Massa Front Jihad Islam Serang Gereja

Baca Juga

Aparat memeriksa massa yang yang berkumpul di depan Gereja di Dusun Saman, Desa Bangunharjo, Sewon Bantul, Selasa (14/7/2015). (Foto: Ist)
Aparat memeriksa massa yang yang berkumpul di depan Gereja di Dusun Saman, Desa Bangunharjo, Sewon Bantul, Selasa (14/7/2015). (Foto: Ist)

Floresa.co – Puluhan massa Front Jihad Islam (FJI) menyerang gereja di Dusun Saman, Desa Bangunharjo, Selasa (14/7/2015) sore.

Ormas keagaamaan itu menuntut agar Gereja Baptis Indonesia Saman ditutup lantaran belum mengantongi Izin Mendirikan Bangunan (IMB).

Namun, beruntung, sejak Pukul 14.00 WIB, lebih dari 100 personil kepolisian dari Polsek Sewon dan Polres Bantul telah berjaga di lokasi.

Ratusan polisi membentuk pagar betis mencegah massa ormas menuju gereja. Aparat menghentikan kendaraan ormas dan menyita sejumlah alat pemukul seperti stik besi. Komandan Laskar Jihad FJI Abdurahman mengatakan, mereka menuntut agar peribadatan digereja itu dihentikan serta plang nama gereja dicabut.

“Polri sudah bilang rumah tinggal tidak boleh jadi tempat ibadah, ayo kita masuk terserah mau ditangkap,” teriak Abdurahman sebagaimana dilansir Bisnis.com.

Sejumlah aparat kemudian melobi perwakilan ormas agar menghentikan aksinya. Hingga kemudian massa sepakat bubar setelah tiba waktu berbuka puasa.

Kepala Polsek Sewon Kompol Heru Setiawan mengatakan, pihak gereja kini tengah mengurus IMB untuk keperluan pendirian gereja. Perizinan belum lengkap karena masih menunggu persetujuan masyarakat setempat.

“Karena ada warga yang pro dan kontra dengan pendirian gereja itu. Jadi masih proses. Kalau dari Pemkab juga Forum Kerukunan Umat Bergama sebenarnya tidak masalah asal syarat dilengkapi,” terang Heru.

Selama proses perizinan tengah berlangsung, ia menegaskan tidak boleh ada pihak yang bertindak anarkis dengan menyerang gereja. Kepolisian kata dia bertugas melindungi semua warganya yang kepercayaannya dilindungi oleh undang-undang.

“Mau agama Islam, Kristen tugas kami melindungi, karena itu dilindungi undang-undang. Selama ada yang anarkis saya sikat,” tegas Heru. Polisi kata dia siap berjaga 24 jam.

Susan, salah seorang warga setempat mengungkapkan, warga selama ini tidak pernah bermasalah dengan otoritas atau jemaat gereja. “Selama ini enggak masalah aman-aman saja,” kata Susan.

Sementara Tugiyatno, warga lainnya mengatakan, sebagian warga tidak sepakat dengan pendirian gereja tersebut. “Karena mayoritas warga di sini kan muslim,” kata dia.

Sementara itu, pihak gereja Baptis Saman belum bisa dimintai konfirmasi ihwal konflik pendirian rumah ibadah tersebut. Pegiat Sobat Kebebasan Beragama dan Berkepercayaan (KBB), Boris, yang sejak awal memantau kasus ini menceritakan, gereja tersebut sudah ada sejak 30 tahun lalu dan tidak pernah ada masalah dengan warga setempat. Namun ia tidak tahu apa alasan otoritas gereja belum mengurus perizinan pendirian gereja.

Belakangan kata dia, Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kabupaten Bantul menyarankan agar mengurus IMB. Sejatinya kata Boris, banyak pihak gereja di Jogja dilema mengurus perizinan.

“Gereja itu sebenarnya sangat ingin mengurus perizinan, tapi seperti ini kejadiannya, baru mengurus izin justru muncul konflik, diserang seperti ini. Selama ini tidak pernah terjadi apa-apa,” imbuhnya. (Ari D/Floresa)

Terkini