Merebaknya Pertamini Resahkan Warga Labuan Bajo

pedagang bensinLabuan Bajo, Floresa.co – Kalau selama ini kita mengenal Stasiun Pompa Bensin Umum (SPBU), yaitu tempat penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) dan pengelolaannya di bawah PT. Pertambangan Minyak Nasional (Pertamina), maka di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), ada juga tempat penjualan bensin lain yang dinamakan pertamini.

Pertamini adalah sebuah istilah yang digunakan pengguna media sosial untuk penjual BBM di luar SPBU.

Munculnya istilah ini, dari pantauan Floresa.co, lantaran seorang pengguna Facebook (FB) dengan nama akun “Arie M. Saridin” mengeluhkan keberadaan pertamini di sekitar lokasi SPBU di Sernaru, Labuan Bajo.

Keluhan yang ditulis Saridi di laman Grup FB “Demokrasi Mabar” dan  diunggah pada Selasa, (7/1/2015) pagi dipicu banyaknya pembeli menggunakan jerigen untuk menampung BBM.

Keberadaan pembeli tersebut, tulis Sardini, diduga ada kaitannya dengan keberadaan pertamini di sekitar lokasi SPBU Sernaru. Lebih jauh, Sardini pun menduga, antrian yang terjadi di SPBU Sernaru disebabkan keberadaan pertamini terebut.

Tidak hanya itu, Sardini juga menduga, keberadaan pertamini didukung oleh pihak SPBU. Dugaan Sardini berkaca pada kejadian di tempat lain dimana petugas SPBU mendapat imbalan dari pertamini.

Hal yang lebih menyakitkan lagi, tulis Sardini, pada saat yang sama, Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) berada di tempat kejadian. Anehnya, mereka tidak menggubris kondisi terebut.

Berikut keluhan yang ditulis Sardini di Grup FB “Demokrasi Mabar”.

SPBU: Pertamini Vs Publik

Publik Mabar tidak pernah persoalkan BBM naik. Juga tdk pernah persoalkan jika harus antri untuk dapatkan BBM. Tetapi, kalau antriannya lantaran karena Pertamini pinggir jalan, ini namanya sialan, dan ini didukung sepenuhnya petugas SPBU. Di tempat lain, petugas SPBU “diduga” mendapat jatah dari Pertamini ini.

Insiden kecil di SPBU Sernaru pagi ini juga gara-gara soal Pertamini vs Publik ini. Anehnya, Pol PP ada juga di lokasi tetapi membiarkan ratusan jerigen silih berganti. Harap tidak ada main mata dalam mata rantai black market ini.

Jangan takut perjuangkan HAK anda ketika yg lain sudah tidak menghargainya. Fight back.

Keluhan Sardini medapat tanggapan dari sejumlah facebooker, yang semuanya mengutuk peristiwa itu dan mendukung langkah Sardini yang berani untuk membuka hal buruk ini.

Kornelius Rahalaka misalnya, mengamini bahwa peristiwa yang dikeluhkan Sardini benar terjadi.

Tadi saya ikut ribut. Uda antri berjam-jam, eh.. petugas prioritaskan yang bawa jerigen. Sudah begitu, ada muka orang-orang yang setiap hari datang cedok di pertamina, lalu jual di sekitar pertamina juga. Siapa tidak makan hati? Kalau mau jual ecer, coba jual agak jauh dari pertamina,” tulis Kornelis.

Selain Kornelis, ada juga Rafael Rani. Ia melihat menjamurnya pertamini menjadi pemicu kelangkaan BBM di Mabar. Ironisnya, tulis Rafael, pada saat yang sama, di sekitar lokasi SPBU, pertamini masih menjual BBM.

Rupanya itu sudah dibiarkan dari dulu om dan menjadi lahan bisnis dari mereka yang punya kepentingan. Sangat kecewa ketika mau isi bensin di pertamina, tiba2 sudah tutup dengan dalih bensin habis, tetapi, pejual eceran di dekat Pom Bensin sangat banyak,” tulis Rafael.

Lain lagi dengan Roberto Bajo. Ia menilai persoalan ini karena pemerintah setempat, khususnya Satpol PP tidak memahami tugas mereka dan kalaupun paham tetapi tidak responsif. Maka, tidak heran, pertamini berkeliaran di Labuan Bajo.

“Kalau yang ini, saya sangat mendukung. Aneh pemerintah kita, mereka hanya menjadi penonton. Sebenarnya, Pol PP bertugas menertibkan penjual BBM di pinggir jalan. Kalau Pol PP demikian, pasti mereka akan kapok”, tulis Robert.

Lalu, ada Beni Tetho. Ia juga menyoroti keberadaan pertamini bisa mengganggu enyamanan masyarakat Mabar.

Jangan biarkan Mabar-ku amburadul gara-gara penjual BBM eceran di depan SPBU”, tulis Beni. (ARJ/Floresa).

spot_img

Artikel Terkini