Warga di Mabar Kembangkan Pembibitan Kayu

Floresa.co – Ketika orang ramai-ramai membicarakan masalah seputar persiapan para bakal calon bupati dan wakil bupati menuju hajatan Pilkada di Manggarai Barat (Mabar) Desember mendatang, warga di salah satu desa di kabupaten itu justeru fokus pada upaya menjaga kelestarian alam.

Mereka yang bergabung dalam kelompok Mandiri Melestarikan Alam (MAMA) di Desa Golo Manting, Kecamatan Sano Nggoang, kini melakukan upaya pengembangan pohon-pohon lokal dan mendirikan balai penangkaran sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat sekitar terkait kegiatan pembibitan dan pelestarian alam.

MAMA merupakan kelompok tani yang dibentuk pada 2007, yang diprakarsai Aventinus Sadip, warga asal Kampung Paku.

 

Sejak dibentuk kelompok yang didampingi Burung Indonesia ini giat melakukan pelatihan-pelatihan dalam rangka meningkatkan kapasitas para pengurus dan anggotanya, khususnya di bidang penangkaran dan pengembangan benih secara vegetatif.

Berbekal pelatihan ini, Aventinus selaku ketua kelompok, mencoba mempraktekkan penangkaran benih serta mulai menggiatkan proses pengembangan arboretum di lahan seluas 5 hektare miliknya.

Alhasil, Universitas Copenhagen dari Denmark, yang juga merupakan lembaga konsultan dari Burung Indonesia menjalin kerja sama dengan Aventinus. Lokasi arboretum miliknya pun menjadi salah satu lokasi penelitian terhadap kayu-kayu lokal yang ada di kawasan Mbeliling, Mabar.

Melihat keseriusan serta keuluten Aventinus, Universitas Copenhagen, melalui Burung Indonesia Program Mbeliling mendorong Aventinus untuk membagi pengetahuan serta semangat yang dimilikinya kepada semua masyarakat Manggarai Barat, terutama kepada masyarakat Desa Golo Manting.

Untuk mendukung cita-cita tersebut, Burung Indonesia bersama Universitas Copenhagen membantu Aventinus mendirikan balai pelatihan pembenihan dan penangkaran di lokasi dekat rumahnya.

Dalam kunjungan Burung Indonesia, Universitas Copenhagen dan DOF (Dansk Ornitologisk Forening), lembaga mitra dari Burung Indonesia di Denmark, Selasa (19/5/2015), diketahui bahwa balai persemaian tersebut telah berhasil dibangun, dan aktivitas penangkaran serta pengembangbiakan secara vegetatif telah mulai dijalankan oleh Aventinus bersama para anggota kelompok MAMA.

Di arboretum tersebut, Aventinus telah melakukan pengembangan kayu lokal dan non-lokal sebanyak 23 jenis.

Aventinus mendapat benih kayu nonlokal, seperti Mahoni, Kayu Afrika, Jabon, dari pelatihan yang diselenggarakan oleh Burung Indonesia Program Mbeliling.

Sedangkan untuk benih kayu lokal, didapatinya dari kawasan hutan di sekitar Desa Golo Manting, di antaranya kayu  Kodal, Tilu Tuna, Lui, Nara, Munting, Ojang, Mengge, Natu, dll. Jumlah keseluruhnya mencapai 23 jenis.

Aventinus juga telah mengembangkan beberapa jenis pohon, baik pohon produktif maupun non-produktif. Untuk pohon produktif, yang telah dibudidaya adalah anakan Mangga yang dikembangkan dengan sistem vegetatif dan Nangka dengan sistim generatif.

Sementara pohon nonproduktif, antara lain, Cendana, Jabon, Natu, Ojang, Tilu Tuna, Mengge dan Ojang. Rencananya, semua anakan tersebut akan didistribusikan ke warga desa jika telah mencapai umur yang pas untuk ditanam.

Frans Harum, Konsultan dari Universitas Copenhagen mengatakan, apa yang telah dilakukan oleh Aventinus bersama kelompok MAMA patut ditiru, termasuk oleh lembaga pendidikan.

“Pihak Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Pertanian yang ada di Golo Manting ini juga semestinya memanfaatkan betul keberadaan dari balai yang ada untuk menunjang proses pembelajaran dari para siswa dan siswi,” katanya.

“Jangan canggung untuk datang belajar bersama Kelompok MAMA.”

Tiburtius Hani, Tim Leader Burung Indonesia Program Mbeliling menegaskan, balai penangkaran yang telah dibangun perlu dimanfaatkan dengan baik.

“Jadikan tempat ini sebagai pusat pembelajaran bagi masyarakat di Golo Manting, sebagaimana cita-cita awal dari pembangunan balai ini,” tegasnya. (Arman Suparman/ARS/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini