Rotok, Satu Dekade Benahi Insfrastruktur

Bupati Manggarai, Christian Rotok
Bupati Manggarai, Christian Rotok

Ruteng, Floresa.co – Di banyak kalangan masyarakat Manggarai, Bupati Christian Rotok dikenal sebagai pemimpin yang mendepankan upaya pengembangan infrastruktur.

Salah satunya adalah pembukaan jalan ke desa-desa.

Meski memang, apa yang dilakukan Rotok tidak selalu mendapat respon positif dari semua kalangan, namun bupati ini mengaku yakin, ia sudah berbuat maksimal selama 10 tahun memimpin Manggarai.

Rotok akan melepas jabatan pada September mendatang, setelah selama satu dekade berdampingan dengan wakilnya Kamelus Deno.

Keduanya tampak serasi selama memimpin, meski tentu saja, banyak pula kritikan terhadap mereka, termasuk terkait kebijakan menghadirkan tambang di Manggarai.

Buka ruang isolasi

Rotok yang berbincang-bincang dengan Floresa.co di Ruteng akhir pekan lalu mengatakan, terkiat infrastruktur misalnya, ia selalu bermimpi agar jalan raya sebagai salah satu sarana percepatan ekonomi daerah semakin membaik dari tahun ke tahun.

“Selama sepuluh tahun saya memimpin, saya konsentrasi membuka jalan raya di desa-desa dan kampung-kampung. Dan, sekarang saya konsentrasi besar-besaran untuk menata infrastruktur dalam kota (Ruteng),” ujar Rotok kepada Floresa.co di Ruteng, Jumat (3/7/2015).

Ia menjelaskan, warga Manggarai selalu meminta membangun jalan ketika ia berkunjung ke daerah-daerah.

Aspirasi masyarakat inilah yang kemudian menjadi spirit kepemimpinan Rotok.

Data yang dihimpun Floresa.co, sejak awal ia terpilih pada Pilkada pertama tahun 2005 silam, ia mulai dengan mengkritisi program pembangunan yang ada saat itu.

Kala  itu, pasangan ini memutuskan untuk menjadikan pembangunan infrastruktur sebagai prioritas utama karena masyarakat Manggarai, berdasarkan penjajakan mereka, pada umumnya sangat mendambakan untuk keluar dari keterbelakangan, di mana daerah yang terisolasi dibuka.

Walau pada masa-masa awal mereka memimpin, kondisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) masih minim yaitu hanya Rp 300 miliar rupiah saja, namun Rotok mampu mengelolahnya demi menjawab kebutuhan jalan raya masyarakat.

Apalagi dua tahun setelah ia dilantik pada 14 September tahun 2005 tepatnya tahun 2007, ia berhadapan dengan tantangan besar, bagaimana mengelolah APBD yang mimim itu dengan kebijakan memekarkan kabupaten Manggarai Timur (Matim).

Menghadapi situasi demikian, Rotok tetap bekerja maksimal dalam menjalani tantangan yang tergolong besar tersebut, sebab dalam rencana pemerintah saat itu, Matim harus bisa diresmikan pada Oktober 2007.

Berkat ketabahan dan ketekunannya, selain pemerataan infrastruktur ke kampung-kampung, pria kelahiran Ruteng 10 Februari 1956 itu juga berhasil memekarkan Matim dari kabupaten induk, Manggarai.

Di tahun ke tahun pun, Rotok terus melakukan pembenahan.

Dan semenjak terpilih lagi pada Pilkada tahun 2010 silam infrastruktur jalan raya menjadi program pembangunan prioritas mereka.

Dalam catatannya, hingga Juli 2014 ini tak ada satu pun kampung di Manggarai yang tidak dibuka jalur transportasinya.

Sejak 2005, Rotok selalu melirik untuk membuka jalur-jalur antarkampung, antardesa, dan antarkecamatan.

Ia mengakui, dari 300 Miliar APBD Kabupaten Manggarai tahun 2005, kini sudah hampir 900-san lebih Miliar rupiah.

Dana itu, kata dia, merupakan hasil kerja keras Pemkab Manggarai dengan pemerintah pusat.

Saat ditanya alasan terkait tidak surutnya semangat mengelolah infrastruktur di Manggarai hingga akhir masa jabatan 14 September mendatangi, Rotok mengatakan, apa yang dilakukannya itu merupakan amanah rakyat.

Sebab, diakuinya bahwa ia sedang menjabat sebagai bupati dari seluruh rakyat Manggarai.

Kritikan

Namun, apa yang dilakukan Rotok, tetap tidak lepas dari kritikan sejumlah pihak.

Sebastian Salang, salah satu bakal calon bupati Manggarai pernah mengatakan, dirinya kaget dan sangat terkejut ketika mengelilingi beberapa kampung di Manggarai.

Sebelumnya, ia mendengar kabar tentang Kabupaten Manggarai yang dikenal sebagai salah satu kabupaten dengan infrastruktur jalan yang bagus.

Predikat bagus tersebut, kata Salang, selalu dibandingkan dengan dua kabupaten tetangga, yaitu Manggarai Barat (Mabar) dan Manggarai Timur (Matim).

Namun, ia mengakui kaget karena ternyata itu tidak sesuai fakta.

“Dari 3 Manggarai, saya mendengar di Manggarai ini jalan raya sudah bagus, Tetapi ketika saya jalan ke kampung-kampung ternyata sangat jelek,” ujar Salang saat membawakan materi pada Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh PMKRI Ruteng, Jumat (29/5/2015).

Viktor Slamet, bakal calon bupati yang berpasangan dengan Silvester Baeng juga mengajukan kritikan serupa.

“Pak Christ dan Pak Deno ini kan sebetulnya 10 tahun, tapi tidak ada perubahan-perubahan yang signifikan. Betul infrastruktur dia bangun, tapi saya lihat itu tidak dikuti (perbaikan) ekonomi sehingga mubazir semua infrastruktur yang dibangun itu,”ujar Viktor kepada Floresa.co, Minggu (25/1/2015).

Apa yang dikatakan Salang, juga Slamet, tampaknya dijawab Rotok dengan pernyataan, “pembangunan di Manggarai memang harus terus dilanjutan.”

“Jalan-jalan yang sudah ada agar ditingkatkan kualitasnya. Aspal ditebalkan. Jalan mesti dilebarkan kembali. Kemudian, soliditas pemerintah tetap dijaga,” tutup Rotok. (Ardy Abba/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini