Aktivis Tolak Privatisasi Pantai Pede Diteror, Pastor Marsel Agot SVD: “Kami Seperti Diberi Sopi Aimere”

Labuan Bajo, Floresa.co – Pastor Marsel Agot SVD, imam yang dikenal sangat konsisten membela hak-hak publik di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar) segera mengunjungi rumah Ferry Adu yang dilempar oleh orang tak dikenal (OTK) pada Minggu malam (14/6/2015), sekitar pukl 21.45 Wita.

Baca: Aktivis Tolak Privatisasi Pantai Pede Diteror, Rumah Dilempar OTK

Imam itu yang berbicara dengan Floresa.co pasca kejadian ini mengatakan, teror yang diterima Ferry ibarat “Sopi Aimere” bagi mereka.

Sopi Aimere merupakan jenis arak yang terkenal berkualitas, buatan orang Aimere, daerah di Kabupaten Ngada bagian barat.

“Kami seperti diberi Sopi Aimere. Sopi Aimere itu kalau diminum membuat kita makin panas. Ancaman ini membuat kami makin gencar melawan siapapun penguasa yang menghancurkan kepentingan umum,” katanya.

Ia menegaskan, dirinya menduga kuat, ancaman itu berkaitan dengan apa yang saat ini sedang mereka perjuangkan, yaitu menolak pembangunan hotel di Pantai Pede.

“Kalau tadi siang kami tidak pertemuan membahas agenda penolakan itu, maka kami mungkin tidak curiga bahwa lemparan ini ada kaitannya dengan masalah Pantai Pede,” katanya.

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, pada Minggu siang tadi, sejumlah aktivis, tokoh agama, tokoh adat di Mabar berkumpul di Pantai Pede membahas agenda penolakan privatisasi pantai itu, setelah Gubernur NTT Frans Lebu Raya berkali-kali menegaskan tidak akan mengurungkan niatnya menyerahkan pantai itu kepada investor.

Lebu Raya yang meyakini bahwa Pantai Pede adalah aset provinsi telah menyerahkan pengelolaannya kepada PT Sarana Investama Manggabar (PT SIM), perusahan milik Ketua DPRD Setya Novanto untuk pembangunan hotel berbintang, sebuah langkah yang hingga kini terus memantik penolakan warga.

Pastor Marsel menegaskan, mereka tidak akan mengambil langkah mundur menolak kebijakan gubernur kelahiran Flores Timur itu, meski ancaman fisik sudah mulai terjadi.

“Kalau kami mencuri atau memfitnah orang, mungkin kami takut. Tapi sekarang, yang kami perjuangkan adalah kepentingan publik,” katanya tegas.

Ia menjelaskan, dirinya sudah terbiasa dengan teror karena memperjuangkan hak masyarakat melawan penguasa yang lalim.

“Tapi semakin diteror, kami makin berani. Karena kami yakin betul, yang kami perjuangkan adalah kebenaran, hak masyarakat banyak, bukan demi kepentingan kami sendiri,” katanya. (Ari D/ARL/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.