Petani Di Lembor Menjerit Kesulitan Mencari Pupuk

Baca Juga

 

Ilustrasi Sawah
Ilustrasi Sawah

Lembor, Floresa.co – Sejumlah petani di Kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, Flores, NTT, mengaku kesulitan mendapatkan pupuk. Diduga, ada pihak yang mempermainkan distribusi pupuk.

Muhamad Ibrahaim, ketua kelompok tani Maju Bersama di kampung Boruk, Desa Poco Rutang, Kecamatan Lembor menceritakan di Lembor tidak ada persediaan pupuk.

Karena itu, dirinya sudah mendatangi distributor di Labuan Bajo pada Kamis (5/3/2015). Dia mempertanyakan langsung ke distributor masalah kelangkaan pupuk di Lembor. “Saya bawah nama-nama anggota kelompok, ada 36 orang anggota. Jadi, kemarin karena pupuk tidak ada di Lembor saya datang langsung ke distributornya. Distributor mejawab, ‘om tidak bisa langsung turun ke distributor, ada pengecer di Lembor,” ujarnya kepada Floresa.co, Jumat (6/3/3015).

Karena mendapat jawaban seperti itu dari distributor di Labuan Bajo, Ibrahim pun kembali ke Lembor dan bertanya ke pengecer. Di Lembor kata dia ada tiga pengcer pupuk.”Ternyata di pengecer tidak ada pupuk,”ujarnya.

Padahal, menurut Ibrahim distributor di Labuan Bajo mengatakan pupuk sudah diangkut ke Lembor. “Tapi kok di pengcer pupuk sudah tidak ada,”ujarnya heran.

Dia pun menceritakan ke pengcer bahwa dirinya sudah menanyakan masalah ketiadaan pupuk ini langsung ke distributor di Labuan Bajo. “Distributor mengatakan pupuk sudah di pengcer, dan menyuruh saya untuk ambil di pengecer, tapi sampai di sini tidak ada,”ujarnya.

Ibrahim mengatakan bila kondisi ketidaan pupuk ini terus terjadi hingga pertengahan Maret ini, maka sawah-sawah petani di Lembor terancam tidak dipupuki.

Kelompok tani Maju Bersama kata dia pada tahun 2014 lalu produksi padinya mencapai 9 ton per hektrae meningkat dari sebelumnya 6 ton per hektrae. Dia menceritakan peningkatan itu karena ada program khusus dari Dinas Pertanian.

Karena itu, pada saat panen tahun lalu, sejumlah pejabat turut hadir, seperti Bupati Agustinus Ch Dulla, Ketua DPRD Mateus Hamsi dan juga dua anggota DPD RI yaitu Ibrahim Meda dan Adrianus Garu.

“Tahun ini kita mau melebihi dari hasil tahun lalu, dari 9 ton menjadi 11 ton per hektare. Tapi kalau pupuk langkah seperti ini, bagaimana bisa naik penghasilnnya. Bukan naik lagi malah bisa turun dari 9 ton menjadi 6 atau 5 ton,”ujarnya.

Dia mengatakan kondisi kelangkaan pupuk ini tidak hanya dikeluhkan oleh kelompok tani Maju Bersama. “Hampir semua kelompok di Lembor mengeluh tentang pupuk ini. Semua petani yang punya sawah di Lembor merasakannya,”ujarnya.

Anehnya, kata Ibrahim justru ada pihak lain yang menjual pupuk di luar pengecer resmi dengan harga yang lebih mahal diluar ketentuan.

“Harga pupuk urea Rp 120.000 per karung sementara NPK dijual Rp 140.000. Padahal subsidi Rp 115.000 NPK dan Rp 90.000 urea. Berarti ini ada permainan distributor juga. Sementara saya lihat di distributor di Labuan Bajo pupuk menumpuk di tokohnya,”ujarnya. (PTD/Floresa)

Terkini