Masuk ke Rumah Bordil: Cara Para Suster Ini Selamatkan Korban Trafficking

Ilustrasi rumah bordil
Ilustrasi rumah bordil

Floresa.co – Ada hal menarik yang dilakukan para suster dari Kongregasi Suster-Suster Santa Maria Imakulata di Kolkata, India. Untuk menyelamatkan gadis-gadis di negara itu yang menjadi korban perdagangan manusia atau human trafficking dan dikemudian dijadikan Pekerja Seks Komersial (PSK), mereka menyamar masuk ke rumah-rumah bordil, melakukan razia.

Sudah puluhan gadis yang berhasil mereka selamatkan, sementara para mucikari berhasil dijebloskan ke penjara.

“Kami telah membuat 30 mucikari dijebloskan ke penjara,” kata Suster Sharmi D’Souza, dalam konferensi pers di Vatikan pada 10 Desember, seperti dilansir Ucanews.com. Jumlah itu mereka capai selama 4 tahun.

Saat mendatangi rumah-rumah bordil itu, mereka bersama polisi, menyamar dengan mengenakan pakaian biasa. Dan itu, mereka lakukan pada malam hari.

Pernah, dalam satu malam, kata Suster D’Souza, mereka menyelamatkan 37 gadis, di mana 10 di antaranya adalah anak-anak.

Mereka biasanya menyediakan informasi penting kepada pihak kepolisian, seperti nama-nama mucikari dan lokalisasi.

Kata Suster D’Souza, kadang polisi menolak untuk pergi bersama mereka. Itu, kata dia, terjadi karena para polisi itu telah disuap oleh para mucikari.

Jika mengalami hal demikian, mereka akan menghadap ke pimpinan polisi untuk melapor. “Dan mereka (pimpinan polisi) mengambil tindakan (terhadap anggota yang menerima suap),” ujarnya.

“Kami tidak pernah pergi sendirian. Kami pergi bersama dengan para aktivis LSM. Tapi, kami perlu pastor, uskup untuk mendukung kami  karena jika mereka bersama kami, kami masih bisa berbuat lebih banyak,” katanya.

Pada 10 Desmber lalu, para suster ini datang ke Vatikan untuk menjadi bagian dari kampanye Gereja Katolik memerangi perdagangan manusia.

Pastor Jeffrey Bayhi dari Amerika Serikat yang ikut hadir dalam pertemuan di Vatikan itu menyeruhkan agar lebih banyak kaum religius pria yang aktif dalam usaha memerangi perdagangan manusia.

“Kehadiran religius wanita adalah luar biasa,” kata Pastor Bayhi yang merupakan Pastor Paroki St. Yohanes Pembaptis dan Paroki Santa Maria Assumpta di Zachary, Louisiana.

Pastor ini menyarankan agar Gereja menyusun sebuah panduan singkat untuk membantu para imam mengembangkan homili, menawarkan kursus atau informasi bagi para imam dan seminaris tentang perdagangan manusia.

Sementara religius wanita turun ke jalan-jalan membantu korban, kata dia, para imam harus memenfaatkan mimbar untuk berbicara menentang eksploitasi manusia.

Imam itu mengatakan, penyebab di balik semua bentuk baru perbudakan dan eksploitasi manusia adalah “kehidupan manusia telah direndahkan martabatnya.”

Hidup dipandang hanya sebagai aset untuk mencari keuntungan. Cara pandang ini, jelasnya membuat masyarakat di seluruh dunia terus melakukan eksploitasi.

Suster Monica Chikwe, yang membaantu perempuan asal Nigeria yang diperdagangkan ke Italia, mengatakan, program pencegahan perlu dimulai di sekolah dan keluarga.

Menurutnya, dalam banyak kasus, pihak keluarga atau orang dekat korban, juga kerap menjadi pelaku perdagangan manusia, di mana mereka menjual anggota keluarga sendiri, demi uang. (ARL/Floresa)

spot_img
spot_img

Artikel Terkini