Ini Permasalahan Ekonomi NTT versi Bank Indonesia

Banyak kebutuhan masyrakat NTT dipasok dari luar menjadi salah satu permasalahan serius bagi perekonomian NTT (Foto : Seputar NTT)
Banyak kebutuhan masyrakat NTT dipasok dari luar menjadi salah satu permasalahan serius bagi perekonomian NTT (Foto : Seputar NTT)

Floresa.co – Pada triwulan kedua 2015 lalu, ekonomi NTT tumbuh lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi secara nasional.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) NTT, pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan kedua adalah 5,03% lebih tinggi dibandingkan triwulan pertama yang hanya tumbuh 4,64% secara year on year (dibandingkan periode yang sama tahun lalu).

Sedangakan, pertumbuhan ekonomi secara nasional pada triwulan kedua adalah 4,67% atau mengalami perlamabtan dibandingkan triwulan pertama yang tumbuh hanya 4,71% secara year on year.

Bank Indonesia melihat, pada triwulan ketiga ini, ekonomi NTT memiliki prospek yang lebih baik lagi karena didorong oleh belaja pemerintah, geliat sektor konstruksi dan jasa pendidikan.

Sementara di sisi lain, ancaman elnino atau kekeringan, menurut Bank Indonesia tidak terlalu berdampak signifikan pada sektor pertanian NTT karena sudah terlewatinya puncak musim panen. Karena itu, BI memperkirakan ekonomi NTT pada triwulan ketiga akan tumbuh pada kisaran 5,2% sampai 5,6% secara year on year.

Namun, BI melihat permasalahan akut yang menghambat perutmbuhan ekonomi provinsi dengan sebutan Flobamora ini.

Permasalahan tersebut adalah “besarnya ketergantungan Provinsi NTT terhadap pemenuhan kebutuhan hidup dan pembangunan dari luar NTT,”tulisan BI dalam sebuah laporan yang dipublikasikan baru-baru ini.

Bank Indonesia mencatat dengan total net impor antar daerah yang mencapai Rp 9 triliun di triwulan II 2015, maka manfaat atas tingginya pertumbuhan investasi tidak dapat sepenuhnya dirasakan karena pemenuhan kebutuhan investasi yang sebagian besar berasal dari luar NTT.

Karena itu, menurut Bank Indonesia, rencana pembangunan pabrik semen Kupang III dengan kapasitas mencapai 1,5 juta ton per tahun patut menjadi perhatian dan dikawal sepenuhnya agar impor semen yang tiap tahun mencapai lebih dari satu triliun rupiah dapat berkurang.

Menurut Bank Indonesia dalam laporannya itu, peningkatan produksi semen juga dapat meningkatkan ekspor NTT dikarenakan potensi kelebihan pasokan yang terjadi.

Asal tahu saja, pada 25 Juli lalu, Presiden Joko Widodo berkunjung ke PT Semen Kupang. Saat itu, mantan gubernur DKI Jakarta ini berjanji meningkatkan produksi semen perusahaan plat merah itu menjadi 1,8 juta ton.

Saat ini, PT Semen Kupang sudah memiliki dua pabrik dengan kapasitas produksi hanya 400 ribu ton per tahun. Untuk menaikan kapasitanya, pemerintah berencana menyuntikan modal ke perusahaan BUMN itu untuk membangun pabrik semen Kupang III berkapasitas 1,5 juta ton per tahun.

Jokowi dalam kesempatan itu mengatakan, NTT meski sudah memiliki pabrik semen, tetapi selama ini NTT kekurangan pasokan semen, sehingga harus disuplai dari luar NTT.

Lebih lanjut, Bank Indonesia, dalam laporannya menyebutkan selain pembangunan pabrik semen, adanya penambahan pusat perbelanjaan baru di NTT juga akan meningkatkan kinerja sektor perdagangan.

Namun, menurut Bank Indonesia, pemenuhan barang yang sebagian besar berasal dari luar NTT akan berdampak kurang bagus terhadap perekonomian karena meningkatkan impor antar daerah.

“Penguatan sektor sekunder yang diikuti dengan kebijakan yang pro usaha lokal
perlu diperkuat, agar masyarakat NTT tidak hanya menjadi obyek pasar tetapi juga subyek dan pelaku ekonomi di daerahnya,”tulis Bank Indonsia. (Petrus D/PTD/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini