Cerita Dula, Kenapa Maju Lagi di Pilkada Mabar Tahun Ini

Labuan Bajo, Floresa.co – Lima tahun menjadi wakil bupati (2005-2010) dan lima tahun menjadi bupati (2010-2015) belum cukup bagi Agustinus Ch Dula. Pilkada kali ini pun, dia menyatakan akan maju untuk mempertahankan posisi orang nomor satu di Kabupaten Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).

UU memang masih memberikan dia kesempatan sekali lagi untuk menjadi bupati. Apa yang membuat Dula kembali maju?

Kepada Floresa.co belum lama ini, Dula membagikan beberapa alasan dirinya maju kembali dalam ajang Pemilihan umum kepala daerah (Pilkada).

“Pertama sekali,saya adalah incumbent. Sebagai incumbent saya masih merasa berutang budi atau merasa belum cukup waktu untuk menyelesaikan semua tunggakan pembangunan baik dalam bentuk perencanaan maupun dalam bentuk pelaksaan-pelaksanaan kerja,”ujar pria asal Kempo ini.

Alasan kedua yang membuat Dula kembali maju, katanya adalah karena dia membaca adanya keinginan masyarakat Mabar yang menginginkan agar dia tetap memimpin daerah yang terletak di ujung barat pulau Flores ini.

“Saya tidak mau sia-siakan kemaun masyarakat Mabar. Fakta menunjukan bahwa saat saya menjabat sebagai bupati masyarakat merespon dengan luar biasa. Hal tersebut dilihat dari bahasa tubuh, kata-kata, kedekatan emosional, cara menerima atau penerimaan,cara menyampaikan keluhan-keluhan. Tentu hal ini bagi saya merupakan tanda-tanda dari masyarakat kepada saya untuk maju lagi menjadi bupati dan tentu melanjutkan pembangunan yang ada pada periode berikutnya,”ujarnya.

Selain karena ada dorongan dari masyarkat Dula juga merasa tertantang untuk bersaing dengan kandidat lain. Ia melihat kanidat lain adalah muka-muka lama yang potensial.

“Saya melihat kandidat yang maju kali ini merupakan wajah lama yang berpotensi. Dan saya sangat senang untuk bertarung dengan wajah lama yang punya potensi tersebut dan merasa akan diteguhkan apabila menang karena bersaing dengan wajah lama yang berpotensi tersebut,”ujarnya.

Alasan terakhir yang membuat Dula maju adalah karena ia ingin merasakan sensasi kemenangan atau pun kekalahan. Pengalaman kemenangan ataupun kekalahan bagi Dula sama-sama perlu dinikmati.

“Ada kerelaan saya untuk menerima kenyataan yaitu kalau kalah ya kalah. Sebaliknyam kalau menang ya menang sehingga bagi saya kalau saya menang karena rakyat dan kalau kalah pun karena rakyat,”ujarnya.

Ia meyakini kekalahan dan kemenangan adalah keniscayaan dalam sebuah pertarungan. Keduanya tetap memiliki bobot nilai yang sama meski berbeda rasa.

“Hal ini berarti kalau menang adalah suara Tuhan. Pun kalau kalah saya tetap merasa bahwa suara rakyat adalah suara Tuhan. Bagi saya menang adalah suara Tuhan dan kalah pun suara Tuhan karena suara rakyat adalah suara Tuhan dan yang paling penting saya tidak boleh mendahului keputusan Tuhan,”ujarnya.

Dula telah memilih Maria Geong, seorang perempuan birokrat asal Kolang sebagai calon pendampingnya kali ini. Karir Dula di puncak kekuasaan politik di Kabupaten Manggarai Barat dimuali ketika dia digaet Fidelis Pranda sebagai wakilnya pada tahun 2005. Keduanya pun berhasil meraih posisi kekuasaan.

Pilkada 2010, Dula dan Fidelis pecah kongsi. Dewi Fortuna ternyata memihak Dula yang menggaet Maximus Gasa sebagai wakilnya. Dula dan Gasa pun menjadi bupati dan wakil bupati Mabar selama 2010-2015.

Pilkada kali ini, Dula dan Gasa memilih untuk berpisah. Gasa pun sudah menyatakan akan maju sebagai calon bupati dan telah menggaet Abdul Azis sebagai calon wakilnya.

Fidelis Pranda yang pernah kalah di 2010, juga sudah menyatakan akan kembali maju. Pranda sudah menggaet Benyamin Padju seorang pengusaha berdarah Bima-Cibal untuk menjadi wakilnya.

Saat ini, Dula, Pranda,dan Gasa masih menanti kepastian partai politik yang akan mengusung mereka dalam Pilkada yang digelar 9 Desember mendatang. Bila mereka berhasil mendapat dukungan partai politik, maka mereka akan bertarung satu sama lain merebut simpati pemilih di 10 kecamatan di Mabar. (Sefry Jemandu/PTD/Floresa)

spot_img

Artikel Terkini