “lumbung pangan” selaras dengan berjalannya berbagai operasi yang dicanangkan bosnya Gubernur NTT pada masa itu, Ben Mboi.

Ia berhasil memajukan tanaman perdagangan seperti cengkeh di Mano dan fanili di Lengko Ajang.

Selain itu, dia mendorong pengembangan kopi unggul di Bea Laing, Poco Ranaka dan di sisi jalan menuju Wae Garit sebagai kebun contoh.

Filosofi dasar membangun kebun contoh ini sangat sesuai dengan karakter orang Manggarai yang suka meniru.

4. Drs. Gaspar Parang Ehok MRP ( 1988 -1999)

Spriritualitas kepemimpinan Gaspar tidak terlepas dari seluruh kiprah perjuangannya. Ziarah hidup bupati kelahiran Ruteng 9 April 1947 ini dimaknai sebagai perjuangan. Setiap tugas pelayanan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, aplikatif, rasional serta tulus memperjuangkan kepentingan umum.

Karena itu sosok Gaspar selalu dikenang. Ia tidak hanya berkomitmen berjuang untuk kepentingan rakyat, tetapi juga mewariskan suatu kepemimpinan yang bersih. Gaspar menjadi sosok pemimpin yang alergi dengan virus KKN.

Selama memimpin Mangggarai pada 1989-1999, Gaspar sungguh menunjukan optimalisasi pembangunan yang pro rakyat. Tak pelak setiap daerah isolasi diretasnya, berdayakan potensi SDA dan SDM secara optimal.

Hampir pasti sosok dengan suara menggelegar ini selalu dikenang masyarakat Manggarai. Gaspar mewakili etos pempimpin yang cerdas, tangkas, rasional dan memiliki obyektifitas tindakan.

Dengan wilayah yang sangat luas, Bupati Ehok memproritaskan pembangunan sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Meretas jalan, membuka isolasi adalah prioritas kebutuhan di samping kegiatan pembangunan lainnya.

Mengapa jalan raya? Agar mempercepat akselerasi pembangunan menuju pertumbuhan ekonomi. Semakin lancarnya arus barang dan jasa dari dan ke sentra produksi akan diikuti mobilitas pembangunan demi pengentasan kemiskinan dalam masyarakat.

5. Drs Antony Bagul Dagur,M Si (2000 -2005)

Masa kepemimpinan Bupati Ehok yang berakhir tahun 1999 berbarengan lahirnya UU No 22 Tahun 1999. Dengan demikian maka proses pemilihan bupati disertai juga dengan wakilnya.

Maka untuk masa persiapan kala itu Manggarai dipimpin oleh pejabat sementara yaitu Daniel Woda Pale.

Pada Tahun 2000, terpilihlah Pak Anton dengan wakilnya Pak Markus Jadur. Keduanya dicalonkan oleh PDI-P. Namun dalam perjalanan, Markus Jadur meninggal dunia, sehingga sejak tahun 2003 pemerintahan dijalankan seorang diri oleh Bupati Bagul.

Berbagai strategi dilakukan untuk membangun Manggarai sesuai visi dan misi kepemimpinannya. Ada lima prioritas pembangunan dengan titik sentral Gerakan Membangun Masyarakat Miskin (Gerbangmamis)

Dalam melaksanakan roda pembangunan, sarana perkantoran, mobil dinas dan perangkat keras maupun lunak untuk melancarkan tugas pelayanan kepada masyarakat sungguh diperhatikan oleh bupati mantan guru ini.

Dalam tataran pemerintahan ,bupati kelahiran Racang, Lembor 15 September 1950 ini telah menorehkan tinta emas pemekaran Kabupaten Manggarai Barat.

Meskipun penuh dengan pergolakan dan dinamika politik yang keras, akan tetapi proyek politik itu diselesaikan dengan tuntas pada masa kepemimpinannya.

Hal lain yang patut dikenang sebagai mercusuar pembangunan era Bagul adalah pembangunan stadion Golo Dukal yang kini tak terurus lagi.

Pembangunan stadion yang terletak di selatan kota Ruteng itu dirancang secara baik sehingga sarana itu tidak hanya menjadi gelanggang olahraga, tetapi juga kegiatan lain yang membutuhkan sarana itu.

6. Drs Christian Rotok (2005 -2015)

Duet Chris Rotok dan Deno Kamelus merupakan pemimpin Manggarai hasil pemilihan langsung.

Pasangan dengan akronim Credo ini memimpin Manggarai selama sepuluh tahun yaitu dari tahun 2005 sampai dengan 14 September 2015 mendatang. Pada masa keduannya, terbentuk Kabupaten Manggarai Timur pada tahun 2007.

Latar belakang dua pucuk pimpinan ini sangat berbeda, Christ birokrat tulen dan Kamelus akademisi sejati. Namun dalam kesadaran bersama, dua sosok ini meletakkan dasar yang sama dalam membangun Manggarai menuju ke arah yang lebih baik.

Panca Program adalah senjata yang dipakai dalam mengupas tuntas kemiskinan di Manggarai. “Dalam memimpin Manggarai bukan tujuan merebut kekuasaan atau kedudukan tetapi melayani masyarakat,” ujar Chris beberapa waktu lalu.

Pelayanan yang dimaksud tidak hanya sebatas tuntutan profesi yang dimiliki melainkan representasi kehidupan yang utuh. Sebab, pelayanan harus sanggup memberikan diri untuk orang yang dilayani. Pelayanan harus dipahami sebagai reinterpretasi diri terhadap tugas yang diberikan. Itulah filosofi kepemimpinan Chris Rotok, memaknai jabatan selama 10 tahun bersama pasangannya Deno Kamelus.

Paket birokrasi sejati dan akademisi sejati ini sudah memasuki tahun ke 10 memimpin Manggarai. Keduanya masih harmonis dan telah menunjukan hasil pembangunan yang signifikan. Keduanya patut dikenang sebagai bupati dan wakil bupati yang membangun banyak infrastruktur terutama jalan aspal ke desa-desa dan juga membangun sekolah-sekolah baik tingkat dasar maupun menengah.

Karena regulasi, bupati hanya bisa dua periode, dengan terpaksa  Rotok akan meninggalkan istana yang dibangunnya pada tanggal 14 September 2015.

Bupati kelahiran Ruteng, 10 Februari 1956 ini sekarang menyaksikan wakilnya Deno Kamelus bertarung untuk merebut posisi yang sama dengan dirinya.

7. Siapa bupati ketujuh, 2015 -2020?

Praktik demokrasi elektoral terus dibenahi. UU no 8 Tahun 2015 menuntun bangsa ini untuk menyelenggarakan pemilihan bupati dan wakil bupati serentak yang diawali tahun 2015 pada tanggal 9 Desember mendatang.

Pada 26-28 Juli lalu, sudah mendaftar tiga bakal calon yang hendak memimpin Manggarai selanjutnya. Namun, dari ketiganya, pasangan yang mendaftar maju melalui jalur perseorangan yaitu Philipus Mantur-Ardianus Suhardi terpaksa keok sebelum bertarung karena tak memenuhi syarat.

Alhasil, KPU Manggarai pada Senin 24 Agustus 2015 hanya menetapakan dua pasangan calon, yaitu Deno Kamelus-Victor Madur dan Herybertus GL Nabit-Adolfus Gabur.

Kedua paslon ini, sudah mendapat nomor undian agar mudah dipilih oleh rakyat sebagai pemilik kedaulatan. Palson nomor 1 yang dikenal dengan Deno-Madur (DM) diusung oleh koalisi kerakyatan akan bertarung dengan paslon nomor 2 Hery -Adol (HeAd) yang diusung oleh koalisi Gotong Royong.

Apakah DM atau HeAd akan menjadi Bupati yang ke 7 dalam memimpin Manggarai?

Rakyat Manggarai akan menentukan jawabannya pada 9 Desember 2015. (Wily Grasias/PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini