Simak Program Unggulan Heri Nabit Bila Kelak Pimpin Manggarai

 

 

Pasangan Heribertus Nabit dan Adol Gabur
Pasangan Heribertus Nabit dan Adol Gabur

Floresa.co – Heribertus GL Nabit kembali tampil di panggung politik Manggarai sebagai calon bupati. Lima tahun lalu, pada pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) tahun 2010, dia berpasangan dengan Yustina Ndung.

Pada suksesi tahun ini, rencananya Heri akan manggaet Ketua DPC Partai Hanura, Adol Gabur sebagai pendampingnya.

Heri mengatakan, bila kelak terpilih, dia akan fokus memperbaiki ekonomi masyarakat Manggarai.

“Kita bicara ekonomi sudah,” ujarnya saat berbincang dengan Floresa.co via telepon, Rabu petang (25/2/2015).

Bagaiamana konkretnya?

Heri mengatakan mayoritas petani di Manggarai mengandalkan penghasilan dari sektor perkebunan seperti kopi, kemiri, cengkeh, dan sebagainya.

Karena itu, bila kelak terpilih, dia akan memberikan perhatian yang serius pada pembenahan sektor ini agar bisa mendongkrak pendapatan masyarkat.

Hal yang akan dilakukannya adalah  memperbaiki sistem perkebunan rakyat. Perbaikan sistem antara lain dengan melakuan peremajaan untuk tanaman kopi yang sudah tua.

“Misalnya, kalau kita omong kopi di Cibal. Itu kan (pohon) kopi lama. Jadi kalau harganya rendah masuk akal karena kopi dulu itu bijinya pasti lebih kecil terutama kalau robusta. Jadi, memang butuh peremajaan,” ujarnya.

“Kopi Lelak, misalnya, dia harganya lebih baik karena dia kopi baru yang ditanam tahun-tahun 1990-an. Jadi bijinya lebih besar,”tambahnya.

Selain peremajaan, pembenahan sektor perkebunan rakyat ini juga dilakukan dengan pemupukan.  Selama ini, kata dia, petani Manggarai lebih mengandalkan kebaikan alam untuk memupuk tanaman pertaniannya.

“Nanti Tuhan yang pelihara, kita tidak pelihara lagi. Padahal kan, tidak begitu. Pemupukan tetap penting. Misalnya kita punya cengkeh, kalau tahun ini dia berbuah tahun depan dia tidak berbuah. Dua tahun lagi baru dia berbuah lagi. Kalau diberikan perlakuan yang sesuai dengan beri pupuk, maka dia tiap tahun akan berbuah,” jelasnya.

Kemudian, lanjutnya, upaya lain pembenahan sektor perkebunan adalah pemberantasan penyakit tanaman.

“Kalau kita jalan ke Cibal bagian timur, Satar Mese bagian timur, Poco Leok, Anam, Lelak yang tanam coklat, yang belum bisa diatasi sekarang itu kan penyakit coklat, istilah Manggarainya rato, itu kan terjadi di seluruh Manggarai, tapi tidak ditangani. Apakah tidak bisa ditangani? Bisa!” tandasnya.

“Kami sudah membuktikan itu. Kami punya daerah percontohan di Manggarai Barat. Obatnya ada. Sekarang pemerintah mau tidak masuk ke hal-hal begitu, membelanjakan uangnya untuk hal-hal begitu,” tambahnya.

Tak hanya memperbaiki sisi hulunya, Heri  juga bertekat untuk melakukan hilirisasi, terutama kopi. Ini untuk menciptkan nilai tambah.

“Saya kira ke depan kita butuh pemrosesan lebih lanjut. Kita tidak jual gelondongan lagi,” ujarnya.

Untuk itu, katanya perlu kerja sama antar pemerintah, masyarakat, dan swasta.

“Kerja sama tiga komponen itu jangan hanya dipidatokan saja. Ayo kita buat. Itu yang dilakukan oleh (kabupaten) Ngada. Itulah kenapa kopi arabikanya Bajawa maju sekali. Di mana-mana di supermarket di Jakarta ada jual kopi arabika Bajawa,” ujarnya memberi contoh.

Pemerintah, pengusaha, dan masyarkat kata dia perlu bersinergi. Masyarakat yang akan kelolah, pemerintah yang mencari sumber informasi pasar dan swasta yang berhubungan dengan masyarakat.

“Bukan pemerintah yang mengajarkan masyarakat, swasta yang ajarkan masyarakat, swasta yang share dia punya ilmu kepada masyarakat. Karena swasta yang tahu seperti apa yang dibutuhkan pasar, pada harga berapa,”  ujarnya.

Pemerintah, kata dia, memberikan dukungan dari sisi permodalan. Namun, menurutnya tidak harus dengan menggunakan uang negara, tetapi dengan memanfatkan jasa keuangan bank.

Tugas pemerintah adalah membuat masyarakat bisa mengakses permodalan di bank. Karena itulah, Heri mengatakan dirinya dan Adol Gabur merencanakan untuk mendirikan Lembaga Penjaminan Kredit Daerah.

Lembaga ini menjadi penjamin kredit masyarakat bila kelak terjadi gagal bayar. Dengan adanya jaminan seperti itu, bank tidak lagi enggan memberikan pinjaman kepada masyarkat.

“Sederhannya, pemerintah buat Lembaga Penjaminan Kredit Daerah. Modalnya, katakan Rp 10 miliar. Uang ini disimpan di bank. Kan bunga itu uang. Tapi ini sekaligus menjadi jaminan bagi kelompok-kelompok masyarakat yang mau meminjam uang di bank,” jelasnya.

Heri mengatakan hilirisasi kopi di Manggarai bukanlah sesuatu yang mustahil. Persediaan biji kopi cukup melimpah dan pasarnya tersedia.

Namun, industri pengolahan kopi yang dibangun, kata dia cukup dalam skala kecil untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal.

“Selama ini orang bilang kendalanya listrik. Kalau memang benar itu (pembangkit panas bumi) Ulumbu itu berfungsi, berarti kendalannya sudah tidak ada. Maka dia bisa untuk industri, meskipun  industri skala kecil,” ujarnya. (PTD/Floresa)

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini