Lantik Pengurus Baru, AMAK NTT Janji Kawal Kasus Korupsi

Serah terima pengurus AMAK NTT dari ketua lama Bertin Bonur (kedua dari kanan) ke ketua baru periode 2014-2016, Willy Anje (kedua dari kiri) dan wakil ketua, Frain Jebada (ujung kiri). Acara ini ikut disaksikan Dewan Pembina, Lucius Karus. (Foro: AMAK NTT)
Serah terima pengurus AMAK NTT dari ketua lama Bertin Bonur (kedua dari kanan) ke ketua baru periode 2014-2016, Willy Anje (kedua dari kiri) dan wakil ketua, Frain Jebada (ujung kiri). Acara ini ikut disaksikan Dewan Pembina, Lucius Karus. (Foro: AMAK NTT)

Floresa.co – Organisasi pemuda Angkatan Muda Anti Korupsi NTT (AMAK NTT) yang berbasis di Jakarta melantik pengurus baru periode 2014-2016, Sabtu, (25/10/2014), di mana mereka menegaskan komitmen untuk mengawal kasus-kasus korupsi di propinsi yang sedang dipimpin Gubernur Frans Lebu Raya itu.

Wilibrodus Anje dan Frain Jebada merupakan ketua dan wakil ketua baru, yang  dipilih secara musyawarah dan mufakat beberapa waktu lalu, menggantikan ketua sebelumnya Bertin Bonur dan wakil ketua Corby Nomer. Bertin dan Corby memimpin AMAK sejak organisasi ini dibentuk pada 2012.

Willy dalam sambutanya menyatakan komitmen AMAK untuk tetap berada dalam spirit melawan korupsi.

“Banyak penyelenggara negara di NTT yang terlibat dalam praktik korupsi. Mereka telah membuat masyarakat NTT resah”, kata Willy.

“Sebagai anak muda dan generasi penerus NTT, mari kita ciptakan NTT yang bebas dari korupsi”, lanjutnya.

Menciptakan NTT yang bebas dari korupsi, tegas Willy, adalah sebuah pekerjaan besar.

Karena itu, ia berjanji, dalam dua tahun ke depan, akan berusaha semaksimal mungkin merangkul pemuda NTT supaya bisa bergabung dengan AMAK.

“Tidak mungkin kita bisa menciptakan NTT yang bebas dari korupsi jika anak muda NTT tidak bersatu untuk memerangi korupsi. Organisasinya telah ada, yaitu AMAK NTT. Saat ini, kita tinggal menambah anggota dan bagaimana meningkatkan kapasitas anggota”, tegas alumnus Universitas Mpu Tantular Jakarta ini.

Senada dengan Willy, mantan ketua, Bertin, menegaskan penting dan mendesaknya mewujudkan anak muda NTT yang menghidupi budaya anti korupsi.

AMAK NTT, lanjut Bertin, siap untuk mewujudkan itu.

“Kita semua pasti resah dengan korupsi yang terjadi di NTT. Melalui AMAK, mari kita mulai untuk menghidupi budaya antikorupsi”, tegasnya.

Sementara itu, Dewan Pembina AMAK, Lucius Karus mengatakan, NTT saat ini sedang sakit namun tidak ada dokter yang dapat mendiagnosa penyakitnya itu.

“AMAK bisa menjadi dokter yang mendiagnosa penyakit korupsi di NTT,” kata Lucius.

Peneliti Senior Forum Masyarakt Peduli Parlemen Indonesi (Formappi) ini berharap, anggota AMAK tetap kompak mengidupi organisasi sehingga bisa menciptakan para pemuda yang siap untuk terjun ke dunia kerja dan tetap menghidupi budaya antikorupsi.

“Kekompakan dan konsistensi dalam organisasi penting agar perjuangan memberantas korupsi, khususnya di NTT dapat tercapai,” tegasnya.

AMAK berdiri pada tahun 2012, yang didasari keperihatinan akan parahnya korupsi di NTT.

Mereka melihat sebuah ironi, dimana NTT selalu disebut sebagai salah satu provinsi terkorup di Indonesia. Namin, tak satu pun pejabat dan penyelenggara negara yang masuk jeruji besi karena masalah korupsi.

Terima kasih telah membaca artikel kami. Jika tertarik untuk mendukung kerja-kerja jurnalisme kami, kamu bisa memberi kami kontribusi, dengan klik di sini.

spot_img
spot_img

Artikel Terkini