Ini Rangkaian Acara Caci di Taman Mini, 15-16 Agustus

Panitia Caci di Taman Mini 15-16 Agustus 2015 (Foto : Panitia)
Panitia Caci di Taman Mini 15-16 Agustus 2015 (Foto : Panitia)

Jakarta. Floresa.co – Warga Manggarai diaspora yang tinggal di Jakarta kembali menggelar acara caci. Setelah pada Juni lalu digelar di Kedoya, Jakarta Barat, pada Agustus ini, bersamaan dengan ulang tahun Indonesia ke-70, pegelaran caci akan diselenggarakan di Anjungan NTT, Taman Mini Indonesia Indah (TMII).

Fens Alwino, salah satu panitia acara tersebut, kepada Floresa.co mengungkapan rangkaian acara caci kali ini dilakukan selama dua hari.

BACA : Ramainya “Caci” di Jakarta: Seakan Pentas di “Natas” di Manggarai

Pada hari pertama, Sabtu 15 Agustus akan ada acara misa dalam bahasa Managgarai yang dipimpin pastor Peter Aman, OFM dan sejumlah pastor lainnya. Misa akan dimulai sekitar pukul 08.00 WIB bertempat di Anjung NTT, TMII.

Setelah misa, sekitar pukul 10.00 WIB, akan ada seminar dengan tema revitalisasi kebudayaan. Pembicara dalam seminar ini adalah Dr Hubert Ubur (dosen Universitas Atmajaya, Jakarta), Peter Aman, OFM (Dosen STF Driyarkara), Dr Robert Lawang (Dosen UI), Dr Agus Bandur (Dosen UPI-YAI), dan Edy Danggur SH (Pengacara).

Setelah seminar, di lokasi yang sama, sekitar pukul 14.00 WIB, akan ada acara danding dan mbata. Peserta sanda dan mbata adalah orang Manggarai yang bermukim di wilayah Kalimalang, Jakarta Timur; Sawah Besar, Kedoya dan Muara Baru.

“Acara sanda, mbata dan danding kurang lebih empat jam,”ujar Alwino.

Selanjutnya, pada Minggu 16 Agustus, akan ada pentas caci di tempat yang sama. Bertindak sebagai meka landang (tamu undangan) adalah warga Manggarai diaspora yang tinggal di Kalimantan Timur. Sedangkan pihak tuan rumah adalah warga Manggarai diaspora yang tinggal di Kalimalang, Cijantung dan Kedoya.

Acara caci dimulai sekitar pukul 08.00 WIB. Selanjutnya pada sore hari, akan ada pementasan tarian Pasola dari Pulau Sumba.

Alwino mengatakan acara pentas budaya ini dibuat sebagai bentuk upaya revitalisasi budaya atau menghidupkan kembali nilai-nilai dan kearifan lokal Manggarai. “Kita tidak mau nilai-nilai budaya Manggarai itu tergerus globalisasi,”pungkas alumnus STF Ledalero dan STF Driyarkara ini. (Petrus D/PTD/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini