Bupati dan Wakil Bupati Matim Panen Jagung di Sambi Rampas

Baca Juga

 

Bupati Manggarai Timur (Matim) Yoseph Tote dan Wakilnya Andreas Agas mengikuti panen raya jagung jenis Lamuru di Kelurahan Nangga Baras, Kecamatan Sambi Rampas,Kamis, 9 April 2015 (Foto : Satria/Floresa)
Bupati Manggarai Timur (Matim) Yoseph Tote dan Wakilnya Andreas Agas mengikuti panen raya jagung jenis Lamuru di Kelurahan Nangga Baras, Kecamatan Sambi Rampas,Kamis, 9 April 2015 (Foto : Satria/Floresa)

Pota, Floresa.co- Bupati Manggarai Timur (Matim) Yoseph Tote dan Wakilnya Andreas Agas mengikuti panen raya jagung jenis Lamuru di Kelurahan Nangga Baras, Kecamatan Sambi Rampas,Kamis (9/4/2015). Total luas tanam yang dipanen mencapai 150 hektare.

Selain bupati dan wakil bupati, panen raya ini juga dihadiri Ketua DPRD Matim dan sejumlah anggota DPRD, Ketua Tim Penggerak PKK, pimpinan Satua Kerja Perangkat Daerah (SKPD), camat Sambe Rampas, tokoh masyarakat dan tokoh agama serta masyarkat setempat.

Bupati Tote dalam sambutannya mengharapkan masyarakat di Kecamatan Sambe Rampas agar dapat memanfaatkan lahan pertanian yang luas untuk pengembangan tanaman pangan. Dia mengatakan tahun 2015 ini Pemda Matim mengalokasikan anggaran sebesar Rp 20,164 miliar untuk intervensi di bidang pertanian.

Dari dana tersebut, lanjut Bupati Tote sebanyak Rp 8,9 miliar untuk perbaikan leding Wae Wera di Pota sehingga bisa dimanfaatkan petani untuk tanaman pangan. “Tahun 2015 konsentrasi pada pemantapan pangan, yakni jagung,padai dan kedelai. Di Matim, salah satu wilayah andalan produksi tiga jenis pangan itu adalah di Pota,”ujar Tote.

Petani Mengeluh Kesulitan Pemasaran

Petani Jagung Kelompok Tani Mbaru Jawa asal Nanga Baras, Fidiles Damis kepada Floresa.co, Kamis, (9/4/2015) mengungkapkan selama ini mereka mengalami kesulitan dalam proses pemasaran hasil jagung

“Tidak ada invenstor yang membeli jagung dengan harga mahal. Per kilogram hanya dibeli Rp 2.000.,” ujarnya.

Menurut Fidelis, saat ini di setiap rumah warga tersedia puluhan karung jagung yang tidak terjual. “Karena harga sangat rendah. Karena harga murah terpaksa petani menjual hanya untuk kebutuhan memenuhi kebutuhan sehari-hari,”ujar Fidelis.

Petani lainnya, Muhamad Yusup mengeluhkan minimnya perhatian pemerintah terutama dalam penyediaan pupuk dan obat-obatan. “Terpaksa kami membeli pupuk dan obat-obatan dengan cara mengutang di toko pertanian. Tidak ada bantuan dari pemerintah,”ujar Muhamad.

Sementara itu, Anggota DPRD NTT asal Pota, Fredy Mui saat dimintai pendapatnya mengatakan Program Propinsi Jagung yang digembar-gemborkan oleh Gubernur NTT hanya slogan. Buktinya, kata dia, petani jagung tak dibantu pemerintah.

“Hasil jagung di kampung Baras, Pota adalah benar-benar hasil keringat sendiri petani. Tidak ada bantuan dari Pemda.” ujarnya.

Selain itu, menurut Fredy,Pemda juga tidak tidak memberikan bantuan pembibitan, perawatan, apa lagi pembinaan oleh penyuluh pertanian. “Lebih menyedihkan lagi harga jagung yang sangat rendah” ujarnya.

Anggota Fraksi Partai Nasdem ini berharap moment Panen Raya yang dilakukan oleh Bupati Matim hari ini membuka mata dan pikiran agar bisa lebih memperhatikan para petani dengan bantuan bibit, pupuk, pembinaan dan alat produksi berupa mesin rontok dan mesin pengolahaan biji jagung menjadi beras jagung atau tepung. (PTD/Floresa)

Terkini